23
maupun kelompok kerja personal. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personal yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personal di dalam organisasi Illyas, 2001. Menurut Robbins, 2006 Kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal ini menggunakan
sejauhmana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Mangkunegara 2002, kinerja adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan perusahaan dapat diketahui dengan melakukan
penilaian terhadap kinerja karyawannya.
2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Mangkunegara, 2002, mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation.
a. Faktor kemampuan ability Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatannya dan
ketrampilan dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor motivasi motivation Motivasi merupakan interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat
meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Motivasi sebagai
Universitas Sumatera Utara
24
kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja. Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
Davis 2004 menyatakan bahwa faktor-faktor memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan Ability dan faktor motivasi Motivation. Secara psikologis
kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality Knowledge+Skill. Artinya karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata
dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan ketrampilan dalam mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Sedangkan Robbin 2006, menambahkan dimensi baru yang menentukan kinerja seseorang yaitu kesempatan. Menurutnya, meskipun
seseorang bersedia motivasi dan mampu kemampuan. Mungkin ada rintangan yang menjadi kendala kinerja seseorang, yaitu kesempatan yang ada, mungkin
berupa lingkungan kerja yang tidak mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung, prosedur kerja yang tidak jelas dan sebagainya.
2.2.3. Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien Dalam melaksanakan peran dan fungsi
seorang perawat memiliki kemampuan dan motivasi yang berpengaruh terhadap kinerjanya. Pimpinan perawat harus memiliki ketrampilan dalam memengaruhi
perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan melalui proses
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Pemberian pelayanan
Universitas Sumatera Utara
25
keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai individu.
Proses keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan individu atau kelompok, baik yang aktual maupun potensial kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau mencegah terjadinya
masalah baru dan melaksanakan tindakan atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan
yang dikerjakan. Menurut Rohmah dan Walid 2012, pendekatan proses keperawatan
membantu perawat secara lebih teliti melaksanakan tugas identifikasi masalah dan penetapan desain perencanaan yang ilmiah sehingga hasil asuhan yang dilaksanakan
dapat berkualitas. Tahap-tahap proses keperawatan merupakan suatu tahapan yang saling bergantungan, yang meliputi 1 Pengkajian,2 Diagnosa keperawatan,3
Perencanaan,4 Pelaksanaan dan 5 Evaluasi. 1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosa keperawatan. Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan
data. Pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status
Universitas Sumatera Utara
26
kesehatan klien. Data yang didapat dari beberapa sumber dan merupakan dasar pengambilan keputusan untuk tahapan selanjutnya.
Sehubungan dengan sistem kerja pada asuhan keperawatan di rumah sakit sebagai kerja tim, maka data pasien pada tahap pengkajian yang dibuat oleh perawat
pelaksana pada saat pasien masuk ke rumah sakit menjadi acuan bagi perawat yang menangani pasien tersebut pada shift berikutnya.
Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan sekitar 6 atau 7 orang perawat profesional dan perawat bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua
tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 timgrup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu Yulia, 2006.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi Nursalam, 2007: a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan
fisik, serta dari pemeriksaan penunjang. b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan,
rekam medis, dan catatan lain. c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi : status kesehatan
klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis-psikologis-sosial- spiritual, respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan dan risiko-
risiko tinggi masalah.
Universitas Sumatera Utara
27
d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB lengkap, akurat, relevan, dan baru.
2 Diagnosa keperawatan Pernyataan yang menggambarkan respon manusia keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi aktualpotensial dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien Nurachmad, 2001. Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan perawat melaksanakan
tugas tindakan tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada, salah satunya adalah metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan
1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di ruang perawatan Yulia,2006.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan
Universitas Sumatera Utara
28
keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung
sibuk dengan tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior Yulia, 2006.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruang nurse unit manager harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta
menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Sekalipun diakui bahwa metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat
atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang disukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komprehensif
dan memperlakukan pasien kurang manusiawi Yulia, 2006. Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan Nursalam, 2007, kriteria proses meliputi : a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien,
dan perumusan diagnosis keperawatan. b. Diagnosis keperawatan terdiri atas masalah, penyebab, dan tanda atau gejala, atau
terdiri atas masalah dan penyebab.
Universitas Sumatera Utara
29
c. Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru. 3 Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien.
Konsep perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien mencakup kebutuhan pasien secara menyeluruh, dan dasar menyusun rencana
tindakan keperawatan tersebut adalah data yang telah dikumpulkan pada tahap asuhan keperawatan sebelumnya yaitu pengkajian dan diagnosa keperawatan. Oleh karena itu
kesesuaian data pasien antar shift kerja perawat perlu dikomunikasikan sehingga dapat dirumuskan suatu rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien serta menghindari terjadinya kesalahan menetapkan tindakan keperawatan Yulia, 2006.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dengan perawat lain maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
30
Perawat membuat rencana tindakan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien Nursalam, 2007, kriteria proses
meliputi: a. Perencanaan terdiri atas penerapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan
keperawatan. b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. d. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
4 Pelaksanaan Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru. Perawat terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien
atau mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan. Pada model ini kepala ruangan menentukan apa yang
menjadi tugas setiap perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada kepala ruangan dan kepala ruanganlah yang
bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien Nurachmad, 2001. Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga
seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan kepada semua petugas yang datang kepadanya dan kepala ruanganlah yang memikirkan
Universitas Sumatera Utara
31
setiap kebutuhan pasien secara komprehensif. Informasi yang disampaikan bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak didokumentasikan dan tidak diketahui
oleh staf lain yang memberikan asuhan keperawatan Nurachmad, 2001. Dengan menggunakan model ini, kepala ruangan kurang mempunyai waktu
untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan
keperawatan, kecuali terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan secara
holistik sukar dicapai. Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas- tugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari
asuhan keperawatan yang diberikan Nurachmad, 2001. Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan Nursalam, 2007, kriteria proses meliputi : a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain. c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
Universitas Sumatera Utara
32
5 Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien hasil yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan
dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan Nursalam, 2007. Konsep dan fungsi evaluasi dalam teori manajemen adalah untuk mengukur
kesesuaian pelaksanaan kegiatan keperawatan dengan pedoman asuhan keperawatan yang berlaku di rumah sakit serta untuk mengetahui kendala atau hambatan yang
dihadapi perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Kriteria evaluasi pada proses keperawatan, meliputi :
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. d. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan. e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Adapun macam-macam evaluasi diantaranya : a. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil observasi dan analisa
perawat terhadap respon klien segera pada saat dan setelah intervensi keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan
Universitas Sumatera Utara
33
memberi kesan apa yang terjadi saat itu. b. Evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada tujuan keperawatan.
2.3 Landasan Teori