84
Demikian juga penelitian Salfiya 2011 menemukan bahwa keterbukaan, empati, perilaku suportif, perilaku positif, kesetaraan merupakan faktor penunjang
efektivitas komunikasi antarpribadi perawat dalam menyampaikan pesannya kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Komunikasi antara kepala ruangan
terhadap kinerja perawat pelaksana ruang rawat inap sebagai faktor penunjang efektivitas komunikasi bisa diterima dengan baik oleh perawat pelaksana sehingga
semua itu bisa berdampak pada kegiatan keperawatan yang nantinya akan berpengaruh pada asuhan keperawatan kearah yang lebih baik.
5.6 Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Berdasarkan hasil analisis uji regresi linier berganda diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,428 dan nilai signifikansi atau p=0,0010,05. Hasil uji menunjukkan
variabel empati dalam komunikasi interpersonal yang paling dominan terhadap kinerja perawat pelaksana yang diukur berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan tingkat keeratan hubungan kuat, nilai r=0,753. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kinerja perawat pelaksana ruang rawat inap terdapat 10 orang responden
18,5 pada kategori baik dan sebanyak 30 orang 55,6 pada kategori kurang baik, serta 14 orang 25,9 pada kategori tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan asuhan keperawatan yang mencakup tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan
dan evaluasi tindakan keperawatan oleh perawat pelaksana dikategorikan kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
85
a. Pengkajian
Kinerja perawat pelaksana pada aspek pengkajian secara umum sedang dan untuk pilihan jawaban yang terbaik sering dilakukan paling tinggi bahwa 18,5
peerawat melakukan anamnesa, biodata pasien, keluhan utama dan mengkonfirmasikan kepada ketua tim keperawatan sebagai penanggung jawab
tentang data pasien serta dalam melakukan anamnesa, biodata pasien, keluhan utama dengan pengamatan, wawancara dan pemeriksaan fisik data tentang pasien.
Pengkajian data pasien serta penyakit yang dideritanya merupakan tahap awal yang menjadi acuan bagi proses asuhan keperawatan pada tahap berikutnya. Apabila
pada tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik maka akan berdampak kepada kurang akuratnya tahap diagnosis sampai kepada pelaksanaan tindakan keperawatan.
Sesuai asumsi peneliti bahwa masih kurangnya pelaksanaan pengkajian oleh perawat pelaksana di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar disebabkan
ketidakseriusan perawat akan tugas dan fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan terutama pada tahap pengkajian. Sehubungan dengan sistem kerja pada pelaksanaan
asuhan keperawatan di rumah sakit sebagai kerja tim, maka data pasien saat masuk akan menjadi acuan bagi perawat yang menangani pasien tersebut pada shift
berikutnya.
b. Diagnosa Keperawatan