85
a. Pengkajian
Kinerja perawat pelaksana pada aspek pengkajian secara umum sedang dan untuk pilihan jawaban yang terbaik sering dilakukan paling tinggi bahwa 18,5
peerawat melakukan anamnesa, biodata pasien, keluhan utama dan mengkonfirmasikan kepada ketua tim keperawatan sebagai penanggung jawab
tentang data pasien serta dalam melakukan anamnesa, biodata pasien, keluhan utama dengan pengamatan, wawancara dan pemeriksaan fisik data tentang pasien.
Pengkajian data pasien serta penyakit yang dideritanya merupakan tahap awal yang menjadi acuan bagi proses asuhan keperawatan pada tahap berikutnya. Apabila
pada tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik maka akan berdampak kepada kurang akuratnya tahap diagnosis sampai kepada pelaksanaan tindakan keperawatan.
Sesuai asumsi peneliti bahwa masih kurangnya pelaksanaan pengkajian oleh perawat pelaksana di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar disebabkan
ketidakseriusan perawat akan tugas dan fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan terutama pada tahap pengkajian. Sehubungan dengan sistem kerja pada pelaksanaan
asuhan keperawatan di rumah sakit sebagai kerja tim, maka data pasien saat masuk akan menjadi acuan bagi perawat yang menangani pasien tersebut pada shift
berikutnya.
b. Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan tahap penegakan diagnosa keperawatan, ditemukan bahwa hanya 18,5 perawat pelaksana yang sering melakukan analisis,
interpretasi data, identifikasi masalah pasien berdasarkan masalah yang telah
Universitas Sumatera Utara
86
dirumuskan untuk setiap pasien dan masalah yang telah dirumuskan mengacu pada pengelompokan diagnosis keperawatan untuk setiap pasien. Hal ini menunjukkan
kegiatan penegakan diagnosa keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana di RSUD dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar masih kurang sehingga belum
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Sesuai asumsi peneliti kurangnya penegakan diagnosa keperawatan terhadap
setiap pasien berhubungan dengan belum optimalnya kegiatan interpretasi data yang dilakukan oleh perawat pelaksana, hal ini disebabkan kepala ruangan hanya
menugaskan perawat junior untuk menyusun asuhan keperawatan termasuk dalam hal penegakan diagnosa keperawatan, tanpa meninjau kembali kebenaran diagnosa
keperawatan tersebut. Sementara perawat senior lebih cenderung sibuk dengan tugas adminstrasi dan manajerial.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran kepala ruang nurse unit manager harus lebih peka terhadap kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung
jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling
melempar kesalahan.
c. Perencanaan
Dari seluruh aspek yang ditanyakan kepada responden tentang perencanaan tindakan keperawatan ditemukan kegiatan yang paling sering dilakukan adalah 31,5
perawat pelaksana bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam membuat rencana tindakan untuk pasien. Masih kurangnya kegiatan perencanaan tindakan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
87
yang dilakukan perawat pelaksana di RSUD dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar berdampak kepada kualitas asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien.
Sesuai asumsi peneliti bahwa masih kurangnya kegiatan perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien disebabkan kurangnya komunikasi antara
kepala ruangan terhadap perawat pelaksana. Perencanaan rindakan keperawatan terhadap pemenuhan kebutuhan pasien secara menyeluruh, dan dasar menyusun
rencana tindakan keperawatan tersebut adalah data yang telah dikumpulkan pada tahap asuhan keperawatan sebelumnya yaitu pengkajian dan diagnosa keperawatan.
Oleh karena itu kesesuaian data pasien antar shift kerja perawat perlu dikomunikasikan sehingga dapat dirumuskan suatu rencana tindakan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien serta menghindari terjadinya kesalahan menetapkan tindakan keperawatan.
d. Pelaksanaan