PPPPTK Penjas dan BK | 62
MODUL GURU PEMBELAJAR BK KELOMPOK KOMPETENSI PROFESIONAL D
experiential learning yang bersifat transformasional. Pendekatan ini pada intinya adalah belajar berdasarkan pengalaman atau tindakan,
bukan berpikir tentang konsep-konsep abstrak. Pengalaman dihadirkan melalui pertemuan langsung dengan fenomena yang sedang dipelajari
dan atau menggunakan peristiwa metaphora melalui simulasi dan permainan. Strategi ini memanfaatkan pengalaman aktual dengan
kejadian-kejadian hidup nyata untuk memvalidasi teori atau konsep. Pemberian layanan bimbingan klasikal menggunakan berbagai metode
yang bervariasi sehingga memotivasi peserta didikkonseli untuk berpartisipasi aktif.
5. Langkah-langkah
Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal terbagi dalam tiga bagian yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pembukaan peserta didik
atau konseli melakukan review terhadap tujuannya, mencatat perkembangan dirinya, memonitor perkembangan dan dikaitkan dengan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pada tahap inti peserta didik belajar keterampilan dan strategi baru yang bermanfaat
dalam kehidupannya. Pada tahap penutup guru bimbingan dan konseling atau konselor mengajak peserta didik atau konseli untuk
melakukan refleksi berbagai pengetahuan dalam membuat desain atas tujuan yang diinginkan. Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan
klasikal berpusat pada pemenuhan kebutuhan peserta didik atau konseli dalam upaya pencapaian kematangan dan kemandirian dalam
kehidupannya. Beberapa langkah pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan klasikal
yang perlu diperhatikan sebagai berikut. a. Melakukan
pemahaman peserta
didik dan
menemukan kecenderungan kebutuhan layanan yang meliputi bimbingan dan
konseling pribadi, sosial, belajar, dan karir. b. Memilih metode dan teknik yang sesuai untuk pemberian layanan
bimbingan klasikal berdasarkan topik layanan. Strategi yang dipilih
PPPPTK Penjas dan BK | 63
M ODUL GURU PEMBELAJAR BK KELOMPOK KOMPETENSI PROFESIONAL D
hendaknya layanan berpusat pada peserta didik aktif belajar menemukan pengalaman belajar.
c. Menyusun atau mempersiapkan topik layanan bimbingan klasikal sesuai hasil pemahaman kebutuhan peserta didik atau konseli.
Topik kegiatan
layanan bimbingan
klasikal hendaknya
memperhatikan tujuan dan ruang lingkup bidang layanan bimbingan dan konseling dan tujuan pendidikan nasional.
d. Memilih sistematika penyusunan topik yang mencerminkan adanya kesiapan kegiatan layanan bimbingan klasikal dan persiapan
diketahui oleh Koordinator Bimbingan dan Konseling dan atau Kepala Sekolah.
e. Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian kegiatan layanan bimbingan klasikal sesuai dengan kebutuhan
layanan. f.
Melakukan evaluasi pemberian kegiatan layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya
layanan yang diberikan dan perkembangan sikap dan perilaku dalam kehidupannya.
g. Tindak lanjut dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu kegiatan layanan bimbingan klasikal. Kegiatan tindak lanjut senantiasa
mendasarkan pada hasil evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
6. Peran Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor
Guru BK atau konselor bertanggung jawab penuh keterlaksanaan layanan dan dapat bekerjasama dengan guru mata pelajaran dalam
membangun atau melaksanakan, mengatur atau mengelola, dan memimpin kegiatan layanan bimbingan klasikal. Bentuk kerjasama
dipandang lebih efektif, sebab guru mata pelajaran diasumsikan telah memiliki kedekatan dan keterampilan dalam mengelola kelas. Untuk
dapat memainkan peran secara optimal, maka guru BK atau konselor hendaknya memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpuji,
ketrampilan teknik layanan yang memadai, dan performance yang menarik. Berpengetahuan luas dimaksudkan untuk memberikan
kepuasan intelektual peserta didik atau konseli dalam memberikan