PPPPTK Penjas dan BK | 10
MODUL GURU PEMBELAJAR BK KELOMPOK KOMPETENSI PROFESIONAL D
demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami Konseli. 3 fungsi pengembanganpemeliharaan, pengembangan dan pemeliharaan
potensi konseli dan benrbagai unsur positif yang ada pada diri konseli merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah
konseli dapat dicapai. 4 fungsi pencegahan, pengembangan pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada diri konseli,
diperkuat oleh terentaskannya masalah merupakan kekuatan bagi tecegahnya masalah yang sekarang dialaminya itu, serta diharapkan
tercegah pula masalah-masalah baru yang mungkin timbul. 5 fungsi advokasi, melalui layanan konseling individual, konseli memiliki
kemampuan untuk membela diri sendiri menghadapi keteraniayaan.
4. Proses Menemukan Masalah yang Membutuhkan Layanan Konseling Individual
Masalah yang dialami peserta didik dan membutuhkan konseling ditemukan dari hasil asesmen atau setelah ditempatkan di peminatan
tertentu peserta didik tidak mendapatkan kepuasan. Hasil asesmen akan mampu menunjukkan kategori diagnostik bersangkutan dengan
masalah lokus atau tempat problem, ditinjau dari bidang masalah: kepribadian, pendidikan, vokasional, keuangan, atau kesehatan. Dan
juga bersangkutan dengan masalah beratnya gangguan konseli. Apakah konseli masih cukup mempunyai orientasi terhadap kenyataan sehingga
masih mampu memanfaatkan layanan konseling atau sebaliknya memerlukan layanan psikoterapi?
Penggunaan informasi hasil asesmen bertalian dengan pembuatan keputusan dan perencanaan yang dapat dipilah menjadi:
a. Mengidentifikasi kemungkinan arah tindakan
Di sini asumsinya ialah bahwa konseli tahu maksudnya apa yang dikatakan, tetapi kadang-
kadang tanpa keyakinan. “ Saya tidak tahu
harus berbuat apa? ”
. Hal ini mungkin bersangkutan dengan masalah penentuan cara studi yang tepat di sekolah, atau
PPPPTK Penjas dan BK | 11
M ODUL GURU PEMBELAJAR BK KELOMPOK KOMPETENSI PROFESIONAL D
merencanakan program peminatan di SMASMK. Berdasarkan atas informasi hasil asesmen yang telah diperoleh, konselor dapat
“menyarankan” cara -cara bertindak dalam studi yang lebih tepat.
b. Evaluasi dua pilihan atau lebih
Di sini
konseli mencari
bantuan dalam
membandingkan kecocokannya antara dua macam pilihan pekerjaan yang berbeda,
atau program studi yang telah dia peroleh, atau dalam menganalisis keuntungan relatif tinggal di peminatannya sekarang atau pindah ke
peminatan lainnya. Ditinjau dari keterlibatan unsur perasaan, evaluasi pilihan ini dapat berada pada satu ujung sebagai proses
objektif, sedangkan pada ujung lain berada dalam konflik yang bermuatan emosi.
c. Mengetes kecocokan pilihan, rencana, atau keputusan sementara
Konseli mengemukakan problemnya seperti “Saya pikir saya ingin
menjadi …., tetapi saya tidak yakin atau saya ragu terhadap apa yang saya pikirkan itu.” Konselor menyadari bahwa pernyataan
konseli demikian itu menggambarkan rentangan kebutuhan sesungguhnya yang luas mulai dari pilihan yang sangat realistik,
yang hanya membutuhkan sesuatu informasi, sampai kepada ujung lain yakni orang yang sangat risau, yang mempunyai problem yang
bersifat tidak realistik, dan konseli tersebut membutuhkan bantuan yang lebih bukan hanya sekadar memberikan informasi.
d. Klasifikasi dan perkembangan konsep diri
Bagi sekolah yang melaksanakan tes secara terprogram, sekolah memberikan tes kemampuan intelegensi, bakat, dan tes lain kepada
seluruh peserta didik. Di sekolah, tes sering diberikan kepada para peserta didik pada permulaan masuk tahun ajaran baru atau
dijadikan bahan pekan orientasi studi. Kemudian, setiap peserta didik mendapatkan kesempatan interview oleh konselor mengenai
hasil tes. Kecuali informasi tes digunakan untuk tujuan pembuatan