31 dan Y merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi permintaan biji kakao.
Dengan demikian, fungsi permintaan biji kakao dapat dirumuskan sebagai berikut: QKINd = d PKD, PR, Y ................................................................. 3.23
3.5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kakao menjadi salah satu komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Indonesia. Tingginya total nilai ekspor kakao hingga mencapai angka US 1.64
Miliar di tahun 2010 menjadikan kakao berada pada peringkat ketiga setelah kelapa sawit dan karet untuk komoditas yang menyumbang devisa negara terbesar
dalam bidang perkebunan. Kontribusi terbesar dari komoditas kakao tersebut berasal dari volume dan nilai ekspor biji kakao yang mencapai 432 426.8 ton
dengan nilai US 1 190 739.6 ribu pada tahun 2010. Selain itu, potensi dan peluang komoditas biji kakao dalam perdagangan internasional dapat dilihat dari
peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di dunia. Indonesia berhasil menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Seiring dengan berkembangnya waktu, adanya globalisasi memberikan pengaruh di berbagai bidang salah satunya adalah perekonomian. Dampak
globalisasi di bidang ekonomi diikuti oleh adanya kebijakan liberalisasi perdagangan yang membuat seluruh negara di dunia dapat melakukan
perdagangan dengan bebas ke negara lain, termasuk juga untuk perdagangan komoditas biji kakao. Sebagai salah satu produsen terbesar penghasil biji kakao
didunia, seharusnya Indonesia memiliki kemampuan untuk mengontrol perdagangan biji kakao baik dalam hal jumlah ataupun posisi tawar yang kuat
dalam pembentukan harga karena harga merupakan hal penting dalam perdagangan. Eksportir kakao akan melakukan ekspor secara besar-besaran
apabila harga kakao internasional sedang meningkat secara tajam tanpa memikirkan pasokan dalam negeri, akan berdampak pada industri hilir kakao yang
didominasi oleh industri cocoa butter. Industri akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, sehingga produksinya akan menurun. Lebih jauh lagi,
akan mengakibatkan terjadinya kelangkaan pasokan bahan baku di pasar domestik yang disertai dengan kenaikan harga. Menyadari dampak tersebut, pemerintah
mengeluarkan kebijakan perdagangan di sektor industri biji kakao yang berupa
32 pajak ekspor guna membatasi para eksportir biji kakao untuk tidak mengekspor
kakao dalam bentuk biji dan lebih memikirkan pasokan dalam negeri.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 5 : Diagram Alur Pemikiran Penelitian
Kurang berkembangnya industri kakao Indonesia
Ekspor biji kakao meningkat Faktor-faktor yang
mempengaruhi keragaan kakao
Dampak terhadap kinerja industri kakao produksi dan
volume ekspor cocoa butter Simulasi dengan
menggunakan skenario kebijakan
Alat analisis: Model: Persamaan Simultan
Metode: Two Stage Least Square
Rekomendasi kebijakan perdagangan kakao Indonesia
33
IV. METODE PENELITIAN