Perkembangan Ekspor Biji Kakao Indonesia

51

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN KAKAO

5.1 Perkembangan Ekspor Biji Kakao Indonesia

Wilayah sentra utama produksi kakao terdapat di kawasan Indonesia bagian Timur, meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Dari ketiga provinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan sentra perkebunan kakao rakyat terbesar yang memberikan kontribusi besar terhadap komoditas kakao Indonesia. Total luas areal perkebunan kakao rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat sekitar 263.20 hektar dengan total produksi 111.40 ton per tahun, dan produktivitas 423.25 kilogram per hektar per tahun Badan Pusat Statistik, 2011. Di Provinsi Sulawesi Selatan, kakao merupakan komoditas unggulan utama dibandingkan jenis tanaman perkebunan lainnya. Adapun kabupaten sentra produksi kakao meliputi Luwu Utara, Mamuju, Bone, Polmas, Luwu, dan Pinrang. Jenis tanaman kakao yang diusahakan di Indonesia sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan wawancara dengan ketua Askindo, sekitar 96 persen produksi kakao Indonesia diekspor, sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan baku industri cokelat dalam negeri. Kakao umumnya diekspor dalam bentuk biji yang belum difermentasikan. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang secara langsung terkait dengan perdagangan internasional yang sifatnya kompetitif. Pada umumnya kakao dari Sulawesi Selatan memiliki keunggulan spesifik, yaitu kandungan lemaknya tidak mencair bila disimpan pada suhu kamar dan mempunyai titik leleh yang tinggi sehingga cocok untuk blending. Akan tetapi, keterbatasan teknologi yang dimiliki petani dapat menyebabkan komoditas kalah bersaing dalam liberalisasi ekonomi. Data perkembangan ekspor biji kakao Indonesia dari tahun 2006 sampai 2010 disajikan pada Tabel 11. 52 Tabel 11. Perkembangan Ekspor Cocoa Beans, Whole or Broken, Raw or Roasted Indonesia Tahun 2006-2010 Tahun Volume Ton Nilai Ribu US 2006 490 777.60 619 016.80 2007 379 829.20 622 600.40 2008 380 512.90 854 584.80 2009 439 305.30 1 087 484.70 2010 432 426.80 1 190 739.70 Trend -1.07 20.52 Sumber : Statistik Perdagangan, 2011 Volume ekspor biji kakao Indonesia dari tahun ke tahun memperlihatkan nilai yang fluktuatif, namun nilai ekspor menunjukkan nilai yang selalu meningkat dan memiliki rata-rata pertumbuhan yang baik yaitu sebesar 20.52 persen, disebabkan oleh harga ekspor yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada sisi volume, ekspor biji kakao menurun sebesar 379 829.20 pada tahun 2007 dan sebesar 380 512.90 ton pada tahun 2008, padahal sebelumnya, pada tahun 2006 volume ekspor biji kakao Indonesia sebesar 490 777.60 ton, namun pada tahun selanjutnya terjadi peningkatan sebesar 439 305.30 ton pada tahun 2009 dan sebesar 432 426.80 ton pada tahun 2010. Tabel 12. Perkembangan Nilai Ekspor Cocoa Beans, Whole or Broken, Raw or Roasted Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2006-2010 000 US Negara 2006 2007 2008 2009 2010 Tren Malaysia 234 811.70 296 882.00 468 788.30 451 582.50 550 917.20 23.68 AS 163 986.70 83 287.00 128 154.10 297 012.90 246 501.30 23.20 Singapura 57 824.60 74 093.10 102 529.10 139 238.80 151 483.90 29.14 Brasilia 83 771.80 75 021.90 68 173.00 103 380.40 89 414.90 4.61 Cina 23 092.50 34 453.70 35 600.30 17 006.50 42 741.40 5.39 Negara Lainnya 55 529.40 58 862.60 51 340.10 79 263.60 109 681.00 18.04 Sumber : Statistik Perdagangan, 2011 Berdasarkan Tabel 12, ekspor biji kakao Indonesia memiliki nilai terbesar untuk tujuan negara Malaysia yang kemudian diikuti oleh negara AS dengan nilai masing-masing sebesar US 550 917.20 ribu dan US 246 501.30 ribu pada tahun 2010. Singapura menempati urutan ketiga tertinggi untuk negara tujuan ekspor biji kakao Indonesia, namun jika dilihat dari tren setiap tahunnya, Singapura menempati urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor biji kakao Indonesia 53 yang memiliki tren terbesar yaitu sebesar 29.14 persen, dan disusul oleh Malaysia dan AS dengan tren masing-masing sebesar 23.68 dan 23.20 persen. Tabel 13. Perkembangan Volume Ekspor Cocoa Beans, Whole or Broken, Raw or Roasted Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2006-2010 Ton Negara 2006 2007 2008 2009 2010 Trend Malaysia 190 298.00 183 172.10 209 408.50 183 081.60 202 849.20 1.28 AmerikaSerikat 131 738.50 53 224.40 53 689.70 120 304.00 89 306.50 0.38 Singapura 43 976.50 43 683.50 45 157.50 55 889.30 53 932.20 6.76 Brasilia 63 799.30 42 087.40 29 917.60 41 646.50 31 984.20 -12.99 Cina 18 240.90 20 746.10 15 902.50 7 122.60 15 317.90 -13.22 Negara Lainnya 42 724.30 36 915.60 26 437.10 31 261.30 39 036.90 -3.41 Sumber : Statistik Perdagangan, 2011 Malaysia juga menempati urutan pertama negara tujuan ekspor biji kakao Indonesia dengan volume sebesar 202 849.20 ton pada tahun 2010, kemudian diikuti oleh Amerika Serikat pada urutan kedua dan Singapura pada urutan ketiga sebesar 89 306.50 dan 53 932.20 ton. Namun jika dilihat dari tren setiap tahunnya, Singapura memberikan tren terbesar untuk volume ekspor biji kakao Indonesia sebesar 6.76 persen, kemudian diikuti oleh Malaysia dan Amerika Serikat yang masing-masing memiliki tren sebesar 1.28 dan 0.38 persen. Perkembangan volume ekspor ke Brasilia dan Cina memiliki tren yang menurun masing-masing sebesar 12.99 dan 13.22 persen. Tabel 14. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2007-2011 URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 Cocoa beans, whole or broken,rawroasted 379.80 380.51 439.30 432.42 210.06 Cocoa shells, husks, skins oth cocoa waste 1.80 2.16 1.10 1.20 4.67 Cocoa paste, not defatted 2.00 1.44 1.63 6.25 11.53 Cocoa paste, wholly or partly defatted 20.10 28.60 11.75 13.76 43.38 Cocoa butter, fat and oil 51.10 55.58 41.60 46.68 82.53 Cocoa powder, not contang added sugar or other sweetening matter 32.20 34.40 27.54 36.35 41.49 Cocoa powder,contang added sugar or other sweetening matter 0.09 0.10 0.05 0.10 0.34 Sumber: Kementerian Perdagangan, 2012 Berdasarkan Tabel 14, ekspor cocoa beans, whole or broken,rawroasted menunjukan nilai yang fluktuatif, meningkat cukup tinggi pada tahun 2009 sebesar 439.30 ton dan ditahun berikutnya menunjukkan nilai yang terus menurun 54 sebesar 210.06 ton pada tahun 2011. Untuk produk olahan kakao, volume ekspor tertinggi yaitu untuk cocoa butter, fat and oil sebesar 51.10 ton pada tahun 2007 dan diikuti oleh cocoa powder, not contang added sugar or other sweetening matter dan cocoa paste, wholly or partly defatted dengan volume masing-masing sebesar 32.20 dan 20.10 ton. Dilihat dari perkembangan ekspor setiap tahunnya masing-masing komoditas menunjukkan nilai yang berfluktuatif cukup tinggi seperti cocoa paste, wholly or partly defatted meningkat pada tahun 2008 yaitu sebesar 28.60 ton dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 20.10 ton. Namun menurun pada tahun berikutnya sebesar 11.75 ton, kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2010 sebesar 13.76 ton dan ditahun berikutnya kembali meningkat dengan peningkatan yang tinggi sebesar 42.38 ton. Selain cocoa paste, wholly or partly defatted, cocoa butter, fat and oil juga mengalami peningkatan yang cukup fluktuatif setiap tahunnya. Dan setiap tahunnya juga, cocoa butter, fat and oil menempati urutan pertama untuk produk olahan kakao yang memiliki volume ekspor tertinggi. Diikuti oleh cocoa powder, not contang added sugar or other sweetening matter pada urutan kedua dan cocoa paste, wholly or partly defatted pada urutan ketiga. Tabel 15. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2007-2011 URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 Cocoa beans, whole or broken,rawroasted 622.60 854.58 1087.48 1190.73 614.49 Cocoa shells, husks, skins oth cocoa waste 0.68 1.44 0.65 0.72 2.59 Cocoa paste, not defatted 4.61 4.25 5.66 22.71 43.52 Cocoa paste, wholly or partly defatted 10.92 19.92 14.64 43.38 170.79 Cocoa butter, fat and oil 230.15 326.44 230.05 236.80 304.58 Cocoa powder, not contang added sugar or other sweetening matter 32.08 37.15 45.20 103.18 157.99 Cocoa powder,contang added sugar or other sweetening matter 0.13 0.16 0.13 0.22 0.85 Sumber: Kementerian Perdagangan, 2012 Kondisi ekspor kakao Indonesia berdasarkan nilai ekspornya Juta US disajikan pada Tabel 15. Nilai ekspor cocoa beans, whole or broken, rawroasted menunjukkan nilai yang fluktuatif, meningkat cukup tinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar US 854.58 juta dan ditahun berikutnya menunjukkan nilai yang terus menurun yaitu 614.49 ton pada tahun 2011. Untuk produk olahan kakao, nilai 55 ekspor tertinggi yaitu untuk cocoa butter, fat and oil yaitu sebesar US 230.15 juta pada tahun 2007 dan diikuti oleh cocoa powder, not contang added sugar or other sweetening matter dan cocoa paste, wholly or partly defatted yang masing- masing memiliki volume sebesar 32.08 dan US 10.92 juta. Perkembangan nilai ekspor masing-masing komoditas setiap tahunnya menunjukan nilai yang berfluktuatif cukup tinggi seperti cocoa paste, wholly or partly defatted meningkat pada tahun 2008 yaitu sebesar US 19.92 juta dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar US 10.92 juta. Namun menurun pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2009 yaitu sebesar US 14.64 juta, kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2010 yaitu sebesar US 43.38 juta dan ditahun berikutnya kembali meningkat dengan peningkatan yang tinggi yaitu sebesar US 170.79 juta. Cocoa paste, wholly or partly defatted, cocoa butter, fat and oil juga mengalami peningkatan yang cukup fluktuatif setiap tahunnya. Cocoa butter, fat and oil menempati urutan pertama untuk produk olahan kakao yang memiliki nilai ekspor tertinggi. Diikuti oleh cocoa powder, not contang added sugar or other sweetening matter pada urutan kedua dan cocoa paste, wholly or partly defatted pada urutan ketiga. 5.2 Perkembangan Luas Areal Kakao Indonesia Kakao Indonesia tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Berdasarkan data BPS 2010, kakao Indonesia paling banyak tertanami di provinsi Sulawesi Selatan yaitu seluas 264.2 ribu Ha pada tahun 2009, kemudian diikuti Sulawesi Tenggara dan Sulawesi tengah untuk urutan kedua dan ketiga yaitu masing- masing seluas 239 dan 225 ribu Ha. Kakao tidak ditanami di provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan DKI Jakarta. Selain daerah Sulawesi, kakao juga banyak ditanami di daerah Sumatera yaitu untuk Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat yang masing-masing memberikan luas sebesar 85.3, 74.50 dan 61.50 ribu Ha. Nusa Tenggara timur, Kalimantan Timur juga Jawa Timur memiliki lahan kakao yang cukup luas juga yaitu 44.50, 34.60 dan 52.50 ribu Ha. 56 Tabel 16. Luas Areal Tanam Kakao Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2008-2009 000 Ha Provinsi 2008 2009 Provinsi 2008 2009 Aceh 74.50 76.40 Nusa Tengga Barat 5.40 5.70 Sumatera Utara 85.30 84.20 Nusa Tenggara Timur 44.50 44.70 Sumatera Barat 61.50 61.40 Kalimantan Barat 10.00 10.20 Riau 6.40 6.40 Kalimantan Tengah 0.90 0.90 Kepulauan Riau 0.00 0.00 Kalimantan Selatan 2.30 2.30 Jambi 1.30 1.30 Kalimantan Timur 34.60 35.40 Sumatera Selatan 5.00 5.20 Sulawesi Utara 11.90 11.00 Kepulauan Bangka Belitung 0.00 0.00 Gorontalo 10.90 11.10 Bengkulu 15.30 16.00 Sulawesi Tengah 221.70 225.00 Lampung 38.70 39.00 Sulawesi Selatan 262.80 264.20 DKI Jakarta - - Sulawesi Barat 153.00 153.00 Jawa Barat 12.50 6.70 Sulawesi Tenggara 197.40 239.00 Banten 6.20 6.20 Maluku 16.80 17.10 Jawa Tengah 6.90 7.10 Maluku Utara 34.70 34.80 DI Yogyakarta 4.50 4.60 Papua 21.40 21.60 JawaTimur 52.50 58.50 Papua Barat 13.40 14.40 Bali 12.60 11.50 Total 1 425.20 1 475.30 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

5.3 Perkembangan Produksi Kakao Indonesia