16 Indonesia. Beberapa kendala tersebut adalah infrastruktur yang terbatas,
ketersediaan dan kemudahan akses terhadap sumber permodalan, serta kualitas biji kakao yang masih rendah.
Di Indonesia pembangunan infrastruktur belum bisa sepenuhnya mendukung industri pengolahan kakao, seperti sarana dan prasarana
penyimpanan, pengangkutan, transportasi, dan telekomunikasi. Akses permodalan yang sulit didapat oleh para pelaku agribisnis kakao membuat mereka sulit untuk
mengembangkan usahanya sampai ke tahap industri. Selain itu, kualitas biji kakao sebagai bahan baku industri pengolahan kakao masih belum cukup baik karena
biji kakao yang diproduksi di Indonesia belum melalui tahap fermentasi.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Lolowang 1999, Rahmanu 2009, Jamaludin 2005, Sukmananto 2007,
Nurdiyani 2007, Hastuti 2012, Hidayat 2012, Arsyad, Sinaga dan Yusuf 2011. Hasil penelitian tersebut disajikan pada Tabel 8.
2.4.1 Penelitian mengenai Perdagangan Biji Kakao
Lolowang 1999 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penawaran dan Permintaan Kakao Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional,
menyatakan bahwa ekspor kakao Indonesia ke Amerika Serikat, Singapura, dan Jerman dalam jangka pendek tidak responsif terhadap harga kakao dunia, harga
ekspor cocoa butter, produksi kakao Indonesia, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga. Dalam jangka panjang hanya ekspor ke Amerika Serikat yang responsif
terhadap produksi kakao Indonesia sedangkan ke Singapura dan Jerman tidak responsif terhadap semua faktor penjelas Tabel 8.
Rahmanu 2009 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Daya Saing Industri Pengolahan dan Hasil Olahan Kakao Indonesia, menggunakan metode
Revealed Comparative Advantage RCA, metode
Porter’s Diamond dan metode Ordinary Least Square
OLS Tabel 8.
17
Tabel 8. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian 1
Muhammad Arsyad, B. M. Sinaga, dan S. Yusuf
2011, Analisis Dampak Kebijakan Pajak Ekspor
dan Subsidi Harga Pupuk terhadap
Produksi dan
Ekspor Kakao Indonesia Pasca Putaran Uruguay
1. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
ekpsor kakao Indonesia 2.
Menganalisis dampak
rencana pemberlakuan
pajak ekspor dan subsidi harga
pupuk terhadap
produksi dan ekspor kakao pasca putaran uruguay
Model persamaan
simultan dengan metode pendugaan
Two-Stages Least Square
Faktor-faktor yang secara potensial mempengaruhi ekspor kakao Indonesia adalah harga ekspor kakao
Indonesia, pertumbuhan produksi kakao, nilai tukar rupiah, dan trend waktu. Rencana pemberlakuan
pajak ekspor berdampak negatif terhadap produksi dan ekspor kakao Indonesia pasca Putaran Uruguay,
sementara rencana kebijakan pemberian subsidi harga
pupuk berdampak
positif terhadap
peningkatan produksi dan ekspor kakao Indonesia. Implikasinya adalah bahwa kebijakan subsidi harga
pupuk masih dapat diharapkan sebagai strategi kunci untuk memacu produksi dan ekspor kakao Indonesia
2 Nia Kurniawati Hidayat
2012, Dampak Perubahan Harga
Beras Dunia
terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia pada Berbagai Kondisi Transimi
Harga dan
Kebijakan Domestik
1. Menganalisis
transmisi harga beras dan integrasi
pasar dari pasar dunia ke pasar domestik
2. Menganalisis
dampak perubahan
harga beras
dunia terhadap
kesejahteraan produsen
dan konsumen
pada berbagai skenario derajat
transmisi harga spasial 3.
Menganalisis dampak
perubahan harga
beras dunia
dan kebijakan
domestik harga pokok pembelian, tarif impor, dan
kuota impor beras Model
persamaan simultan dengan metode
Two-Stages Least
Squares. Kebijakan harga pembelian pemerintah HPP
efektif dalam menstabilkan harga beras domestik dan melindungi petani. Kenaikan HPP dapat
meningkatkan kesejahteraan
petani meskipun
konsumen dirugikan dan penerimaan pemerintah berkurang. Begitu pula dengan kenaikan tarif impor
10 persen, namun kenaikan belum mampu melindungi petani dari penurunan harga dunia.
Sedangkan kebijakan penetapan kuota impor 1.57 juta ton dapat menurunkan kesejahteraan petani,
namun konsumen diuntungkan.
17
18
No Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen.
3 Hastuti 2012, Dampak
Kebijakan Tarif dan Kuota Impor terhadap Penawaran
dan Permintaan Gandum dan Tepung Terigu di
Indonesia 1.
Mengidentifikasi faktor
faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan
gandum dan tepung terigu dipasar
dunia dan
domestik. 2.
Mengevaluasi dampak
kebijakan tarif dan kuota impor terhadap penawaran
dan permintaan gandum dan tepung terigu di pasar
dunia dan domestik.
3. Mengevaluasi kebijakan
tarif dan kuota impor gandum dan tepung terigu
terhadap kesejahteraan konsumen
gandum, produsen dan konsumen
tepung terigu, dan industri pengguna tepung terigu di
Indonesia.
4. Merumuskan
kebijakan tarif dan kuota impor
gandum dan tepung terigu yang terbaik bagi
kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Model persamaan
simultan dengan metode pendugaan
Two-Stages Least Square
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tarif lebih efektif diterapkan daripada kebijakan kuota.
karena kebijakan tarif menciptakan penerimaan pemerintah dari tarif impor, sehingga mendorong
meningkatkan kesejahteraan bersih masyarakat. Kebijakan perdagangan tarif dan kuota impor
gandum lebih responsif dibandingkan dengan tepung terigu. karena besarnya impor gandum di
Indonesia dibandingkan dengan impor tepung terigu di Indonesia.
Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, simulasi kebijakan pengenaan tarif impor gandum
di Indonesia sebesar lima persen merupakan simulasi
yang meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
terbesar. Meskipun
kebijakan menurunkan surplus industri pengguna tepung
terigu, dikarenakan tingginya harga tepung terigu, namun dapat dikompensasi dengan besarnya
peningkatan surplus industri tepung terigu. Simulasi kebijakan yang meningkatkan surplus industri
pengguna tepung terigu terbesar adalah simulasi peningkatan kuota impor gandum Indonesia sebesar
10 persen.
18
19
No Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian 4
Jamaludin 2005, Dampak Kebijakan
Perdagangan Gandum Tepung Terigu
terhadap Keseimbangan
Tepung Terigu
di Indonesia
1. Menganalis faktor-faktor
yang mempengaruhi
produksi, permintaan dan harga
tepung terigu
Indonesia 2.
Menganalisis dampak
kebijakan perdagangan
gandum tepung
terigu terhadap
keseimbangan tepung terigu di Indonesia
Model persamaan
simultan dengan metode pendugaan
Two-Stages Least Square
Produksi tepung terigu Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh variabel harga tepung terigu
domestik, jumlah impor gandum, upah tenaga kerja di sektor Industri, dan bedakala produksi tepung
terigu Indonesia. Permintaan tepung terigu ditentukan dan responsif terhadap harga tepung
terigu domestik, pendapatan nasional, jumlah penduduk dan dummy kebijakan perdagangan impor
gandum-tepung terigu. Sedangkan untuk harga tepung terigu domestik secara nyata ditentukan oleh
penawaran tepung terigu Indonesia dan tren waktu
5 Lolowang 1999, Analisis
Penawaran dan Permintaan Kakao Indonesia di Pasar
Domestik dan Internasional 1.
Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi
perilaku areal tanam dan produktifitas
kakao berdasarkan kawasan ,
penawaran ekspor
Indonesia serta perdagagan internasional
2. Menganalisis
dampak kebijakan pemerintah dan
perubahan eksternal
terhadap pasar domestik dan pasar internasional
Model persamaan
simultan dengan metode pendugaan Three-Stages
Least Square Ekspor kakao Indonesia ke Amerika Serikat,
Singapua, Jerman dalam jangka pendek tidak responsif terhadap harga kakao dunia, harga ekspor
cocoa butter , produksi kakao Indonesia, nilai tukar
rupiah dan tingkat suku bunga. Dalam jangka panjang hanya ekspor ke Amerika Serikat yang
responsif terhadap produksi kakao Indonesia sedangkan ke Singapura dan Jerman tidak responsif
terhadap semua faktor penjelas.
6 Rahmanu 2009, Analisis
Daya Saing
Industri Pengolahan
dan Hasil
Olahan Kakao Indonesia 1.
Menganalisa posisi daya saing hasil olahan kakao
Indonesia
2. Menganalisa faktor-faktor
yang menghambat
perkembangan industri
1. metode
Revealed Comparative
Advantage RCA
2. Porter’s Diamond
3. metode
Ordinary Least Square
OLS Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing hasil
olahan kakao adalah harga ekspor kakao olahan, volume ekspor kakao olahan, dan krisis ekonomi,
sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao Indonesia
adalah produktivitas industri pengolahan kakao.
19
20
No Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
pengolahan kakao nasional 3. Menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi posisi daya saing hasil olahan
kakao Indonesia
7 Sukmananto
2007, Dampak
Kebijakan Perdagangan
terhadap Kinerja Ekspor Produk
Industri Pengolahan Kayu Primer Indonesia
1. Mengindentifikasi faktor-
faktor yangmempengaruhi kinerja ekspo
2. Mengevaluasi
dampak kebijakan
perdagangan kayubulat terhadap kinerja
ekspor periode tahun 1980- 2002
3. Meramalkan dampak
kebijakan perdagangan kayu bulat terhadap kinerja
ekspor produk industri pengolahan kayu primer
periode tahun 2007-2010 Model
persamaan simultan dengan metode
pendugaan Two-Stages
Least Square Kombinasi kebijakan penghapusan larangan ekspor
kayu bulat, kenaikan provisi sumberdaya hutan, kenaikan dana reboisasi,penurunan suku bunga,
kenaikan upah tenaga kerja dan penawaran kayu bulat domestik, merupakan kebijakan yang paling
sesuai dan terbaik untuk dilakukan.Selain menghasilkan kenaikan devisa yang paling tinggi
dari ekspor produk industri pengolahan kayu primer. Kebijakan larangan ekspor kayu bulat yang diganti
dengan pengaturan kuota penawaran kayu bulat domestik akan lebih dapat diterima di perdagangan
internasional karena terhindar dari isu lingkungan yang sering jadi penghambat perdagangan
internasional. Pada variabel produktivitas industri pengolahan
kakao tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao, karena daya saing hasil olahan kakao
lebih dipengaruhi oleh mutu dan kualitas produk, sedangkan peningkatan produktivitas tidak
menjamin peningkatan mutu hasil olahan kakao.
8 Nurdiyani 2007, Analisis
Dampak Rencana
Penerapan Pungutan
Ekspor Kakao terhadap Integrasi Pasar Kakao
1. Menganalisis
integrasi pasar kakao dunia dan
dalam negeri, termasuk di beberapa sentra kakao di
Indonesia Model integrasi pasar
berupa model Autoregressive
Distributed Lag Kebijakan pada akhirnya akan membuat kondisi
pasar kakao di dalam negeri menjadi semakin tidak terintegrasi. selain itu, adanya kebijakan pungutan
ekspor akan berimplikasi pada: 1 melemahnya posisi daya saing ekspor kakao indonesia di dunia,
20
21
No Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Indonesia
2. Menganalisis
dampak kebijakan pungutan ekspor
kakao terhadap integrasi pasar kakao Indonesia serta
implikasinya terhadap para stakeholder
agribisnis kakao
2 menurunnya bagian pendapatan yang akan diterima oleh petani, 3 bagi pedagang eksportir,
pungutan ekspor mungkin tidak akan begitu berpengaruh meskipun akan memicu kegiatan
penyelundupan, 4 bagi pihak industri, adanya pungutan ekspor akan menjamin ketersediaan input
untuk proses pengolahan cokelat dan bagi pemerintah tentu saja kebijakan akan menjadi
alternatif pendapatan bukan pajak.
21
22
2.4.2 Penelitian mengenai Kebijakan Perdagangan
Jamaludin 2005 melakukan penelitian dengan menggunakan metode Two - Stage Least Square
2SLS untuk menganalisis dampak kebijakan perdagangan gandum tepung terigu terhadap keseimbangan tepung terigu di Indonesia Tabel
8. Sukmananto 2007 melakukan penelitian yang berjudul dampak kebijakan perdagangan terhadap kinerja ekspor produk industri pengolahan kayu primer
Indonesia Tabel 8. Nurdiyani 2007 melakukan penelitian yang berjudul analisis dampak rencana penerapan pungutan ekspor kakao terhadap integrasi
pasar kakao Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah model integrasi pasar berupa model autoregressive distributed lag Tabel 8. Hastuti 2012 melakukan
penelitian yang berjudul dampak kebijakan tarif dan kuota impor terhadap penawaran dan permintaan gandum dan tepung terigu di Indonesia Tabel 8.
Hidayat 2012 melakukan penelitian yang berjudul dampak perubahan harga beras dunia terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia pada berbagai kondisi
transmisi harga dan kebutuhan domestik Tabel 8.
III. KERANGKA PEMIKIRAN