Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga biji kakao di Indonesia. 2. Menganalisis dampak perubahan faktor ekonomi terhadap penawaran, permintaan, harga biji kakao dan produksi cocoa butter di Indonesia. 3. Menganalisis dampak perubahan faktor ekonomi terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen biji kakao di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Bagi Pemerintah, penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang efektivitas kebijakan pajak ekspor biji kakao yang telah dirumuskan dan diterapkan sehingga dapat merumuskan serta menerapkan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen domestik. Bagi masyarakat umum, penelitian diharapkan dapat menambah wawasan mengenai ekspor hasil pertanian khususnya biji kakao di Indonesia terhadap pasar Internasional. Bagi akademisi, penelitian diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih beranekaragam. Bagi penulis selanjutnya, penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan bahan pertimbangan dengan topik penelitian yang serupa mengenai ekspor hasil pertanian di subsektor perkebunan khususnya biji kakao.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengambil permasalahan yang ada pada perekonomian nasional di Indonesia yang berkaitan dengan pertumbuhan makroekonomi yaitu ekspor komoditas unggulan di sektor pertanian yaitu subsektor perkebunan. Komoditas subsektor perkebunan yang dimaksudkan adalah kakao yaitu biji kakao. Periode amatan yang dilakukan dalam penelitian adalah tahun 1990 sampai dengan tahun 2010, dimaksudkan agar dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang mampu menjelaskan perubahan penawaran, permintaan, dan harga biji kakao di Indonesia dan dampak terhadap kinerja industri kakao dalam negeri. Kinerja industri kakao yang dimaksud adalah semua endogenous variable yaitu 10 penawaran, permintaan, harga, produksi, ekspor, impor, dan harga ekspor biji kakao serta produksi cocoa butter Indonesia. Istilah industri dipandang sebagai suatu sistem secara keseluruhan, yang meliputi dari penanaman kakao hingga ke proses olahan setengah jadi yaitu hingga diolah menjadi cocoa butter. Keterbatasan penelitian adalah tidak dibedakannya kualitas biji kakao. Di sisi lain, bentuk pengusahaan tidak dibedakan antara perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar rakyat karena diuraikan kepada total luas areal, total produksi dan total ekspor dari ketiga bentuk pengusahaan perkebunan tersebut. Produk olahan kakao hanya dikhususkan untuk produk setengah jadi yaitu cocoa butter karena cocoa butter merupakan produk olahan kakao yang dapat mewakili total keseluruhan produk olahan kakao oleh industri, karena berdasarkan data Kementerian Perindustrian 2012, cocoa butter merupakan produk olahan yang memberikan kontribusi terbesar dalam total nilai ekspor produk olahan kakao Indonesia yaitu sebesar 71 persen. Harga domestik cocoa butter tidak tersedia sehingga didekati dengan harga ekspor. Penelitian bukan bertujuan menguji efektifitas kebijakan pajak ekspor biji kakao yang ditetapkan oleh pemerintah. Penulis hanya melakukan simulasi jika kebijakan pajak ekspor biji kakao ditetapkan sehingga hanya melihat dan menfokuskan perhatian kepada besar kecilnya perubahan yang terjadi pada harga, permintaan, dan penawaran biji kakao serta cocoa butter Indonesia. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kakao

Tanaman kakao pertama kali dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh Suku Indian Maya dan Suku Astek Aztec sebagai bahan makanan dan minuman cokelat. Suku Maya dahulu hidup di daerah yang sekarang disebut Guatemala, Yucatan, dan Honduras Amerika Tengah. Oleh karena itu, berdasarkan penelusuran sejarah menunjukkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di bagian utara Amerika Selatan. Seiring penaklukan Suku Maya oleh Suku Astek, maka Suku Astek lebih dikenal sebagai penanam dan pembudidaya tanaman kakao oleh Bangsa Spanyol yang datang pada tahun 1519. Kemudian pada tahun 1525, masyarakat Spanyol tercatat sebagai penanam pertama kakao di Trinidad. Pengenalan kakao terus berkembang hingga ke Eropa pada tahun 1528. Rasa olahan kakao sebagai cokelat yang lezat membuat komoditas menjadi terkenal sebagai produk makanan dan minuman baru di Spanyol. Hingga pada awal tahun 1550 pengenalan kakao semakin meluas hingga ke seluruh daratan Eropa. Beberapa pabrik pengolahan kakao mulai berdiri di daerah Lisbon Portugal, Genoa, Turin Italia, dan Marseilles Perancis. Negara lain yang tercatat sebagai perintis penanaman kakao adalah Belanda, khususnya untuk penanaman kakao di Asia. Kakao semakin terkenal setelah ditemukan cara baru pengolahannya seperti inovasi baru yang dipopulerkan oleh C.J Van Houten sekitar tahun 1828 di Belanda. Inovasi tersebut berupa alat untuk mengekstrak biji kakao menjadi lemak cokelat cocoa butter atau bubuk cokelat cocoa powder. Sejak saat itu perdagangan biji kakao di Amerika dan Eropa berkembang sangat pesat. Produsen kakao terbesar di dunia berada di Pantai Gading Ivory Coast, kemudian diikuti oleh Ghana dan Indonesia, dengan produksi masing-masing sebesar 40 persen, 19 persen, dan 11 persen dari total produksi dunia. Ketiga negara produsen terbesar kakao menghasilkan tujuh persen produksi kakao dunia dan sisanya dihasilkan oleh negara-negara lain. Konsumsi kakao dunia didominasi oleh negara-negara Eropa, Amerika Serikat, atau negara-negara industri dengan pendapatan per kapita