5 dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding
kelas. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat
dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Lingkungan yang ada di sekitar anak-anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas Dumyati, 2012.
2.3 Sekolah Alam
Menurut Djuwita 2010, Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran
siswa didiknya. Secara langsung memanfaatkan alam sebagi media belajar dan dengan konsep ruang belajar yang ramah lingkungan. Anak-anak dibebaskan
berekspresi, tanpa dibatasi sekat-sekat dinding dan berbagai aturan yang mengekang rasa ingin tahu mereka, juga membatasi interaksi mereka dengan
kehidupan yang sebenarnya. Sebagai sekolah alternatif, Sekolah Alam berbeda dengan kebanyakan sekolah konvensional, alamlah yang mengelilingi mereka,
bukan tembok beton. Sekolah berbasis alam mengindikasikan satu hal kegiatan belajar dilakukan dengan memaksimalkan eksplorasi terhadap alam lingkungan
sekitar. Itulah mengapa sebagian besar aktivitas dilakukan di luar ruang.
2.4 Lanskap Sekolah
Lanskap merupakan wajah dan karakter lahantapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik
bersifat alami, non alami, atau keduanya, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata
memandang, sejauh segenap indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Zonneveld 1979 lanskap adalah ruang yang terdapat di
permukaan bumi yang terdiri dari sistem yang kompleks, terbentuk dari aktifitas
6 batuan, air, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia serta melalui fisiognominya
membentuk suatu kesatuan yang dapat dikenali diidentifikasi. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa
atau murid di bawah pengawasan guru. Menurut Dinas Pekerjaan Umum 2002 Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan guru mengajar dan
murid belajar.
2.5 Behaviour Setting
Berkembangnya ilmu pengetahuan yang kompleks maka perilaku manusia semakin diperhitungkan dalam ruang arsitektural. Dalam hal ini karakteristik
pendekatan psikologi lingkungan terhadap perilaku dan setting fisik yang berpengaruh terhadap ruang arsitektural. Perhatian utama tentang perilaku
manusia adalah pada hubungan antar manusia terhadap lingkungan fisik yang dibuat oleh manusia sendiri. Kehidupan, manusia telah banyak merubah wajah
bumi dan alam bebas dimana mereka berada. Perilaku sendiri mempunyai maksud tertentu dalam suatu setting sosial yang kompleks. Setting fisik bukan merupakan
ruang yang sederhana sebagai ruangan fisik semata. Setting itu sedemikian terencananya dan sudah dicanangkan untuk dapat melayani obyek yang berada di
dalamnya. Perilaku individu yang menggunakannya dalam hubungan sosial menunjukkan gunafungsi dari ruang itu sekaligus menunjukkan bagaimana cara
menggunakannya dan apa yang tak mungkin dapat dilakukan di ruang tersebut. Perilaku adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang terjadi karena
adanya stimulus dari lingkungannya. Perilaku merupakan tahapan penyambung dalam interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang adalah umur, tingkat sosial, jenis kelamin dan kultur Porteous, 1977.
Setting adalah lokasi-lokasi pada tapak tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Setting ini diharapkan dapat mewakili konteks waktu, kegiatan, dan
lokasi sehingga data yang diperoleh tidak distortif. Behaviour setting adalah suatu kombinasi yang stabil antara perilaku dan lingkungan fisik. Behaviour setting
memiliki syarat-syarat yaitu adanya perulangan pola perilaku, adanya lingkungan fisik yang spesifik, adanya periode waktu tertentu, dan adanya hubungan yang
seimbang antara perilaku dan lingkungan fisiknya Porteous, 1977.
7
2.6 Pengelolaan Lanskap