83 Analisis aspek karakteristik lanskap Sekolah Alam didapatkan dari data yang
sudah diolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau lebih luas dibandingkan dengan ruang terbangun. Hal ini menunjukkan bahwa lanskap sekolah
memiliki proporsi lanskap yang menyerupai alam sehingga kegiatan yang dilakukan seperti belajar dan bermain banyak dilakukan di luar ruangan dengan memanfaatkan
elemen alam yang telah tersedia atau fasilitas yang disediakan menggunakan bahan ramah lingkungan dan berbasis sumber daya lokal. Aktivitas yang banyak dilakukan
di luar ruangan menjadikan lanskap sekolah memiliki taman dan aktivitas yang beragam dengan daya dukung yang sesuai. Desain lanskap sekolah yang ditampilkan
oleh SAB sesuai dengan konsep dan tujuan sekolah sedangkan untuk SAC dapat dikatakan tidak sesuai karena sebagian ruangan yang ada menggunakan material dan
bentukan yang modern.
5.2 Analisis Setting Aktivitas
Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas didapati bahwa hampir keseluruhan area 80 yang
ada digunakan sebagai ruang beraktivitas dan para murid mencoba serta menggunakan sarana prasarana yang telah tersedia, terutama karena sekolah ini
bersifat aktif di luar ruang kelas. Berdasarkan hasil pengamatan, taman atau area yang berbeda akan
menggerakkan aktivitas kedalam dua kelompok yaitu aktivitas akademik dan non- akademik. Aktivitas akademik terdiri dari belajar, outboundolahraga, sedangkan non-
akademik terdiri dari duduk, berdiri, berjalan, berlari, bermain, memanjat, berbincang, jongkok, pemeliharaan dan makan tercantum pada Tabel 19 dan Tabel 20.
Kurikulum yang menggunakan model pembelajaran alam dipadukan dengan kegiatan belajar menjadikan setiap aktivitas belajar siswa turun langsung ke lapang.
Misalnya saja untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA siswa tahu bagaimana beras bisa menjadi nasi, tetapi belum tentu siswa tahu proses terbentuknya beras itu
sendiri. Oleh karena itu guru membimbing siswa untuk menanam padi dan mengolahnya bersama. Pelajaran yang lain misalnya adalah kewirausahaan, setiap
kelas memiliki lahan berkebun sendiri yang sudah ditanami sayuran atau buah. Apabila hasil kebun memasuki masa panen, maka siswa akan mengolahnya menjadi
84 sesuatu yang bisa dijual ataupun hanya sekedar bahan mentah. Keuntungan hasil
penjualan dimasukkan ke dalam kas kelas yang digunakan untuk kebutuhan kelas. Setting belajar diskusi seperti ampiteater memililiki layout terbuka difasilitasi
oleh tempat duduk dan dikelilingi pepohonan memiliki luas kisaran 500 m
2
dengan daya dukung siswa sebanyak 150 siswa. Setting outbound untuk olahraga dan
kegiatan outbound memiliki layout ruang terbuka menyerupai alam dengan keselilingan area yang teduh dan difasilitasi sarana outbound atau olahraga. Luas
lahan kisaran untuk area olahraga disesuaikan dengan standar area olahraga dinas pendidikan. Kegiatan outbound atau olahraga sudah terjadwal oleh masing-masing
guru agar kegiatan tidak bertabrakan satu sama lain dan fasilitas terpakai secara maksimal. Kegiatan outbound dilaksanakan untuk melatih keberanian, kepemimpinan,
dan cara kerja dari siswa. Misalnya saja pelajaran matematika, metode belajar yang disajikan adalah seperti belajar berhitung bersama sambil bermain baik itu melempar
benda pada target tertentu, atau menghitung luasan yang berada di sekitar sekolah. Setting praktikum taman tematik memiliki layout dengan fasilitas yang disesuaikan
dengan tema taman. Berdasarkan keberadaan taman di kedua sekolah, taman-taman tersebut
memiliki persamaan misalnya saja untuk taman obat dan taman manfaat sama-sama menghasilkan jenis tanaman yang dapat berguna untuk kesehatan ataupun kebutuhan
sehari-sehari serta taman ini selalu dikunjungi oleh siswa setiap harinya. Kemudian taman warna yang menampilkan warna-warna menarik dari setiap tanaman dan selalu
dikunjungi siswa. Keutamaan di kedua sekolah sama-sama memiliki taman yang dikhususkan untuk melakukan aktifitas berolahraga atau outbound.
Ragam aktivitas yang banyak ditemui pada taman-taman dikedua sekolah berupa belajar, berjalan dan berlari dimana setting ini tidak terpengaruh pada cuaca.
Semakin banyak jumlah orang yang berkunjung maka semakin beragam jumlah aktivitasnya, semakin banyak orang berkumpul dalam suatu area atau setting
makaakan timbul berbagai kegiatan yang beraneka ragam. Sesuai dengan konsep sekolah alam, dimana seluruh area yang berada di
lingkungan sekolah dimanfaatkan dengan baik oleh para siswa. Baik itu hanya sekedar duduk, outbound dan belajar. Hampir disetiap waktunya jarang sekali ditemui
kondisi lingkungan sekolah yang sepi, semua siswa bebas beraktivitas dimana saja dan kapan saja Tabel 29.
85 Tabel 29. Penjelasan Singkat Fenomena Behaviour Setting pada Tiap Ragam
Aktivitas
Setting Area Aktivitas
Memanfaatkan kondisi lanskap yang teduh dengan luasan yang dapat menampung siswa. Menyebar hampir di seluruh
setting sekolah.
a. Akademik
- Belajar
Setting taman dan kebun yang dijadikan sebagai media praktikum dengan memanfaatkan elemen lanskap yang ada di
dalam tapak taman obat, taman A-Z, dan taman manfaat -
Praktikum
Memanfaatkan setting taman atau lanskap yang memiliki
cukup luasan dan difasilitasi oleh sarana outbound.
- Outbound
olahraga
Memanfaatkan setting yang banyak disediakan tempat duduk
dan ditanami pepohonan seperti pada taman ampiteater dan lapangan.
b. Non-akademik
- Duduk
Merata hampir di semua setting taman baik itu yang
mempunyai naungan pohon peneduh ataupun di area terbuka.
- Berdiri
Mendominasi di seluruh setting yang berdekatan dengan
akses jalan lain.
- Berjalan
Kegiatan berlari ditemui di seluruh setting taman.
- Berlari
Ada disemua setting terutama pada taman sentral berupa
taman yang luas dan difasilitasi oleh lapangan basket, futsal ataupun yang sudah difasilitasi oleh fasilitas permainan.
- Bermain
Banyak ditemui di setiap setting taman.
- Jongkok
Tersebar diseluruh area sekolah. -
Pemeliharaan pihak sekolah
Tersebar hanya di setting tertentu seperti area kantin.
- Makan
Adanya aktifitas pada keseluruhan taman menandakan terpenuhinya kebutuhan siswa untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan beraktivitas. Semakin banyak
fungsi yang dapat diakomodasikan oleh tapak tersebut, maka akan semakin baik tapak tersebut untuk beraktifitas dan berinteraksi.
Behaviour Mapping merupakan salah satu cara sederhana untuk memahami adanya proses behavior setting. Teknik pemetaan perilakunya yaitu place center
mapping pemetaan berdasarkan tempat Ittelson Setiawan dan Haryadi, 1995. Adapun behavior mapping Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas sebagai
berikut: 1.
Different park will attract different people Warna kuning banyak mendominasi behavior mapping yang diikuti oleh
warna hijau dan kuning kehijauan. Hal ini menandakan bahwa tingkat umur A 7 sampai 9 tahun menempati posisi tertinggi dalam penggunaan taman yang kemudian
diikuti oleh usia B 10 sampi 12 tahun dan usia C pegawai sekolah. Selain dari
86 jumlahnya yang banyak, anak-anak juga banyak memilih tipe taman yang teduh dan
terdapat fasilitas bermain, sedangkan untuk kategori usia B lebih bersifat menyebar disetiap taman. Usia C berada di sekitar kantor dan mendampingi siswa. Pengguna
disini memiliki peran penting untuk berkontribusi melakukan perencanaan taman selanjutnya. Gambar 15
– Gambar 18.
2. Diffferent park will be generate different activity
Untuk mempermudah dalam pengamatan, taman yang berada di Sekolah Alam Bogor dibagi menjadi 3 lokasi. Pembagian ini berdasarkan kedekatan antar lokasi
taman. Ragam aktivitas disesuaikan dengan aktivitas dilapang dan dibagi menjadi 11 ragam diantaranya, 1.Belajar 2.Duduk 3.Berdiri 4.Berjalan 5.Berlari 6.Bermain
7.Memanjat 8.Berbincang 9.Jongkok 10.Outboundolahraga, dan 11.Makan. Untuk lokasi 1, taman penerimaan aktivitas yang sering dilakukan adalah berjalan karena ini
merupakan akses keluar masuk sekolah, selanjutnya adalah makan dikarenakan posisi kantin berada tepat di area penerimaan kemudian aktivitas berikutnya belajar, berdiri,
duduk, berbincang, olahraga, bermain, dan jongkok. Aktivitas yang tidak ditemuai di lokasi ini adalah memanjat. Lokasi 2 yaitu taman obat dan taman sentral, aktivitas
yang dominan adalah belajar, kemudian berjalan. Di taman ini terlihat beberapa siswa yang memanjat namun dengan jumlah yang tidak banyak, dan aktivitas yang tidak
ditemui adalah makan. Lokasi 3 yaitu taman A to Z, taman warna, dan taman panca indera dengan aktivitas yang mendominasi adalah bermain, kemudian belajar, dan
bermaian karena disini disediakan fasilitas bermain yang dikhususkan untuk siswa kelas I-III. Aktivitas yang tidak ditemui adalah outbound olahraga dan makan.
Sekolah Alam Cikeas, pembagian lokasi taman dibagi menjadi 4 lokasi. Lokasi 1 yaitu taman penerimaan dengan aktivitas yang mendominasi adalah berjalan,
kemudian belajar sedangkan aktivitas yang tidak ditemukan berupa outbound olahraga dan makan. Lokasi 2 berada pada taman jam, taman manfaat, dan ampiteater,
aktivitas yang mendominasi adalah belajar dan paling minim ditemui adalah makan. Lokasi 3 yaitu taman daur ulang, taman sentral, taman outbound, taman warna
aktivitas yang mendominasi adalah berjalan dan outbound. Lokasi 4 berada pada taman manfaat, dengan aktivitas yang mendominasi berupa belajar, berbincang, dan
berdiri. Aktivitas yang tidak ditemui adalah bermain, memanjat, outboundolahraga dan makan.
87
88
89
90
91
Setting yang mendukung aktivitas di SAB dan SAC adalah: 1.
Taman Penerimaan: Setting ini memiliki lanskap yang didominasi oleh tanaman display dan difasilitasi oleh bangku serta pos keamanan dengan bentukan
desain taman yang formal. Kegiatan yang berlangsung berupa berjalan kaki dan terkadang kegiatan akademis muncul pada setting ini,
2. Taman Obat: Setting ini terdiri dari bermacam-macam jenis obat yang
digunakan sebagai alat untuk belajar serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
3. Taman Sentral: Setting ini digunakan sebagai area untuk penghijauan oleh
SAB dengan ditanami oleh hamparan rerumputan dan pepohonan seperti pohon melinjo Gnetum gnemon Linn., sengon Paraserianthes falcataria, pinus Pinus
merkusii Jungh., dan mahoni Swietenia macrophylla. Lain halnya dengan taman sentral yang berada di SAC, setting ini digunakan sebagai area bermain dan
berolahraga seperti futsal dan basket. Tanaman yang berada pada setting ini berupa tanaman rimbun seperti saga Adenanthera pavonina , melinjo Gnetum gnemon
Linn., pohon rambutan Nephelium lappaceum, dan pinus Pinus merkusii Jungh.. Fasilitas pendukung seperti bangku taman berada di bawah pepohonan sehingga siswa
yang menonton pertandingan atau sekedar bercengkrama dan duduk santai merasa nyaman dengan letak bangku yang tidak terkena matahari secara langsung. Taman
sentral dikedua sekolah memiliki area yang cukup luas sehingga untuk SAC dapat menampung segala aktivitas siswa,
4. Taman A to Z: Setting ini hanya dimiliki oleh SAB dengan desain yang
informal, ditanami berbagai jenis tanaman, dan difasilitasi permainan edukatif. Setting ini berada di area belakang sekolah yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan belajar dan bermain dengan suasana yang tidak terlalu panas, 5.
Taman warna: Setting ini ditanami oleh tanamanyang memiliki warna cerah dan menarik sepertipeace lily Spathiphyllum sp., yellow walking iris Neomarica
lomgifolia, mawar Rossa sp., puring Codiaeum sp., dan hanjuang Cordyline sp.. Sedangkan pada SAC taman warna berupa border yang berada di sepanjang taman
sentral, 6.
Taman Panca indera: Setting ini terdapat di SAB, diciptakan untuk kegiatan belajar mengasah panca indera melalui tanaman. Tanaman penghasil bau Smell
seperti kenanga Cananga odorata, dan pandan wangi Pandanus amaryllifolius
92
Roxh., sentuhan Touch seperti perbedaamn dari permukaan batang atau daun. Tanaman penghasil warna yang dihasilkan dari perbedaan bunga atau daun, tanaman
penghasil rasa seperti tebu Saccharum sp., dan pendengaran yang dihasilkan dari kicauan burung ataupun suara angin yang menggerakkan daun.
7. Kebun:Setting ini digunakan sebagai area untuk melakukan kegiatan bercocok
tanam siswa dengan lahan yang banyak ditanami berbagai jenis tanaman kebun, selain itu difasilitasi saung sebagai tempat untuk berteduh atau berdiskusi,
8. Tanaman Produksi: Setting ini terdapat di SAC digunakan sebagai media
belajar yang berbentuk persegi dengan ditanami tanaman produksi sepertimatoa Pometia pinnata, kayu manis Cinnamomum burmanii, dan kayu putih Melaleuca
leucadendra, 9.
Taman Jam: Setting ini terdapat di SAC menyerupai bentukan jam raksasa yang terbuat dari rerumputan dan batu koral. Setting ini digunakan siswa untuk
belajar mengenal jam, 10.
Taman Daur Ulang: Setting ini terdapat di SAC, digunakan siswa untuk mengkreasikan dan memamerkan hasil karya daur ulang. Taman ini berbeda dari
taman yang lain karena memiliki warna yang beragam namun dihasilkan bukan dari tanaman melainkan barang bekas,
11. Taman Outbound: Setting ini memiliki luasan yang luas dengan fasilitas yang
memadai untuk kegiatan outbound seperti flying fox, jembatan tali, tangga dan jalan sesat, serta balok-balok. Pepohonan yang ada di sekitar taman ini menggunakan
tanaman dengan diameter batang yang besar dan kuat seperti ki hujan Samanea saman ataupun rambutan Nephelium lappaceum,
12. Taman manfaat: Setting ini berada di SAC berupa taman yang berdekatan
dengan lokasi kandang, tempat daur ulang kompos dan green lab. Taman ini digunakan sebagai tempat untuk menanam cabai dan tomat, membuat media tanam,
dan membuat benih. 13.
Ampiteater: Setting ini berada di SAC berupa area terbuka yang terbentuk panggung dengan dikelilingi oleh bangku-bangku yang berundak-undak dengan
tanaman yang ada berupa pohon mangga Mangifera indica, sukun Artocarpus communis dan pohon sawo Manilkara kauki Dup..
93
5.3 Analisis SWOT