Kebijakan Pemerintah Eksternal Bank

4.2.2. Eksternal Bank

1. Kebijakan Pemerintah

Ketentuan dan tata cara tentang lembaga keuangan perbankan diatur dalam undang-undang perbankan nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1988, sehingga dapat dikatakan perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Dalam praktik manajemen risiko BTN mengacu pada kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia PBI, diantaranya adalah PBI No. 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum dan PBI No. 1015PBI2008 tentang “Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum”. 2. Debitur Debitur merupakan pengguna dari kredit yang diberikan bank. Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur bisa karena unsur kesengajaan, artinya debitur tidak mau membayar kewajiban kreditnya. Bisa juga disebabkan karena unsur ketidaksengajaan karena adanya musibah. Debitur sulit sekali dikendalikan oleh pihak bank, berbeda sekali dengan faktor internal dimana bank masih bisa mengawasi dan mengontrol faktor tersebut. Debitur merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya risiko kredit di Bank BTN Cabang Jakarta Harmoni. Faktor-faktor yang mempengaruhi debitur tersebut diantaranya yaitu : karakter debitur, pekerjaan debitur dan musibah. Karakter adalah sifat atau watak yang berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Penilaian karakter debitur merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan prilaku seseorang. Pejabat analisis dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kooperatif, kebiasaan-kebiasaan, temperamental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya. Informasi lain yang juga sangat krusial untuk diketahui adalah apakah calon debitur tersebut masuk dalam daftar orang tercela DOT atau daftar hitam dengan melihatnya pada sistem informasi debitur BI Checking. Pada prinsipnya penilaian karakter debitur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya willingness to pay sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. Pekerjaan debitur juga mempengaruhi risiko kredit. Dilihat dari segi penghasilan dan pendapatannya. Selain itu bagi debitur yang berprofesi sebagai ahli hukum perlu diperhatikan apakah debitur tersebut dapat kooperatif kedepannya atau tidak, karena dikhawatirkan calon debitur tersebut dapat menghindari kewajibannya dengan mencari kekurangan dari segi hukum dalam perjanjian kredit yang telah disepakati. Musibah yang menimpa debitur seperti bencana alam dan pemutusan hubungan kerja juga dapat menimbulkan potensi risiko kredit. Karena kerugian yang menimpa debitur, sehingga debitur tersebut tidak dapat membayar angsuran kreditnya. 3. Kondisi Politik dan Ekonomi Tahun 2008 ditandai dengan turbulensi luar biasa pada pasar finansial global yang berpengaruh pada perekonomian banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Krisis finansial yang berawal dari krisis energi, ditandai dengan melambungnya harga bahan bakar maupun produk komoditas utama, disertai inflasi tinggi yang diikuti peningkatan suku bunga global, akhirnya berkembang menjadi krisis finansial yang meluas. Kecenderungan pelemahan Rupiah, membuat Bank Indonesia mengambil langkah langkah moneter, pengendalian nilai tukar dengan meningkatkan suku bunga rujukan. Meningkatnya suku bunga rujukan membuat tingkat bunga kredit perbankan meningkat dan membuat ekspansi sektor riil terhambat. Penundaan ekspansi sektor riil berakibat pada penurunan kesejahteraan perekonomian masyarakat Indonesia dan juga berakibat mempengaruhi kelancaran pembayaran angsuran kreditnya. Selain itu keadaan perekonomian yang fluktuatif mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pembiayaan. 4. Persaingan dengan Bank Lain Perkembangan dunia usaha perbankan yang semakin agresif menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar bank. Bank penyalur kredit berlomba-lomba untuk mendapatkan calon debitur dengan menawarkan produk kredit yang lebih bervariasi dari segi kemasan dan penyampaiannya. Selain itu bank-bank pesaing juga memberikan kemudahan dalam bentuk persyaratan kredit dan proses pencairannya untuk menarik minat calon debitur untuk mengambil kredit. Apabila persaingan ini tidak disikapi oleh BTN akan berdampak pada beralihnya debitur BTN kepada bank pesaing. Apabila hal ini terjadi tentu saja akan menimbulkan kerugian pada bank.

4.3. Manajemen Risiko Kredit BTN

Praktik manajemen risiko BTN mengacu pada peraturan Bank Indonesia PBI No. 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut di dalam ketentuan internal Bank sebagai Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko PKMR. Proses manajemen risiko dijalankan dengan melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan proses tersebut juga dilakukan penilaian terhadap risk control system sistem pengontrol risiko yang meliputi : peran aktif dewan direksi dan komisaris, kecukupan kebijakan dan