Pengertian Kredit Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kredit

2.1.1. Pengertian Kredit

Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam praktik sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain Muljono, 2001: a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. b. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam Bab I, Pasal I ayat 12 Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang merumuskan sebagai berikut ; “Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Dari perumusan di atas ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik yaitu : - Adanya suatu penyerahan uangtagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan. - Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing, - Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2.1.2. Klasifikasi Kredit

Menurut Siamat, 2004 Kredit dapat diklasifikasikan seperti yang terdapat pada Gambar 5. Gambar 5. Klasifikasi kredit Siamat, 2004 Segmen Usaha Pertanian, Perdagangan, Otomotif, Pharmasi, Tekstil, Makanan, Konstruksi dan sebagainya Klasifikasi Kredit Jangka Waktu Kredit Kredit Jangka Pendek Kredit Jangka Menengah Kredit Jangka Panjang Barang Jaminan Kredit dengan jaminan Kredit Tanpa Jaminan Tujuan Kredit Kredit Komersil Kredit Konsumtif Kredit Produktif Penggunaan Kredit Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

1. Jangka Waktu maturity.

Penggolongan kredit menurut jangka waktu dapat dibedakan menjadi : a. Kredit jangka pendek short term-loan. Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan termasuk kredit modal kerja. b. Kredit jangka menengah medium term-loan. Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi. c. Kredit jangka panjang long term-loan. Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi yaitu kredit untuk membiayai suatu proyek, perluasan usaha atau rehabilitasi.

2. Barang Jaminan collateral.

Dilihat dari barang jaminan, kredit dapat dibedakan : a. Kredit dengan jaminan secured loan dan b. Kredit dengan tanpa jaminan unsecured loan

3. Tujuan Kredit.

Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya : a. Kredit komersil commercil loan. Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha debitur dibidang perdagangan. Kredit proposal ini meliputi antara lain : kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor, kredit impor dan sebagainnya. b. Kredit konsumtif consumer loan. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, kredit ini bagi debitur tidak dipergunakan sebagai modal kerja untuk memperoleh laba akan tetapi semata-mata digunakan untuk membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya misalnya membeli properti rumah, mobil, dan berbagai macam barang konsumsi lainnya. c. Kredit Produktif. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi misalnya pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran dan distribusi dan sebagainnya.

4. Penggunaan

Kredit. Penggolongan kredit menurut penggunaanya terdiri atas : a. Kredit modal kerja. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. b. Kredit Investasi. Yaitu kredit yang diberikan bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal.

5. Segmen Usaha

Sektor industri yang dibiayai oleh bank biasanya dubagi lagi menjadi segmen-segmen usaha misalnya: perdagangan, otomotif, pharmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 2.1.3. Prinsip-Prinsip Perkreditan Prinsip perkreditan ini disebut pula konsep 5C character, capacity, capital ,collateral dan condition of economic. Pada dasarnya konsep 5C ini dapat memberikan informasi mengenai itikad baik willingness to pay dan kemampuan membayar ability to pay debitur untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan tersebut adalah sebagai berikut Siamat, 2004 :

1. Character

Penilaian character debitur merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan prilaku seseorang baik secara individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahannya. Pejabat analisis dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kebiasaan- kebiasaan, temperamental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya. Informasi lain yang juga sangat krusial untuk diketahui adalah apakah calon debitur tersebut masuk dalam Daftar Orang Tercela DOT atau daftar hitam. Pada prinsipnya penilaian karakter debitur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya willingness to pay sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit.

2. Capacity

Capicity berkaitan dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian kemampuan tersebut perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha debitur dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit. Selanjutnya untuk mengukur capacity debitur harus dilakukan penelitian terhadap kemampuannya di bidang manajemen, bidang keuangan, pemasaran, dan kemampuan di bidang teknis. Dengan demikian penilaian kemampuan ini pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan debitur mengelola usahanya sehingga dapat berkembang dengan memanfaatkan kredit bank.

3. Capital

Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahannya. Semakin besar jumlah modal yang ditanamkan oleh debitur kedalam usaha yang akan dibiayai dengan dana bank semakin menunjukan keseriusan debitur untuk menjalankan usahanya tersebut.

4. Collateral

Penilaian barang jaminan collateral yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauhmana nilai barang jaminan atau agunan tersebut dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan disini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kewajibannya.

5. Condition of economy

Prinsip C terakhir adalah kondisi ekonomi yaitu berkaitan dengan keadaan perekonomian suatu saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Begitu pula peraturan- peraturan dan kebijakan pemerintah yang mungkin akan berdampak pada perekonomian secara regional, nasional dan internasional terutama yang berhubungan dengan sektor usaha debitur.

2.1.4. Tujuan Kredit

Menurut Simorangkir,2004 Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit, yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima. Karena pancasila adalah dasar falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Oleh karena itu, tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengemban tugas sebagai agen of development , adalah sebagai berikut : 1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahannya. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain : 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. 4. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. 7. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional. 2.2. Kredit Pemilikan Rumah Pengertian kredit pemilikan rumah KPR menurut Bank Tabungan Negara adalah fasilitas pinjaman yang diberikan untuk pembelian rumah di dalam maupun diluar real estate, merenovasi atau membangun rumah, membeli tanah atau ruko, dimana pinjaman ini dapat diangsur dalam jangka waktu yang tertentu dengan jumlah angsuran yang sesuai dengan kemampuan debitur. Sedangkan menurut website www.rumah123.com Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah produk pembiayaan yang diberikan kepada pembeli rumah dengan skema pembiayaan sampai dengan 90 dari harga rumah. KPR di Indonesia, hingga saat ini masih disediakan oleh perbankan, meskipun sudah ada beberapa perusahaan pembiayaan leasing yang juga menyalurkan pembiayaan dari lembaga sekunder pembiayaan perumahan. Perumahan merupakan unsur pokok bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan dan sandang, pendidikan dan kesehatan. Namun pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah rumah KPR.

2.3. Risiko Kredit

Risiko kredit menurut Idroes,2008 adalah kegagalan peminjam borrower atau counterparty berkaitan dengan kemampuan ability dan kemauan willingness untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Bank Indonesia sendiri di dalam