Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Perkreditan Pembinaan Debitur dan Penagihan Intensif

4.5.1. Preventive Control of Credit

Preventive control of credit adalah pengendalian kredit yang dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum kredit tersebut macet. Upaya Preventive control of credit dilakukan dengan cara :

1. Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Perkreditan

Dilakukan dengan menetapkan kebijakan perkreditan yang sehat dan dapat mengcover sistem pengelolaan risiko dalam pemberian kredit. Penetapan kebijakan dan prosedur harus diprogram dengan baik dan benar. Hal ini, didasarkan pada asas yuridis, ekonomis, dan kehati-hatian. Aspek yuridis artinya prosedur perkreditan harus sesuai dengan undang-undang perbankan dan ketetapan Bank Indonesia. Aspek ekonomis artinya menetapkan rentabilitas yang ingin dicapai dan tingkat bunga kredit yang disalurkan. Aspek Kehati-hatian artinya besar plafond kredit harus ditetapkan atas hasil analisis yang baik dan objektif. Dalam upaya portofolio risiko, BTN mengembangkan kebijakan pengendalian komposisi kredit, yang mengarah pada komposisi 75 : 25. Komposisi ini berarti bahwa 75 persen dialokasikan untuk pembiayaan perumahan dan 25 persen untuk pembiayaan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar risiko kredit yang ada tidak terkonsentrasi pada kredit perumahan saja.

2. Pembinaan Debitur dan Penagihan Intensif

Mengingat jangka waktu kredit yang lama dan nilai pinjaman untuk kredit perumahan bukanlah nominal yang sedikit, maka diperlukan upaya untuk menjalin hubungan baik antara pihak bank dan debitur yang dapat membantu kelancaran pembayaran kredit. Upaya tersebut dilakukan dengan melaksanakan pembinaan debitur. Pembinaan debitur dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan kepada debitur tersebut agar tetap menjaga itikad baik debitur untuk membayar angsurannya. Untuk itu bank perlu melakukan pengamatan, pemeriksaan, pengarahan dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah pembayaran angsuran yang timbul. Penagihan secara intensif dilakukan dengan cara memantau saldo di rekening tabungan debitur dan memotong sejumlah angsuran saat jatuh tempo angsuran tiap bulannya. Penagihan secara intensif ini dilakukan terhadap debitur yang tergolong macet yaitu kolektibilitas kurang lancar, diperhatikan dan macet. Selain itu penagihan secara intensif ini juga dilakukan kepada debitur yang baru setahun menjadi debitur KPR BTN atau disebutnya sebagai DRBM Debitur Realisasi Baru MenunggaK. Penagihan secara intensif terhadap DRBM ini penting, bank perlu mewaspadai dengan ketat debiturnya ditahun pertama. Apabila didapat debitur menunggak pada tahun pertama maka BTN dapat segera mengambil langkah-langkah untuk menghindari kerugian, yaitu seperti : a. Pengiriman surat pemberitahuan angsuran kedua b. Pengiriman surat konfirmasi atau salinan rekening koran c. Konfirmasi melalui telepon d. Pengiriman surat peringatan SP1, SP2, SP3 dan SP terakhir e. Kunjungan ke debitur secara sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dimaksudkan agar debitur tidak kabur saat ditagih.

3. Sisem Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP