sertifikasi. Namun di tahun keduanya, yaitu tahun 2007 mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor baik dari
internal maupun eksternal perusahaan, misalnya belum adanya kesadaran para karyawan untuk memiliki pemahaman mutu yang baik sehingga
penerapan mutu tersebut belum begitu membudaya dalam setiap kegiatan dan bidang usaha. Untuk itu, MR ISO sebagai promotor ISO yang bertugas
mengkoordinasikan pengembangan SMM antar bagian yang terkait dalam perusahaan harus memberikan perhatian lebih ekstra lagi terhadap penerapan
SMM di perusahaan. Selain itu bisa juga disebabkan oleh faktor eksternal seperti timbulnya masalah-masalah bisnis dengan mitra bisnis ataupu para
peserta PT Jamsostek Persero Bandung I. Dari diagram IPA tampak jelas masalah eksternal yang timbul di tahun 2007 berasal dari peserta Jamsostek
sendiri. Untuk penurunan nilai korelasi yang terjadi di tahun 2008, salah satu
penyebabnya adalah adanya penambahan atribut KPI dengan jumlah yang cukup banyak, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya menyebabkan
beban usaha karyawan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, penurunan kinerjapun sangat mungkin terjadi sebagai dampak dari beban kerja yang
meningkat. Selain itu, dari diagram IPA tampak jelas masalah eksternal yang dihadapi perusahaan di tahun 2008 berasal dari mitra bisnisnya di sektor
informal. Namun jika dilihat secara keseluruhan, keeratan hubungan yang positif dan nilai r yang tinggi tiap tahunnya ini, menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam mencapai target dalam KPI sudah baik dan semakin meningkat dengan diterapkannya SMM ISO 9001 : 2000 pasca
sertifikasi.
4.6. Pengaruh Sertifikasi ISO 9001:2000 terhadap Kinerja Perusahaan
Awalnya PT Jamsostek Persero Bandung I pertama kali memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 pada tanggal 5 januari 2003 dan sertifikasi kedua
dilanjutkan tanggal 5 januari 2006. Dari data kinerja perusahaan yang tersedia empat tahun terakhir dari tahun 2005 s.d 2008, kinerja tahun 2005
sebagai tahun sebelum sertifikasi kedua akan dijadikan pembanding terhadap
kinerja tahun sesudah sertifikasi kedua, yaitu tahun 2006 s.d 2008. Berikut perhitungan rata-rata kinerja KPI pada keempat BSC dengan menggunakan
metode deskriptif-analitis :
Tabel 7. Perhitungan rata-rata kinerja KPI pada keempat perspektif BSC Jamsostek Kacab Bandung I
Perspe ktif
Target Bobot
2005- 2007
Target Bobot
2008 Realisasi Bobot Tiap
Perspektif Persentase
Pencapaian Tiap Perspektif
KPI 2005 2006
2007 2008 2005 2006 2007 2008
A 24.00
20.0 22.6
9 21.7
2 23.4
2 19.1
4 0.9
5 0.9
6 1.0
8 0.9
6 B
31.00 40.0
31.9 4
32.3 7
31.2 4
40.9 1.0
3 1.0
1 0.9
7 1.0
2 C
33.00 30.0
29.3 6
30.2 4
29.7 2
26.3 8
0.8 9
1.0 3
0.9 8
0.8 8
D 12.00
10.0 11.9
11.8 7
12.1 5
10.3 8
0.9 9
1.0 1.0
2 1.0
4
Total 100 100 95.8
9 96.2
96.5 3
96.80 3.8
6 4.0
4.0 5
3.9
Dari hasil perhitungan rata-rata kinerja perusahaan baik dari yang sudah dikali oleh bobot BSC maupun yang belum, didapatkan bahwa nilai
total rata-rata kinerjanya terus meningkat. Dari rata-rata kinerja yang sudah dikali dengan bobot BSC, untuk tahun 2005 sebesar 95,89 mengalami
peningkatan sebesar 0,31 menjadi 96,20 di tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 96,53 di tahun 2007 dengan peningkatan sebesar 0,33 dan di tahun
2008 juga mengalami peningkatan sebesar 0,27 menjadi 96,80. Disini diketahui bahwa peningkatan yang terjadi di tahun 2008 tidak sebesar
peningkatan yang terjadi di tahun 2006 dan 2007. Bahkan jika dilihat dari persentase pencapaian bobotnya, di tahun 2008 justru mengalami penurunan.
Ternyata perubahan porsi bobot tiap perspektif yang terjadi di tahun 2008 cukup memberi pengaruh terhadap pencapaiannya.
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja PT Jamsostek Bandung I setelah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 terus mengalami perbaikan secara
bertahap tiap tahunnya dibandingkan dengan tahun sebelum perolehan sertifikasi. Walaupun peningkatan kinerja tidak terjadi secara signifikan,
tetapi di sini sudah terlihat adanya trend perbaikan secara berkesinambungan yang terjadi pasca perolehan sertifikasi ISO 9001:2000.
4.7. Implikasi Manajerial