Seseorang  yang  memberi  banyak  kepada  orang  lain  sebenarnya sedang  berharap  mendapatkan  lebih  banyak  dari  mereka  dan
seseorang  yang  menerima  banyak  dari  orang  lain  akan  berada dalam tekanan untuk memberimengembalikan lebih banyak pula.
This  process  of  influence  tends  to  work  out  at  equilibrium  to  a balance in the exchange G.C. Homans:1958:606
  Setiap  hubungan  sosial  berbasis  pada  pertimbangan  biaya  dan manfaat.  Orang  akan  tetap  mempertahankan  hubungan  jika
manfaat material dan non-material yang diperolehnya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya G.C. Homans
  Frekuensi  dalam  interaksi  sosial  intensitas  akan  mempengaruhi struktur  dan  keseimbangan  dalam  pertukaran  sosial    Peter  M.
Blau
b + j
b + j A
B
6.1. Pertukaran Barter
6.2. Pertukaran dengan janji bayar
b + j
Pa A
B Pa
b + j A
B
Wakt u 1
Wakt u 2
Gambar 6. Struktur dan Sistem Pertukaran Sosial Coleman, 2010:165-166
6.3. Pertukaran dengan janji bayar pihak ketiga
b + j
Pa A
B
Wakt u 1
b + j
Pa A
B
Wakt u 2
Wakt u 3 b + j
Pa A
B
Pd Pb
6.4. Pertukaran dengan janji dari bank sentral
b+j b+j
b+j b+j
Pa Pa
Pa Pa
E
B D
C A
Keterangan : b = barang,
j = jasa, P =janji
A-E = Akt or
Konsep pertukaran
sosial Peter
M. Blau
1964 mengungkapkan bahwa tindakan seseorang akan berhenti jika reaksi
yang  diharapkan tidak kunjung datang. Artinya, ketika  ikatan antara individu  dengan  individu  atau  kelompok  terbentuk,  maka  hadiah
yang  saling  mereka  pertukarkan  di  dalamnya  akan  membantu mempertahankan  ikatan diantara  mereka.  Ketika  hadiah dirasa tidak
memadai  oleh  satu  pihak  atau  keduanya,  maka  ikatan  diantara mereka  bisa  jadi  melemah  atau  hancur.  Selain  itu,  ketika  ada
seseorang  membutuhkan  sesuatu  dari  orang  lain  tetapi  ia  tidak memiliki  sesuatu  yang  sebanding  untuk  dipertukarkan,  maka  akan
terjadi  empat  kemungkinan,  pertama,  ia  akan  memaksa  orang  lain untuk  membantunya,  kedua,  ia  akan  mencari  sumber  lain  untuk
memenuhi  kebutuhannya,  ketiga,  ia  akan  terus  mencoba  bergaul dengan  baik tanpa  mendapatkan apa  yang dibutuhkannya dari orang
lain dan keempat, ia akan menundukkan diri terhadap orang lain ciri esensial dari kekuasaan.
Blau sendiri memulai dari premis dasar bahwasanya interaksi sosial  itu  memiliki  nilai  bagi  individu.  Dengan  mengeskplorasi
beragam  nilai  inilah  kemudian  Ia  memahami  hasil  kolektif  dari interaksi sosial tersebut, termasuk didalamnya distribusi kekuasaan di
dalam masyarakat Scott  Calhoun, 2004:10-11. Menurut Peter M. Blau,  seseorang  melakukan  interaksi  sosial  untuk  satu  alasan  yang
sama, yaitu mereka membutuhkan sesuatu dari orang lain. Selain itu, seseorang  berinteraksi  dan  melakukan  pertukaran  dengan  orang  lain
tidak  semata  hanya  karena  motif  transaksi  ekonomi  dan  norma resiprositas  saja,  melainkan  juga  karena  dengan  pemberian  gives
mereka itu dapat memberikan peluang untuk mendapatkan kekuasaan power.
“the tendency to help others is frequently motivated by  the  expectation  that  doing  so  will  bring  social
rewards” Blau, 1964
Blau  percaya  bahwasanya  struktur  sosial  itu  terbentuk  dari interaksi  sosial,  akan  tetapi  ia  juga  meyakini  bahwa  segera  setelah
struktur  sosial  itu  terbentuk  maka  ia  akan  sangat  mempengaruhi interaksi  sosial  itu  sendiri  fakta  sosial.  Dengan  demikian,
pendekatan pertukaran sosial Blau bergerak dari aras mikro subjektif hingga  ke  makro  objektif  struktur  sosial  dengan  memberikan
penjelasan  saling  pengaruh  diantara  keduanya.  Penghubung  antara kedua  aras  itu  menurut  Blau  adalah  Nilai  dan  Norma    konsensus
yang  berkembang  dalam  masyarakat  setempat.  Menurut  Blau, “konsensus  mengenai  nilai  sosial  menyediakan  basis  untuk
memperluas  jarak  transaksi  sosial  melampaui  batas-batas  kontak sosial  langsung  dan  untuk  mengekalkan  struktur  sosial  melampaui
batas  umur  manusia”  Ritzer    Goodman,  2010:373.  Kita  bisa melihat  dalam  konteks  modal  sosial  gantangan  dimana  norma  dan
nilai  silih  bantu  resprositas  yang  disepakati  ini  dapat  tertanam dengan  kuat  dan  berjalan  dari  satu  generasi  ke  generasi  berikutnya,
sekalipun  dengan  perubahan  dan  transformasi  pola  yang  terus berkembang.
Sebagaimana  dikemukakan  oleh  Peter  M.  Blau,  terdapat empat 4  langkah proses atau tahapan dari pertukaran  antar pribadi
ke  struktur  sosial  hingga  perubahan  sosial  Ritzer    Goodman, 2010:369 antara lain :
Langkah 1: pertukaran atau transaksi individu yang meningkat ke ….
Langkah 2: diferensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke …. Langkah 3: Legitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit
dari … Langkah 4: oposisi dan perubahan
Pada  tingkat  kemasyarakatan,  misalnya,  Blau  membedakan antara  dua  jenis  organisasi  sosial,  yaitu  kelompok  sosial  asli  dan
organisasi  sosial  yang  dengan  sengaja  didirikan  untuk  mencapai keuntungan  maksimal  Ritzer    Goodman,  2010:371.  Kedua  jenis
organisasi sosial ini nantinya dapat menjadi dasar untuk menjelaskan bagaimana  munculnya  varian tipe dan pola pertukaran dalam  modal
sosial  gantangan,  yakni  ketika  tipe  nyambungan  gift  yang  asli mampu  melahirkan  organisasi  sosial  baru  dalam  bentuk  Gintingan
dan  GolonganRombongan  yang  mirip  dengan  arisan  dan  bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi anggotanya.
Gintingan dan Golongan ini nantinya dapat kita sebut sebagai sebuah  “jaringan  pertukaran”  yaitu  sebuah  struktur  sosial  khusus
yang  dibentuk  oleh  dua  aktor  atau  lebih  yang  menghubungkan hubungan pertukaran diantara para aktor Cook, 1977, 62-82. Dalam
jaringan  pertukaran  inilah  kemudian  kita  akan  memahami bahawasanya  kekuasaan  seseorang  atas  orang  lain  dalam  hubungan
pertukaran adalah kebalikan  fungsi dari ketergantungannya terhadap orang  lain.  Hal  ini  terjadi  karena  pemahaman  bahwa  setiap  sistem
yang  terstruktur  itu  cenderung  terstratifikasi,  sehingga  komponen tertentu  pasti  tergantung  pada  komponen  lainnya.  Dengan  kata  lain,
akses individu atau kelompok terhadap sumber daya yang bernilai itu berbeda  sehingga  menimbulkan  kekuasaan  dan  ketergantungan.
Maka  premis  dasar  dalam  teori  pertukaran  jaringan  network exchange  theory  adalah  “semakin  besar  peluang  aktor  untuk
melakukan pertukaran, semakin besar kekuasaan si aktor” Ritzer Goodman,  2010:387.  Dengan  memahami  relasi  antara  pertukaran
sosial,  jaringan  pertukaran  dan  pertukaran  jaringan  inilah  kita  akan mampu  menjelaskan  bagaimana  proses  komersialisasi  sosial
komodifikasi dan sistem bandar dalam pertukaran sosial gantangan di pedesaan Subang ini.
2.3.3. Jaringan Pertukaran
Kekuasaan  power  adalah  dimensi  utama  yang  membentuk ketidakseimbangan di dalam masyarakat. Kekuasaan juga merupakan
faktor yang menentukan pilihan-pilihan hidup life chances individu. Ia  adalah  fokus  utama  yang  dipelajari  dalam  ilmu-ilmu  sosial  dan
politik,  bahkan  sejak  jaman Hobbes, Machiavelli, Marx dan  Weber. Apa yang menentukan seseorangkelompok memiliki kekuasaan dan
bagaimana  kekuasaan  itu  dimainkan  adalah  isu  utama  dari  kajian tentang  kekuasaan  ini.  Salah  satu  teori  paling  berpengaruh  dalam
membahas  kekuasaan  ini  adalah  hasil  analisis  dari  Emerson  1972 tentang  “relasi  kekuasaan-ketergantungan”  power-dependence
relations.  Kajian  tersebut  merupakan  salah  satu  isu  utama  dalam psikologi  sosial  kontemporer,  dimana  ia  menyempurnakan  karya-
karya sebelumnya tentang teori pertukaran sosial yang dibangun oleh Homans dan Blau 1964.
Menurut Blau dan Emerson, hubungan antara kekuasaan dan pertukaran  sosial  ini  sangatlah  jelas.  Faktanya  adalah  ketika
seseorang  menguasai  sumber  daya  yang  paling  bernilai  di  dalam suatu  masyarakat  maka  secara  otomatis  ia  mendapat  posisi  sebagai
social  debts  dalam  pertukaran  serta  menciptakan  ketimpangan  dan subordinasi dalam relasi pertukaran tersebut. Dominasi oleh  mereka
yang lebih berkuasa tersebut yang menimbulkan ketimpangan dalam
hubungan pertukaran. Ketimpangan dan diferensiasi kekuasaan inilah yang  dilihat  oleh  Blau  sebagai  sesuatu  yang  pasti  muncul  dalam
proses  pertukaran  sosial.  Perbedaan  alamiah  dalam  kepemilikan sumberdaya  yang  bernilai  diantara  para  aktor  menghasilkan  saling
ketergantungan  dan  kebutuhan  untuk  saling  bertukar.    Kondisi  ini juga  menjadi  dasar  lahirnya  ketimpangan  dalam  hasil  pertukaran
sesuai  dengan  perbedaan  kekuasaan  diantara  para  aktor  dalam jaringan pertukaran tersebut.
Hubungan  pertukaran  antara  dua  aktor,  A  dan  B,  menurut Emerson 1972, dapat digambarkan sebagai berikut :
Kekuasaan  aktor  A  terhadap  aktor  B  dalam hubungan  pertukaran  Ax:By  dimana  x  dan  y
merepresentasikan  nilai  sumberdaya  meningkat sebagai  fungsi  dari  nilai  y  bagi  A  dan  menurun
secara proporsional pada derajat ketersediaan  y  bagi A  dari  alternatif  sumberdaya  yang  ada  selain  dari
B. Dua faktor ini, nilai sumberdaya dan ketersediaan sumberdaya,  mempengaruhi  level  ketergantungan  B
terhadap  A  dan  kekuasaan  A  terhadap  B.  Semakin besar  ketergantungan  B  terhadap  A,  semakin  besar
kekuasaan  A  terhadap  B.  Postulat  dalam  hubungan pertukaran  ini  adalah  bahwa  basis  kekuasaan  itu
adalah  ketergantungan
power  is  based  on dependence  yang  kemudian  diformulasikan  oleh
Emerson :
Pab = Dba
Ketergantungan  B  terhadap  A  merupakan  fungsi positif  dari  “motivasi  investasi”  B  dalam  mencapai
“Tujuan yang dimediasi” oleh A dan menjadi fungsi negatif  dari  “ketersediaan  tujuan  tersebut”  bagi  B
diluar hubungan A-B
Dalam pertukaran Gantangan, teori diatas dapat menjelaskan fenomena  tentang  mengapa  ketika  orang  kaya  tokoh  masyarakat,
tokoh berpengaruh, elit desa, penguasa=A melakukan hajatan, maka
sebagain  besar  warga  B  berbondong-bondong  menyimpan  beras dan  uang  dalam  jumlah  yang  lebih  banyakbesar  dari  biasanya.
Sebab,  B  termotivasi  untuk  mendapatkan  pengembalian  yang  sama besar atau lebih besar kelak ketika mereka hajatan goals. B melihat
bahwa A memiliki sumberdaya yang mencukupi dan dapat dipercaya untuk  mengembalikan  simpanan  mereka.  Disamping  itu,  tidak
banyak  pilihan  elitorang  kaya  di  desa  tersebut,  sehingga  B  akan memaksimalkan kesempatan tersebut.
Meskipun  formula  dasar  Emerson  diatas  berfokus  pada hubungan  dua  aktor  dyadic,  namun  ciri  hubungan  pertukaran  A:B
tersebut  melekat  juga  dalam  jaringan  pertukaran  yang  melibatkan multi  aktor  C,D,…N.  Struktur  sosial  dari  peluang  pertukaran
dibangun dari basis teori struktural tentang kekuasaan dari Emerson. Satu  dari  dua  penentu  utama  kekuasaan  adalah  peluang  adanya
pertukaran  yang  melekat  di  dalam  jaringan.  Jaringan  networks, dalam kerangka Emerson, dibentuk oleh relasi sosial yang terhubung
untuk  memperpanjangmemperluas pertukaran dalam  satu hubungan saling  mempengaruhi.  Menurut  Emerson,  koneksi  tersebut  dapat
bersifat  positif  atau  negatif.  Hubungan  negatif  berarti  pertukaran dalam satu relasi mengurangi jumlah atau frekuensi pertukaran dalam
relasi  yang  lain.  Sebagaimana  diungkapkan  oleh  Bourdieu  bahwa jaringan  bukanlah  sesuatu  yang  alamiah  natural  given,  melainkan
harus  dikonstruksi  oleh  masing-masing  individu  sebagai  sebuah investasi yang strategis Portes, 1998:3.
Contoh  :  A-B  dan  B-C,  hubungan  pertukaran dikatakan  negatif  bagi  B  jika  pertukaran  dalam
hubungan  A-B  mengurangi  frekuensi  atau  jumlah pertukaran  dalam  hubungan  B-C.  Sebaliknya,
hubungan
pertukaran dikatakan
positif jika
pertukaran  dalam  hubungan  A-B  meningkatkan jumlah atau frekuensi dalam hubungan B-C
Emerson  sendiri  mengadopsi  operant  psychology  sebagai pondasi  perilaku  dalam  teorinya,  sebab  ia  melihatnya  sebagai  teori
sosial  yang  bersifat  mikro-level.  Namun  kemudian,  Cook  dan
Emerson  1978  memperkenalkan  konsep  lainnya  termasuk  resiko
risk,  ketidakpastian,  dan  kalkulasi  rasional  dari  manfaat  dan  biaya ke dalam teori “pertukaran sebagai perilaku sosial”. Dalam teori ini,
aktor dimotivasi
oleh keuntungan
masa depan,
pertimbanganantisipasi  terhadap  kehilangan  atau  biaya,  atau  secara sederhana  mereka  belajar  dari  interaksi  di  masa  lalu  yang
menguntungkan.  Asumsi  dasar  dalam  pertukaran  sosial  diringkas oleh Molm 1997 antara lain :
1.  Perilaku  dimotivasi  oleh  hasrat  untuk  meningkatkan  keuntungan dan  menghindari kerugiankehilangan,  meningkatkan  hasil  positif
dan mengurangi dampak negatif. 2.  Hubungan  pertukaran  dibangun  dalam  struktur  hubungan  saling
tergantung 3.  Setiap  aktor terlibat  dalam  pengulangan,  saling  tergantung  dalam
pertukaran dengan partner khususspesifik sepanjang waktu tidak dalam satu transaksi pendeksekali
4.  Keluaran  yang  dihasilkan  sesuai  dengan  hukum  ekonomi  law  of deminishing marginal utility atau prinsip kejenuhan principle of
satiation dalam psikologi. Beberapa  konsep  lain  yang  akan  sangat  membantu  dalam
memahami pertukaran sosial antara lain : resiprositas, keseimbangan,
kohesi,  dan  power-balancing  operations.  Emerson,  sebagaimana Homans,  memberikan  perhatian  utama  pada  pondasi  mikro  dari
pertukaran, khususnya pada bagian I dari formulasinya : Suatu  hubungan  pertukaran  dikatakan  seimbang  jika  :
Dab=Dba, yaitu ketika masing-masing aktor saling tergantung secara equal.  Emerson  membangun  teori  pertukaran  untuk  menjelaskan
pengaruh  kekuasaan  dalam  hubungan  sosial.  Interaksi  sosial  yang melampaui  hubungan  dua  orang  adalah  bentuk  dari  jaringan  sosial
social network yang hubungan satu sama lain diikat oleh hubungan pertukaran.  Cook  dan  Emerson  1978  telah  secara  spesifik
menggambarkan  jaringan  sosial  ini  sebagai  suatu  sistem  yang menghubungkan  tiga  atau  lebih  individu  yang  saling  bertukar  nilai
barang  atau  jasa.  Hal  ini  sesuai  dengan  kenyataan  yang  terjadi dimana  pertukaran  dua  individu  dyadic  saja  tidak  cukup,  sebab
menganalisa kekuasaan akan selalu membutuhkan penjelasan tentang jaringan,  dimana  alternatif  sosial  menjadi  muncul  dalam  pertukaran
jaringan  ini.  Ada  tidaknya  alternatif  itulah  yang  menjadi  salah  satu faktor kuat berjalannya suatu hubungan pertukaran.
Selain  jaringan  sosial,  kekuasaan  dalam  pertukaran  sosial juga  sangat  dipengaruhi  oleh  prinsip  kompetisi.  Kompetisi  ini
merupakan  basis  fundamental  dalam  berbagai  tipe  ekonomi  dan hubungan  pasar.  Ide  pokok  dalam  teori  ketergantungan-kekuasaan
adalah peluang dan alternatif  individu tergantung kepada penurunan peluang  dan  alternatif  individu  lainnya.  Dengan  demikian,  struktur
dalam  jaringan  ini  pun  secara  terbuka  memberi  peluang  bagi  aktor untuk menjadi penguasa yang dominan.
Dalam  membahas  dinamika  kekuasaan  ini  Emerson  juga berbicara  tentang  keseimbangan  kekuasaan  power  balancing
operations.  Dengan  memfokuskan  pada  dua  variabel  yang mempengaruhi  ketergantungan,  Emerson  mengajukan  empat  proses
yang  mungkin  membuat  kekuasaan  menjadi  lebih  seimbang  equal di dalam berbagai hubungan yang tidak seimbang. Contohnya :
A  lebih  berkuasa  dari  B  PabPba  dan  DbaDab.  Untuk menyeimbangkan hubungan ini maka :
  B  dapat  menurunkan  level  motivasinya  dalam  mencapai  tujuan yang dimediasidifasilitasi oleh A
  B  dapat  menempatkan  sumber    alternatif  lainnya  misal  aktor  C sebagai tujuan yang dimediasi oleh A network extension
  B  dapat  mencoba  meningkatkan  motivasi  A  dalam  mencapai tujuan-tujuannya yang dapat dimediasi oleh B
  B  dapat  mencoba  untuk  mengeliminasi  sumber  alternatif  dari  A untuk tujuan  yang dimediasi oleh B bentuk koalisi atau tindakan
kolektif dengan aktor lainnya Dengan  prinsip  keseimbangan-kekuasaan  ini  Emerson  dapat
memprediksi  beragam  tipe  perubahan  dalam  jaringan  pertukaran yang  diproduksi  oleh  para  aktor  untuk  meraih  kekuasaan  atau
mengelola kekuasaan di dalam suatu jaringan. Jaringan kekuasaan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai Cook, 1977, 62-82:
1.  Kesatuan  dari  tiga  atau  lebih  aktor  yang  masing-masing menyediakan  kesempatan  untuk  bertransaksi  dengan  sekurang-
kurangnya  satu  aktor  lain  di  dalam  jaringan.  Dengan  demikian, jaringan
dapat dianggap
sebagai “struktur
kesempatan” opportunity  structure  bagi  masing-masing  aktor  di  dalam
jaringan.
2.  Dua hubungan pertukaran, A:B dan  A:C  adalah  saling  terhubung jika  frekuensi  atau  magnitude  dari  hubungan  transaksi  yang  satu
merupakan fungsi dari hubungan transaksi yang lainnya. 3.  Kategori  pertukaran  mewakili  kesatuan  dari  seluruh  aktor  yang
memiliki  sumber  daya  yang  sama  dan  yang  sama-sama  bernilai untuk dipertukarkan.
4.  Kesatuan hubungan pertukaran mempertemukan satu aktor kepada dua  atau  lebih  anggota  suatu  kategori  pertukaran  yang  kemudian
menghasilkan hubungan alternatif  bagi aktor tersebut.
2.4. Komersialisasi Sosial
Komersialisasi  adalah  suatu  proses  sosial  dimana  kegiatan- kegiatan  ekonomi  secara  garis  besar  diatur  atas  dasar  prinsip  pertukaran
pasar. Secara bahasa, komersial dan komersialisasi berarti 1 mempunyai sifat  dagang  2  bersifat  mencari  untung  3  membuat  sesuatu  seperti
perdagangan untuk mencari untung Badudu-Zain, 1996:707-708. Untuk kepentingan  penelitian  terhadap  sistem  pertukaran  sosial  Gantangan  di
pedesaan Subang ini, maka penulis mendefinisikan Komersialisasi Sosial Gantangan  sebagai  “penciptaan  hubungan-hubungan  pasar  dalam
lingkup  pesta  hajatan  dan  ekonomi  lokal,  dimana  alokasi  sumber  daya sosial  diwujudkan  dalam  mekanisme  harga  yang  terbentuk  dari  proses
permintaan dan pernawaran”. Disini kewajiban timbal balik resiprositi terwujud dalam bentuk “nilai terhadap uang”, “imbalan yang pantas bagi
jasa  yang  diberikan”  dan  hal-hal  semacam  itu.  Proses  komersialisasi  ini mempengaruhi  banyak  aspek  kemasyarakatan  sehingga  kita  dapat
membicarakan  suatu  masyarakat  yang  didominasi  oleh  prinsip  pasar. Diluar  kegiatan  yang  diatur  oleh  prinsip  pasar  itu  juga  terdapat  prinsip-
prinsip  pengaturan  ekonomi  lainnya  seperti  prinsip  keluarga,  organisasi sukarela, dan pemerintah Peny, 1990:134-139.
2.5. Kemiskinan
Dalam  perspektif  tentang  kemiskinan,  salah  satu  indikator  utama individu atau rumah tangga disebut miskin adalah akibat ketidakmampuan
atau  ketertutupan  akses  dalam  memenuhi  kebutuhan  pangan.  Meskipun memang  banyak  sekali  definisi  dan  cara  pengukuran  kemiskinan  yang
digunakan  para  ahli  atau  pemerintah  yang  berbeda  satu  sama  lain.  Akan tetapi,  ada  dua  kategori  tingkat  kemiskinan  yang  berlaku  umum,  yaitu
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut merupakan suatu  kondisi  dimana  tingkat  pendapatan  seseorang  tidak  cukup  untuk
memenuhi  kebutuhan  pokoknya  pangan,  sandang,  papan,  kesehatan  dan pendidikan.  Sedangkan  kemiskinan  relatif  merupakan  perhitungan
kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan dalam suatu daerah. Dikatakan  relatif  karena  berkaitan  dengan  distribusi  pendapatan  antar
lapisan  sosial  Huraerah,  2008:168.  Pendekatan  kemiskinan  absolut pernah  digunakan  oleh  Sajogyo  pada  tahun  1971,  yaitu  perhitungan
kemiskinan  yang  dikembangkan  dengan  memperhitungkan  standar kebutuhan  pokok  berdasarkan  kebutuhan  beras  dan  gizi  pendapatan  per
kapita  per  tahun  beras.  Dari  perhitungan  Sajogyo  ini  lahir  tiga  golongan orang miskin, yaitu golongan paling miskin, miskin sekali dan miskin.
Tabel 1. Batas Tingkat Pengeluaran Garis Kemiskinan Untuk Penduduk Perkotaan dan Penduduk Perdesaan Menurut Kategori Kemiskinan
9
Kategori Kemiskinan
Batas Tingkat Pengeluaran setara beras per kapita per tahun
Perkotaan Perdesaan
1.  Miskin 480 kg
320 kg 2.  Miskin Sekali
360 kg 240 kg
3.  Paling Miskin 270 kg
180 kg
9
Sajogyo 1978 dalam Said Rusli dkk 1995:6
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2007-2010 di Provinsi Jawa Barat
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
000 Penduduk miskin
Kota Desa
Kota+Desa Kota
Desa Kota+Desa
2007 2
654.6 2 803.3
5 457.9 11.21
16.88 13.55
2008 3
654.6 2 705.0
5 322.4 10.88
16.05 13.01
2009 4
654.6 2 452.2
4 983.6 10.33
14.28 11.96
2010 5
654.6 2423.2
4773.7 9.43
13.88 11.27
Sumber : BPS, 2010
Meskipun  demikian,  dialog  tentang  kemiskinan  ini  masih  terus berkembang dengan sudut pandang yang berbeda, di satu sisi banyak pihak
menekankan pada persoalan produksi dan produktivitas masyarakat sebagai keseluruhan,  dan  di  sisi  lain  lebih  menekankan  pada  pembagian  yang
merata,  keadilan  dan  sebagainya.  Kemudian,  ukuran  mutlak  seperti konsumsi  pangan  beras  sebagai  tolak  ukur  kemiskinan  tidak  akan
mencukupi  lagi,  walaupun  faktor-faktor  tersebut  juga  tidak  dapat ditiadakan  karena  menjadi  kebutuhan  dasar  manusia.  Artinya,  semakin
kebutuhan  dasar  terpenuhi,  maka  semakin  tinggi  pula  tuntutan  akan kebutuhan sekunder dan tersier Tjondronegoro,2008:295.
Dengan  demikian,  secara  filosofis,  makna  kemiskinan  relatif  yang dikemukakan oleh Simmel 1908 nampaknya lebih tepat digunakan untuk
memahami  fenomena  kemiskinan  di  pedesaan  ini.  Ia  menyatakan  bahwa orang  miskin  bukan  sekedar  mereka  yang  berada  pada  lapisan  paling
bawah  masyarakat,  melainkan  ditemukan  pada  seluruh  strata  masyarakat. Anggota  masyarakat  kelas  atas,  misalnya,  yang  lebih  miskin  dari
sesamanya,  cenderung  merasa  miskin  jika  dibandingkan  dengan
sesamanya.  Oleh  karena  itu,  sekalipun  orang-orang  dalam  lapisan  bawah itu  dapat  terangkat  dari  kemiskinan  semula,  maka  banyak  orang  yang
berada  dalam  sistem  stratifikasi  masih  akan  merasa  lebih  miskin  bila dibandingkan dengan sesamanya Ritzer  Goodman, 2010:183
Jika  diringkas,  kemiskinan  merupakan  masalah  kekurangan deprivation,  meskipun  kekurangan  atau  kemiskinan  relatif  ini  tidak
pernah  lengkap  untuk  dijadikan  pendekatan  dalam  mengukur  kemiskinan. Sementara pendekatan yang lebih biologis seperti jumlah konsumsi kalori,
cenderung  mereduksi  hanya  pada  pengertian  kemiskinan  absolut. Kemiskinan dan ketidakadilan inequality juga sering dihubungkan. Akan
tetapi  keduanya  adalah  konsep  yang  berbeda.  Apakah  kemiskinan  adalah persoalan  nilai  value  judgement?  Pendekatan  moral  ini  tidaklah  cocok
untuk  sebuah  studi  pengukuran  tingkat  kemiskinan.  Dengan  demikian, alternatif pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengukur kemiskinan ini
adalah  dengan  identifikasi  dan  agregasi  identification  of  the  poor  and agregation  of their  poverty  characteristic  into  an  over-all  measure  Sen,
1982:9-24.
2.6. Teori Permainan