Seseorang yang memberi banyak kepada orang lain sebenarnya sedang berharap mendapatkan lebih banyak dari mereka dan
seseorang yang menerima banyak dari orang lain akan berada dalam tekanan untuk memberimengembalikan lebih banyak pula.
This process of influence tends to work out at equilibrium to a balance in the exchange G.C. Homans:1958:606
Setiap hubungan sosial berbasis pada pertimbangan biaya dan manfaat. Orang akan tetap mempertahankan hubungan jika
manfaat material dan non-material yang diperolehnya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya G.C. Homans
Frekuensi dalam interaksi sosial intensitas akan mempengaruhi struktur dan keseimbangan dalam pertukaran sosial Peter M.
Blau
b + j
b + j A
B
6.1. Pertukaran Barter
6.2. Pertukaran dengan janji bayar
b + j
Pa A
B Pa
b + j A
B
Wakt u 1
Wakt u 2
Gambar 6. Struktur dan Sistem Pertukaran Sosial Coleman, 2010:165-166
6.3. Pertukaran dengan janji bayar pihak ketiga
b + j
Pa A
B
Wakt u 1
b + j
Pa A
B
Wakt u 2
Wakt u 3 b + j
Pa A
B
Pd Pb
6.4. Pertukaran dengan janji dari bank sentral
b+j b+j
b+j b+j
Pa Pa
Pa Pa
E
B D
C A
Keterangan : b = barang,
j = jasa, P =janji
A-E = Akt or
Konsep pertukaran
sosial Peter
M. Blau
1964 mengungkapkan bahwa tindakan seseorang akan berhenti jika reaksi
yang diharapkan tidak kunjung datang. Artinya, ketika ikatan antara individu dengan individu atau kelompok terbentuk, maka hadiah
yang saling mereka pertukarkan di dalamnya akan membantu mempertahankan ikatan diantara mereka. Ketika hadiah dirasa tidak
memadai oleh satu pihak atau keduanya, maka ikatan diantara mereka bisa jadi melemah atau hancur. Selain itu, ketika ada
seseorang membutuhkan sesuatu dari orang lain tetapi ia tidak memiliki sesuatu yang sebanding untuk dipertukarkan, maka akan
terjadi empat kemungkinan, pertama, ia akan memaksa orang lain untuk membantunya, kedua, ia akan mencari sumber lain untuk
memenuhi kebutuhannya, ketiga, ia akan terus mencoba bergaul dengan baik tanpa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang
lain dan keempat, ia akan menundukkan diri terhadap orang lain ciri esensial dari kekuasaan.
Blau sendiri memulai dari premis dasar bahwasanya interaksi sosial itu memiliki nilai bagi individu. Dengan mengeskplorasi
beragam nilai inilah kemudian Ia memahami hasil kolektif dari interaksi sosial tersebut, termasuk didalamnya distribusi kekuasaan di
dalam masyarakat Scott Calhoun, 2004:10-11. Menurut Peter M. Blau, seseorang melakukan interaksi sosial untuk satu alasan yang
sama, yaitu mereka membutuhkan sesuatu dari orang lain. Selain itu, seseorang berinteraksi dan melakukan pertukaran dengan orang lain
tidak semata hanya karena motif transaksi ekonomi dan norma resiprositas saja, melainkan juga karena dengan pemberian gives
mereka itu dapat memberikan peluang untuk mendapatkan kekuasaan power.
“the tendency to help others is frequently motivated by the expectation that doing so will bring social
rewards” Blau, 1964
Blau percaya bahwasanya struktur sosial itu terbentuk dari interaksi sosial, akan tetapi ia juga meyakini bahwa segera setelah
struktur sosial itu terbentuk maka ia akan sangat mempengaruhi interaksi sosial itu sendiri fakta sosial. Dengan demikian,
pendekatan pertukaran sosial Blau bergerak dari aras mikro subjektif hingga ke makro objektif struktur sosial dengan memberikan
penjelasan saling pengaruh diantara keduanya. Penghubung antara kedua aras itu menurut Blau adalah Nilai dan Norma konsensus
yang berkembang dalam masyarakat setempat. Menurut Blau, “konsensus mengenai nilai sosial menyediakan basis untuk
memperluas jarak transaksi sosial melampaui batas-batas kontak sosial langsung dan untuk mengekalkan struktur sosial melampaui
batas umur manusia” Ritzer Goodman, 2010:373. Kita bisa melihat dalam konteks modal sosial gantangan dimana norma dan
nilai silih bantu resprositas yang disepakati ini dapat tertanam dengan kuat dan berjalan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
sekalipun dengan perubahan dan transformasi pola yang terus berkembang.
Sebagaimana dikemukakan oleh Peter M. Blau, terdapat empat 4 langkah proses atau tahapan dari pertukaran antar pribadi
ke struktur sosial hingga perubahan sosial Ritzer Goodman, 2010:369 antara lain :
Langkah 1: pertukaran atau transaksi individu yang meningkat ke ….
Langkah 2: diferensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke …. Langkah 3: Legitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit
dari … Langkah 4: oposisi dan perubahan
Pada tingkat kemasyarakatan, misalnya, Blau membedakan antara dua jenis organisasi sosial, yaitu kelompok sosial asli dan
organisasi sosial yang dengan sengaja didirikan untuk mencapai keuntungan maksimal Ritzer Goodman, 2010:371. Kedua jenis
organisasi sosial ini nantinya dapat menjadi dasar untuk menjelaskan bagaimana munculnya varian tipe dan pola pertukaran dalam modal
sosial gantangan, yakni ketika tipe nyambungan gift yang asli mampu melahirkan organisasi sosial baru dalam bentuk Gintingan
dan GolonganRombongan yang mirip dengan arisan dan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi anggotanya.
Gintingan dan Golongan ini nantinya dapat kita sebut sebagai sebuah “jaringan pertukaran” yaitu sebuah struktur sosial khusus
yang dibentuk oleh dua aktor atau lebih yang menghubungkan hubungan pertukaran diantara para aktor Cook, 1977, 62-82. Dalam
jaringan pertukaran inilah kemudian kita akan memahami bahawasanya kekuasaan seseorang atas orang lain dalam hubungan
pertukaran adalah kebalikan fungsi dari ketergantungannya terhadap orang lain. Hal ini terjadi karena pemahaman bahwa setiap sistem
yang terstruktur itu cenderung terstratifikasi, sehingga komponen tertentu pasti tergantung pada komponen lainnya. Dengan kata lain,
akses individu atau kelompok terhadap sumber daya yang bernilai itu berbeda sehingga menimbulkan kekuasaan dan ketergantungan.
Maka premis dasar dalam teori pertukaran jaringan network exchange theory adalah “semakin besar peluang aktor untuk
melakukan pertukaran, semakin besar kekuasaan si aktor” Ritzer Goodman, 2010:387. Dengan memahami relasi antara pertukaran
sosial, jaringan pertukaran dan pertukaran jaringan inilah kita akan mampu menjelaskan bagaimana proses komersialisasi sosial
komodifikasi dan sistem bandar dalam pertukaran sosial gantangan di pedesaan Subang ini.
2.3.3. Jaringan Pertukaran
Kekuasaan power adalah dimensi utama yang membentuk ketidakseimbangan di dalam masyarakat. Kekuasaan juga merupakan
faktor yang menentukan pilihan-pilihan hidup life chances individu. Ia adalah fokus utama yang dipelajari dalam ilmu-ilmu sosial dan
politik, bahkan sejak jaman Hobbes, Machiavelli, Marx dan Weber. Apa yang menentukan seseorangkelompok memiliki kekuasaan dan
bagaimana kekuasaan itu dimainkan adalah isu utama dari kajian tentang kekuasaan ini. Salah satu teori paling berpengaruh dalam
membahas kekuasaan ini adalah hasil analisis dari Emerson 1972 tentang “relasi kekuasaan-ketergantungan” power-dependence
relations. Kajian tersebut merupakan salah satu isu utama dalam psikologi sosial kontemporer, dimana ia menyempurnakan karya-
karya sebelumnya tentang teori pertukaran sosial yang dibangun oleh Homans dan Blau 1964.
Menurut Blau dan Emerson, hubungan antara kekuasaan dan pertukaran sosial ini sangatlah jelas. Faktanya adalah ketika
seseorang menguasai sumber daya yang paling bernilai di dalam suatu masyarakat maka secara otomatis ia mendapat posisi sebagai
social debts dalam pertukaran serta menciptakan ketimpangan dan subordinasi dalam relasi pertukaran tersebut. Dominasi oleh mereka
yang lebih berkuasa tersebut yang menimbulkan ketimpangan dalam
hubungan pertukaran. Ketimpangan dan diferensiasi kekuasaan inilah yang dilihat oleh Blau sebagai sesuatu yang pasti muncul dalam
proses pertukaran sosial. Perbedaan alamiah dalam kepemilikan sumberdaya yang bernilai diantara para aktor menghasilkan saling
ketergantungan dan kebutuhan untuk saling bertukar. Kondisi ini juga menjadi dasar lahirnya ketimpangan dalam hasil pertukaran
sesuai dengan perbedaan kekuasaan diantara para aktor dalam jaringan pertukaran tersebut.
Hubungan pertukaran antara dua aktor, A dan B, menurut Emerson 1972, dapat digambarkan sebagai berikut :
Kekuasaan aktor A terhadap aktor B dalam hubungan pertukaran Ax:By dimana x dan y
merepresentasikan nilai sumberdaya meningkat sebagai fungsi dari nilai y bagi A dan menurun
secara proporsional pada derajat ketersediaan y bagi A dari alternatif sumberdaya yang ada selain dari
B. Dua faktor ini, nilai sumberdaya dan ketersediaan sumberdaya, mempengaruhi level ketergantungan B
terhadap A dan kekuasaan A terhadap B. Semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin besar
kekuasaan A terhadap B. Postulat dalam hubungan pertukaran ini adalah bahwa basis kekuasaan itu
adalah ketergantungan
power is based on dependence yang kemudian diformulasikan oleh
Emerson :
Pab = Dba
Ketergantungan B terhadap A merupakan fungsi positif dari “motivasi investasi” B dalam mencapai
“Tujuan yang dimediasi” oleh A dan menjadi fungsi negatif dari “ketersediaan tujuan tersebut” bagi B
diluar hubungan A-B
Dalam pertukaran Gantangan, teori diatas dapat menjelaskan fenomena tentang mengapa ketika orang kaya tokoh masyarakat,
tokoh berpengaruh, elit desa, penguasa=A melakukan hajatan, maka
sebagain besar warga B berbondong-bondong menyimpan beras dan uang dalam jumlah yang lebih banyakbesar dari biasanya.
Sebab, B termotivasi untuk mendapatkan pengembalian yang sama besar atau lebih besar kelak ketika mereka hajatan goals. B melihat
bahwa A memiliki sumberdaya yang mencukupi dan dapat dipercaya untuk mengembalikan simpanan mereka. Disamping itu, tidak
banyak pilihan elitorang kaya di desa tersebut, sehingga B akan memaksimalkan kesempatan tersebut.
Meskipun formula dasar Emerson diatas berfokus pada hubungan dua aktor dyadic, namun ciri hubungan pertukaran A:B
tersebut melekat juga dalam jaringan pertukaran yang melibatkan multi aktor C,D,…N. Struktur sosial dari peluang pertukaran
dibangun dari basis teori struktural tentang kekuasaan dari Emerson. Satu dari dua penentu utama kekuasaan adalah peluang adanya
pertukaran yang melekat di dalam jaringan. Jaringan networks, dalam kerangka Emerson, dibentuk oleh relasi sosial yang terhubung
untuk memperpanjangmemperluas pertukaran dalam satu hubungan saling mempengaruhi. Menurut Emerson, koneksi tersebut dapat
bersifat positif atau negatif. Hubungan negatif berarti pertukaran dalam satu relasi mengurangi jumlah atau frekuensi pertukaran dalam
relasi yang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Bourdieu bahwa jaringan bukanlah sesuatu yang alamiah natural given, melainkan
harus dikonstruksi oleh masing-masing individu sebagai sebuah investasi yang strategis Portes, 1998:3.
Contoh : A-B dan B-C, hubungan pertukaran dikatakan negatif bagi B jika pertukaran dalam
hubungan A-B mengurangi frekuensi atau jumlah pertukaran dalam hubungan B-C. Sebaliknya,
hubungan
pertukaran dikatakan
positif jika
pertukaran dalam hubungan A-B meningkatkan jumlah atau frekuensi dalam hubungan B-C
Emerson sendiri mengadopsi operant psychology sebagai pondasi perilaku dalam teorinya, sebab ia melihatnya sebagai teori
sosial yang bersifat mikro-level. Namun kemudian, Cook dan
Emerson 1978 memperkenalkan konsep lainnya termasuk resiko
risk, ketidakpastian, dan kalkulasi rasional dari manfaat dan biaya ke dalam teori “pertukaran sebagai perilaku sosial”. Dalam teori ini,
aktor dimotivasi
oleh keuntungan
masa depan,
pertimbanganantisipasi terhadap kehilangan atau biaya, atau secara sederhana mereka belajar dari interaksi di masa lalu yang
menguntungkan. Asumsi dasar dalam pertukaran sosial diringkas oleh Molm 1997 antara lain :
1. Perilaku dimotivasi oleh hasrat untuk meningkatkan keuntungan dan menghindari kerugiankehilangan, meningkatkan hasil positif
dan mengurangi dampak negatif. 2. Hubungan pertukaran dibangun dalam struktur hubungan saling
tergantung 3. Setiap aktor terlibat dalam pengulangan, saling tergantung dalam
pertukaran dengan partner khususspesifik sepanjang waktu tidak dalam satu transaksi pendeksekali
4. Keluaran yang dihasilkan sesuai dengan hukum ekonomi law of deminishing marginal utility atau prinsip kejenuhan principle of
satiation dalam psikologi. Beberapa konsep lain yang akan sangat membantu dalam
memahami pertukaran sosial antara lain : resiprositas, keseimbangan,
kohesi, dan power-balancing operations. Emerson, sebagaimana Homans, memberikan perhatian utama pada pondasi mikro dari
pertukaran, khususnya pada bagian I dari formulasinya : Suatu hubungan pertukaran dikatakan seimbang jika :
Dab=Dba, yaitu ketika masing-masing aktor saling tergantung secara equal. Emerson membangun teori pertukaran untuk menjelaskan
pengaruh kekuasaan dalam hubungan sosial. Interaksi sosial yang melampaui hubungan dua orang adalah bentuk dari jaringan sosial
social network yang hubungan satu sama lain diikat oleh hubungan pertukaran. Cook dan Emerson 1978 telah secara spesifik
menggambarkan jaringan sosial ini sebagai suatu sistem yang menghubungkan tiga atau lebih individu yang saling bertukar nilai
barang atau jasa. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang terjadi dimana pertukaran dua individu dyadic saja tidak cukup, sebab
menganalisa kekuasaan akan selalu membutuhkan penjelasan tentang jaringan, dimana alternatif sosial menjadi muncul dalam pertukaran
jaringan ini. Ada tidaknya alternatif itulah yang menjadi salah satu faktor kuat berjalannya suatu hubungan pertukaran.
Selain jaringan sosial, kekuasaan dalam pertukaran sosial juga sangat dipengaruhi oleh prinsip kompetisi. Kompetisi ini
merupakan basis fundamental dalam berbagai tipe ekonomi dan hubungan pasar. Ide pokok dalam teori ketergantungan-kekuasaan
adalah peluang dan alternatif individu tergantung kepada penurunan peluang dan alternatif individu lainnya. Dengan demikian, struktur
dalam jaringan ini pun secara terbuka memberi peluang bagi aktor untuk menjadi penguasa yang dominan.
Dalam membahas dinamika kekuasaan ini Emerson juga berbicara tentang keseimbangan kekuasaan power balancing
operations. Dengan memfokuskan pada dua variabel yang mempengaruhi ketergantungan, Emerson mengajukan empat proses
yang mungkin membuat kekuasaan menjadi lebih seimbang equal di dalam berbagai hubungan yang tidak seimbang. Contohnya :
A lebih berkuasa dari B PabPba dan DbaDab. Untuk menyeimbangkan hubungan ini maka :
B dapat menurunkan level motivasinya dalam mencapai tujuan yang dimediasidifasilitasi oleh A
B dapat menempatkan sumber alternatif lainnya misal aktor C sebagai tujuan yang dimediasi oleh A network extension
B dapat mencoba meningkatkan motivasi A dalam mencapai tujuan-tujuannya yang dapat dimediasi oleh B
B dapat mencoba untuk mengeliminasi sumber alternatif dari A untuk tujuan yang dimediasi oleh B bentuk koalisi atau tindakan
kolektif dengan aktor lainnya Dengan prinsip keseimbangan-kekuasaan ini Emerson dapat
memprediksi beragam tipe perubahan dalam jaringan pertukaran yang diproduksi oleh para aktor untuk meraih kekuasaan atau
mengelola kekuasaan di dalam suatu jaringan. Jaringan kekuasaan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai Cook, 1977, 62-82:
1. Kesatuan dari tiga atau lebih aktor yang masing-masing menyediakan kesempatan untuk bertransaksi dengan sekurang-
kurangnya satu aktor lain di dalam jaringan. Dengan demikian, jaringan
dapat dianggap
sebagai “struktur
kesempatan” opportunity structure bagi masing-masing aktor di dalam
jaringan.
2. Dua hubungan pertukaran, A:B dan A:C adalah saling terhubung jika frekuensi atau magnitude dari hubungan transaksi yang satu
merupakan fungsi dari hubungan transaksi yang lainnya. 3. Kategori pertukaran mewakili kesatuan dari seluruh aktor yang
memiliki sumber daya yang sama dan yang sama-sama bernilai untuk dipertukarkan.
4. Kesatuan hubungan pertukaran mempertemukan satu aktor kepada dua atau lebih anggota suatu kategori pertukaran yang kemudian
menghasilkan hubungan alternatif bagi aktor tersebut.
2.4. Komersialisasi Sosial
Komersialisasi adalah suatu proses sosial dimana kegiatan- kegiatan ekonomi secara garis besar diatur atas dasar prinsip pertukaran
pasar. Secara bahasa, komersial dan komersialisasi berarti 1 mempunyai sifat dagang 2 bersifat mencari untung 3 membuat sesuatu seperti
perdagangan untuk mencari untung Badudu-Zain, 1996:707-708. Untuk kepentingan penelitian terhadap sistem pertukaran sosial Gantangan di
pedesaan Subang ini, maka penulis mendefinisikan Komersialisasi Sosial Gantangan sebagai “penciptaan hubungan-hubungan pasar dalam
lingkup pesta hajatan dan ekonomi lokal, dimana alokasi sumber daya sosial diwujudkan dalam mekanisme harga yang terbentuk dari proses
permintaan dan pernawaran”. Disini kewajiban timbal balik resiprositi terwujud dalam bentuk “nilai terhadap uang”, “imbalan yang pantas bagi
jasa yang diberikan” dan hal-hal semacam itu. Proses komersialisasi ini mempengaruhi banyak aspek kemasyarakatan sehingga kita dapat
membicarakan suatu masyarakat yang didominasi oleh prinsip pasar. Diluar kegiatan yang diatur oleh prinsip pasar itu juga terdapat prinsip-
prinsip pengaturan ekonomi lainnya seperti prinsip keluarga, organisasi sukarela, dan pemerintah Peny, 1990:134-139.
2.5. Kemiskinan
Dalam perspektif tentang kemiskinan, salah satu indikator utama individu atau rumah tangga disebut miskin adalah akibat ketidakmampuan
atau ketertutupan akses dalam memenuhi kebutuhan pangan. Meskipun memang banyak sekali definisi dan cara pengukuran kemiskinan yang
digunakan para ahli atau pemerintah yang berbeda satu sama lain. Akan tetapi, ada dua kategori tingkat kemiskinan yang berlaku umum, yaitu
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut merupakan suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan kemiskinan relatif merupakan perhitungan
kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan dalam suatu daerah. Dikatakan relatif karena berkaitan dengan distribusi pendapatan antar
lapisan sosial Huraerah, 2008:168. Pendekatan kemiskinan absolut pernah digunakan oleh Sajogyo pada tahun 1971, yaitu perhitungan
kemiskinan yang dikembangkan dengan memperhitungkan standar kebutuhan pokok berdasarkan kebutuhan beras dan gizi pendapatan per
kapita per tahun beras. Dari perhitungan Sajogyo ini lahir tiga golongan orang miskin, yaitu golongan paling miskin, miskin sekali dan miskin.
Tabel 1. Batas Tingkat Pengeluaran Garis Kemiskinan Untuk Penduduk Perkotaan dan Penduduk Perdesaan Menurut Kategori Kemiskinan
9
Kategori Kemiskinan
Batas Tingkat Pengeluaran setara beras per kapita per tahun
Perkotaan Perdesaan
1. Miskin 480 kg
320 kg 2. Miskin Sekali
360 kg 240 kg
3. Paling Miskin 270 kg
180 kg
9
Sajogyo 1978 dalam Said Rusli dkk 1995:6
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2007-2010 di Provinsi Jawa Barat
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
000 Penduduk miskin
Kota Desa
Kota+Desa Kota
Desa Kota+Desa
2007 2
654.6 2 803.3
5 457.9 11.21
16.88 13.55
2008 3
654.6 2 705.0
5 322.4 10.88
16.05 13.01
2009 4
654.6 2 452.2
4 983.6 10.33
14.28 11.96
2010 5
654.6 2423.2
4773.7 9.43
13.88 11.27
Sumber : BPS, 2010
Meskipun demikian, dialog tentang kemiskinan ini masih terus berkembang dengan sudut pandang yang berbeda, di satu sisi banyak pihak
menekankan pada persoalan produksi dan produktivitas masyarakat sebagai keseluruhan, dan di sisi lain lebih menekankan pada pembagian yang
merata, keadilan dan sebagainya. Kemudian, ukuran mutlak seperti konsumsi pangan beras sebagai tolak ukur kemiskinan tidak akan
mencukupi lagi, walaupun faktor-faktor tersebut juga tidak dapat ditiadakan karena menjadi kebutuhan dasar manusia. Artinya, semakin
kebutuhan dasar terpenuhi, maka semakin tinggi pula tuntutan akan kebutuhan sekunder dan tersier Tjondronegoro,2008:295.
Dengan demikian, secara filosofis, makna kemiskinan relatif yang dikemukakan oleh Simmel 1908 nampaknya lebih tepat digunakan untuk
memahami fenomena kemiskinan di pedesaan ini. Ia menyatakan bahwa orang miskin bukan sekedar mereka yang berada pada lapisan paling
bawah masyarakat, melainkan ditemukan pada seluruh strata masyarakat. Anggota masyarakat kelas atas, misalnya, yang lebih miskin dari
sesamanya, cenderung merasa miskin jika dibandingkan dengan
sesamanya. Oleh karena itu, sekalipun orang-orang dalam lapisan bawah itu dapat terangkat dari kemiskinan semula, maka banyak orang yang
berada dalam sistem stratifikasi masih akan merasa lebih miskin bila dibandingkan dengan sesamanya Ritzer Goodman, 2010:183
Jika diringkas, kemiskinan merupakan masalah kekurangan deprivation, meskipun kekurangan atau kemiskinan relatif ini tidak
pernah lengkap untuk dijadikan pendekatan dalam mengukur kemiskinan. Sementara pendekatan yang lebih biologis seperti jumlah konsumsi kalori,
cenderung mereduksi hanya pada pengertian kemiskinan absolut. Kemiskinan dan ketidakadilan inequality juga sering dihubungkan. Akan
tetapi keduanya adalah konsep yang berbeda. Apakah kemiskinan adalah persoalan nilai value judgement? Pendekatan moral ini tidaklah cocok
untuk sebuah studi pengukuran tingkat kemiskinan. Dengan demikian, alternatif pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengukur kemiskinan ini
adalah dengan identifikasi dan agregasi identification of the poor and agregation of their poverty characteristic into an over-all measure Sen,
1982:9-24.
2.6. Teori Permainan