Gambar 25. Beras Hasil Gantangan
b.  Beberes  Hutang  tahap  II.  Artinya,  hutang-hutang  yang  tidak  terlalu
mendesak  juga  akan  segera  dilunasi  oleh  bapak  hajat  dengan menggunakan uang dan hasil penjualan beras hajat.
c.  Memanfaatkan hasilsesa. Setelah seluruh hutang dan modal pinjaman
dilunasi, sisanya akan digunakan  untuk keperluan bapak  hajat, semisal modal usaha, membeli motor, gadai empang, dan sebagainya.
5.2.2. Fungsi Sosial Gantangan
Sudah menjadi suatu hukum sosial bahwasanya suatu tradisi atau adat-istiadat  akan  ditinggalkan  jika  ia  tidak  lagi  memiliki  fungsi  bagi
anggota  masyarakatnya.  Banyak  tradisi  lokal  yang  sama  sekali ditinggalkan  dan  bahkan  punah,  misalnya  saja  ratusan  jenis  permainan
tardisional  anak-anak,  lagu-lagu  lokal,  cerita-cerita  rakyat,  ritual menyembah benda mati dan lain sebagainya. Berbagai tradisi yang hilang
tersebut  selain  disebabkan  oleh  datangnya  pengetahuan  yang  baru modern, juga karena ia telah kehilangan fungsi sosial dan ekonominya.
Berbeda  dengan  tradisi  di  pedesaan  lainnya  yang  perlahan-lahan semakin  ditinggalkan  akibat  arus  modernisasi,  gantangan  di  pedesaan
Subang ini masih eksis sampai sekarang. Bahkan, tiga dasawarsa terakhir 1980an-2010-an  justru  semakin  menguat  dan  meluas  ke  berbagai
wilayah.  Pertukaran  sosial  gantangan  ini  secara  substansi  masih  eksis
disebabkan  oleh  beberapa  alasan,  Pertama,  ciri  kolektivitas  masyarakat
pedesaan di Subang ini belum sepenuhnya dapat dihilangkan. Jiwa tolong menolong  dan  “selalu  ingin  tahu”  masalah  orang  lain  di  dalam
komunitasnya  menjadi  perilaku  yang  memperkuat  kontrol  sosial  antar anggota  masyarakat  sehingga  tradisi  gantangan  ini  masih  dapat
dilestarikan  atau  diwariskan.  Kedua,  pertukaran  sosial  gantangan  ini
masih  bertahan  karena  terkait  dengan  eksistensi  pranata  sosial  lainnya, yaitu  perkawinan.  Sepanjang  perkawinan  di  pedesaan  ini  masih
disakralkan dan dibuat pesta meriah untuk merayakannya resepsi, maka gantangan  ini
masih  mendapatkan  medan  atau  arena  untuk mempraktekkannya.
Ketiga,  pertukaran  sosial  gantangan  masih  eksis  karena  basis
ekonomi  sebagian  besar  masyarakat desa  masih ditopang oleh  pertanian padi.  Sebagai  komoditas  utama  yang  dipertukarkan,  produktivitas
padiberas  menjadi  faktor  utama  keberlanjutan  tradisi  ini.  Sepanjang lahan-lahan  pertanian  padi  masih  terjaga  dan  tidak  terjadi  penurunan
produksi  yang  drastis  kerawanan  pangan,  ditambah  daya  beli masyarakat terhadap  beras  masih  tinggi,  maka  pertukaran  gantangan  ini
masih  akan  terus  eksis.  Keempat,  untuk  menjalankan  pertukaran
gantangan  ini  dibutuhkan  satu  modal  yang  semakin  hari  sebenarnya semakin
mahal, yaitu
rasa saling
percaya trust.
Dalam perkembangannya pertukaran gantangan ini telah diwarnai oleh berbagai
tindakan  dan  perilaku  tidak  jujur  dari  anggota  maupun  panitianya.  Di beberapa desa, akibat dari ketidakjujuran  ini adalah  menurunnya  jumlah
orang  yang  terlibat  dalam  pertukaran  sosial  ini.  Sementara  bagi  rumah tangga  yang  masih  menyimpan  sedikit  kepercayaan  kepada  yang  lain,
mereka menjadi jauh lebih berhati-hati dalam menentukan kehadiran dan jumlah  simpanan  yang  akan  diberikan  kepada  orang  lain  lebih
perhitungan.  Integritas,  status  ekonomi  dan  perilaku  sehari-hari seseorang  kemudian  menjadi  faktor-faktor  yang  dipertimbangkan  oleh
calon penyimpan.
Kelima, pesta hajatan  ini diakui atau tidak  merupakan  salah  satu
wahana  dalam  pelestarian  kesenian  tradisional.  Dengan  kata  lain, raramean  dalam  pesta  hajatan  ini  juga  menjadi  mata  pencaharian  atau
sumber  penghidupan  bagi  para  seniman  atau  grup-grup  kesenian  di daerah. Bayangkan  jika  masyarakat pedesaan tidak  lagi  “meniscayakan”
adanya  hiburan  kesenian  ketika  pesta  hajatan,  barangkali  akan  semakin banyak  kelompok-kelompok  kesenian  dan  seniman  yang  kehilangan
lahan usahanya gulung tikar.
Sumber : Diolah dari BPS, Subang dalam angka tahun 2010 Gambar 26. perkembangan jumlah kelompok kesenian di Kab. Subang 2005-
2009
Keenam,  selain  sebagai  mata  pencaharian  para  seniman,
pertukaran  gantangan  dalam  setiap  pesta  hajatan  khitanan,  perkawinan,
kelahiran, dll ini sekarang juga menjadi pasar bagi para pedagang beras, daging,  dan  sembako  lainnya.  Mereka  memanfaatkan  momen  pesta
hajatan  ini  untuk  meraih  untung  dengan  cara  menawarkan  modal  hajat panjer,  baik  secara  langsung  maupun  melalui  para  perantara.  Selain
modal  yang  kembali,  para  pedagang  atau  lebih  dikenal  sebagai  bandar hajatan  ini  juga  mengikat  beras  hasil  hajatan  beas  hajat  untuk  dibeli
dengan  harga  dibawah  harga  pasar.  Kehadiran  pedagangbandar  ini semakin  memudahkan  seseorang  untuk  menyelenggarakan  hajatan,
sekalipun tidak memiliki cukup modal. Selain  keenam  hal  diatas  yang  menyebabkan  pesta  hajatan  dan
pertukaran gantangan di pedesaan ini tetap eksis, secara individual tradisi ini  juga  memiliki  manfaat  sosial  simbolik  dan  ekonomi  yang  cukup
signifikan bagi kehidupan rumah tangga. Beberapa motivasi personal dan fungsi sosial dari pertukaran gantangan ini antara lain :
a Hayang kapuji ingin dipuji
Menyelenggarakan  pesta  hajatan  yang  meriah,  dihadiri  tamu undangan  yang  banyak,  dengan  hasil  gantangan  yang  besar  pada
akhirnya  akan  meletakkan  keluarga  bapak  hajat  pada  posisi  sosial yang  terhormat  ditengah  komunitas  masyarakat  desa.  Kondisi  seperti
diatas  akan  mengundang  decak  kagum  dan  selanjutnya  akan  menjadi buah  bibir  di  tengah  masyarakat,  bahwa  “pak  haji  A  hebat  euy,
hajatan  tiasa  menang  sakitu”.  Menjadi  buah  bibir  semacam  itu kemudian  akan  meningkatkan  pengaruh  dari  keluarga  hajat  tersebut
dan  semakin  dipercaya  oleh  masyarakatnya.  Di  sisi  lain, menyelenggarakan  pesta  hajatan  juga  adalah  pertaruhan  gengsi  bagi
keluarga  bapak  hajat.  Jika  sampai  meleset  misalnya  hajatan orangkeluarga kaya dari perkiraan bahwa yang terjadi hajatannya tiis
dingin,  sepi  dan  hasil  gantangannya  sedikit  rugi,  maka  harga  diri
orangkeluarga  tersebut  akan  turun  di  mata  masyarakat,  berikut pengaruh dan posisi sosialnya juga ikut merosot.
b Hayang Kasohor ingin terkenal
Karena  kemeriahan  dan  hasil  gantangan  dalam  suatu  hajatan menjadi salah satu parameter tinggi rendahnya status dan posisi sosial
seseorangkeluarga,  maka  ada  juga  yang  mencoba  menaikkan  status keluarganya  dengan  mengadakan  pesta  semeriah  mungkin  dengan
modal  besar diluar kemampuan sebenarnya. Spekulasi  semacam  ini mengadakan  hiburan  mewah,  misalnya  dilakukan  dengan  harapan
agar  menarik  perhatian  warga  masyarakat  lainnya  sehingga  dapat menjadi  buah  bibir  bahwa  keluarga  A  itu  mampu  dan  kayasukses.
Namun,  seringkali  warga  masyarakat  juga  mempertimbangkan  aspek lainnya,  seperti  apakah  orang  itu  punya  posisi  tertentu  dalam
pemerintahanpejabat,  apakah  punya  pengaruhdisegani,  pendatang atau pribumi, dan track record lainnya sebelum mengambil keputusan
untuk  nyimpen banyak atau sedikit dalam  hajatangantangan tersebut. Ada  juga  beberapa  kasus  dimana  pesta  yang  sangat  meriah,  tetapi
hasil  gantangannya  sangat  kecil  rugi,  sehingga  lahir  istilah  “budak Bogor” Biar Tekor yang penting Kesohor sebagai sindiran.
c Hayang ditarima lingkungan kontrol sosial
Sebagian  besar  informan  menyatakan  bahwa  keikutsertaan mereka dalam pertukaran gantangan adalah murni inisiatif pribadi dan
tanpa adanya paksaan dari orang  lain keluarga atau panitia. Namun ketika ditanya  lebih  lanjut, seringkali  mereka  mengungkapkan  bahwa
gantangan  itu  sudah  menjadi  tradisi  dan  dilakukan  sejak  dulu,  jadi maksud  tanpa  paksaan  sebenarnya  lebih  bermakna  “ikut-ikutan”
daripada  inisiatif  pribadi.  Sebab,  sekalipun  tidak  ikut  dalam  gantang tidak  apa-apa,  tetapi  mereka  mempertimbangkan  rasa  “tidak  enak”
jikalau  saudara  yang  lain  ikut  tetapi  kita  sendiri  tidak  ikut.  Perasaan ingin “sama dengan yang lain orang dekat” menjadi motivasi untuk
bergabung.  Sejauh  peneliti  mendalami,  memang  untuk  terlibat  atau tidak  ini  tidaklah  mengandung  instrumen  pemaksa,  sebab  beberapa
tokoh  masyarakat  kadus  awilarangan,  sekdes  pasirmuncang  pun tidak ikut serta dalam gantangan yang ramai dilakukan warganya.
d Hayang katingali ingin dilihatkebanggaan
Sifat  masyarakat  pedesaan  yang  feodalistik  dan  berorientasi vertikal  mengikuti  pemimpinorang  besar  masih  belum  sepenuhnya
hilang.  Dalam  penyelenggaraan  sebuah  pesta  hajatan  dengan  hiburan dan  gantangan  ini  menjadi  ajang  bagi  bapak  hajat  maupun  tamu
undangan  untuk  sama-sama  “terlihat”  di  depan  publik,  baik  terlihat kekayaannya,  kekuasaannya,  pengaruhnya,  dan  lain  sebagainya.
Misalnya,  melalui  saweran
19
orang  bisa  menunjukkan  “identitas sosial”nya.  Semakin  besar  uang  saweran,  menunjukkan  status  orang
tersebut  yang tinggi,  baik dimata kelompok  kesenian  maupun dimata tamu  undangan  lainnya.  Biasanya,  tokoh-tokoh  masyarakat  atau
pejabat  yang  kebetulan  datang  menjadi  tamu  undangan,  akan  dengan sengaja  dipanggil  oleh  MC  dan  diundang  untuk  menyawer.  Tamu
pejabat  itu  pun  sudah  hafal  dan  menyiapkan  beberapa  lembar  uang untuk  disawerkan.  Seperti  sudah
menjadi  tuntutan.  Selain pejabattokoh  masyarakat,  para  keluarga  dan  kerabat  juga  akan  ikut
menyawer  dengan  tujuan  membuat  pesta  hajatan  terlihat  meriah  di mata tamu undangan.
19
Kebiasaan  para  tamu  undangan  yang  ikut  berjoget  memberikan  uang  kepada  penari jaipong atau penyanyi dangdut diatas panggung, beberapa lembar uang itu diberikan dengan
cara  saling  berpegangan  tangan  dan  digoyang-goyangkan  beberapa  kali.  Setiap  penyawer menunjukkan “identitas”nya dari jumlah sawerannya.
e Loba babaturan banyak teman
Fungsi  sosial  gantangan  yang  lain  adalah  untuk  memeperluas pergaulan.  Sebab,  gantangan  di  suatu  desa  biasanya  bersifat  terbuka,
artinya orang luar desa pun boleh ikut “menyimpan”. Semakin banyak orang menyimpan kepada orang lain, maka semakin banyak pula hasil
yang  akan  dia  peroleh  kelak  ketika  “narik  gantangan”.  Maka  wajib hukumnya  bagi  yang  ingin  mendapatkan  untung  dari  gantangan  ini
adalah  dengan  memperluas  koneksi  dan  pertemanannya,  sehingga tamu  undangan  yang  akan  datang  ke  pesta  hajatannya  pun
kemungkinan  juga  bisa  semakin  banyak.  Selain  memperbanyak teman,  memperbanyak  simpanan,  seseorang  juga  perlu  memperbesar
volume jumlah uang dan beras yang disimpannya kepada orang lain agar hasil gantangannya bisa besar.
f Silih bantu resiprositas
Hukum  sosial  hidup  di  pedesaan  adalah  “siapa  yang  banyak membantu  orang  lain,  maka  orang  lain  juga  akan  membantunya”.
Hukum  timbal  balik  ini  masih  sangat  berlaku  sampai  sekarang.  Oleh karena  itu,  kebanyakan  rumah  tangga  ikut  serta  dalam  gantangan  ini
juga dimotivasi harapan bahwa suatu saat mereka juga membutuhkan bantuan  dari  warga  masyarakat  lainnya.  Dengan  adanya  pertukaran
gantangan  ini,  timbal  balik  itu  menjadi  semakin  kontraktual,  karena jelas  besar  pemberian  dan  kapan  pemberian  itu  harus  dikembalikan.
Meskipun  masih  dalam  kerangka  “saling  membantu”  yang  sama, namun nuansa ekonomi dan resiprositas sebanding-nya memang lebih
kentara dalam pertukaran gantangan ini.
g Raramean  Ngabring
Pesta  hajatan  di  pedesaan  Subang  adalah  momen  untuk berkumpul  antar  warga  desa.  Ketika  berlangsung  pesta  hajatan,  ada
kebiasaan masyarakat, baik ibu-ibu atau bapak-bapak, untuk ngabring berjalan  bersama-sama,  beriringan  sambil  membawamenjinjing
beras  menuju  tempat  hajatan.  Bahkan,  mereka  saling  tunggu  untuk disampeur  dari  rumah  yang  terjauh  sampai  rumah  yang  terdekat
pasampeur-sampeur.  Ngabring  ini  menunjukkan  kebersamaan  dan saling  “mengontrol”  antara  satu  warga  dengan  warga  lainnya,
sehingga apabila disampeur tidak ikutdatang akan muncul rasa malu. Kebiasaan  ngabring  ini  masih  ada  sampai  sekarang  meskipun  sudah
sangat jauh berkurang. Penyebabnya ada dua, pertama, sudah banyak warga  yang  memiliki  kendaraan  bermotor,  sehingga  mereka  merasa
lebih  praktis  untuk  berangkat  sendiri-sendiri  atau  nyampeur  orang yang dekat saja. Kedua, jumlah beras yang disimpandibayarkan sudah
tidak lagi 1-2 gantang 10-20 liter, melainkan sudah sampai 50 kg, 1 karung  bahkan  lebih,  sehingga  lebih  praktis  jika  menggunakan
kendaraan  bermotor.  Ngabring  ini  juga  biasa  dilakukan  oleh  warga yang desanya dengan tempat hajatan  jauh  jaraknya. Biasanya  mereka
akan  menyewa  mobil  bak  terbuka  pick  up  untuk  kemudian  ramai- ramai menuju tempat hajatan. Selain lebih irit biaya transportasi juga
bisa menolong mereka yang tidak memiliki sepeda motor sendiri.
5.2.3. Fungsi Ekonomi Gantangan