Peran Bandar dalam Pertukaran Sosial Gantangan

3. Orang atau keluarga tidak perlu menunggu memiliki kelebihan rejeki untuk mengadakan pesta hajatan. Mengapa demikian? Karena ia dapat menyelenggarakan pesta hajatan dengan seluruh modalnya berasal dari pinjamanhutang, baik dari bandar maupun saudara. Konsekuensinya adalah ia harus membayar seluruh pinjaman tersebut langsung setelah hajatan berakhir. Hal ini berlaku sangat umum dan bukan menjadi sebuah aib hal buruk.

5.4.3. Peran Bandar dalam Pertukaran Sosial Gantangan

Akhir-akhir ini, kehadiran bandar menjadi suatu entitas yang sulit dilepaskan dari hajatan maupun pertukaran sosial gantangan itu sendiri. Bandar atau pemodal hajatan ini mulai marak muncul sekitar dua dasawarsa terakhir. Kehadiran bandar semakin akrab setelah krisis ekonomi 1998, dimana dampak dari krisis ekonomi tersebut sangat terasa hingga ke pedesaan. Bandar hajatan ini merupakan tokoh protagonis sekaligus antagonis di dalam masyarakat pedesaan Subang. Dalam dunia pertanian – sebagai mata pencaharian pokok warga – kehadiran bandar sudah mendarah daging sejak lama. Kehadiran mereka juga kerap dianggap sebagai penolong sekaligus penghisap dalam tata niaga pertanian tersebut. Mengapa peran bandar demikian penting? Dalam sistem pertukaran sosial gantangan, bandar ini berperan sebagai alternatif pemberi modal. Ketika bapak hajat terdesak kebutuhan ekonomi maupun kewajiban sosial seperti harus menikahkan anak dan tidak memiliki uang untuk menyelenggarakan hajatan, maka ia bisa datang kepada bandar untuk meminjam uang sebagai modal awal hajatannya panjer. Tetapi tidak selalu bapak hajat yang datang ke bandar, saat ini justru seringkali bandar – melalui kaki-tangan atau orang-orang kepercayaannya – yang door to door menawarkan jasanya kepada para calon bapak hajat. Sebelum “kontrak”nya dengan bandar dijalankan, terjadi negosiasi antara bapak hajat dengan bandar, terutama soal bagaimana mekanisme pengembalian pinjaman tersebut. Biasanya, bandar akan meminta pengembalian pinjaman dengan disertai bunga yang disepakati ketika perjanjian awal. Selain tambahan bunga, bandar juga biasanya mendapatkan akses tunggal terhadap beras hasil hajatan tersebut. Artinya, beras yang diperoleh bapak hajat tidak boleh dijual kepada orang lain, akan tetapi hanya kepada bandar tersebut. Itu pun dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beras di pasar. Rasionalisasinya adalah karena beras hajat tersebut merupakan beras campuran dari berbagai jenis, bahkan banyak mengandung raskin beras miskin atau beras dengan kualitas kurang bagus. Hal ini menjadi legitimasi bagi bandar untuk menurunkan harganya. Setelah dapat membeli beras hajatan, bandar pun akan menjual kembali pada para tengkulak yang masuk dalam jaringan bisnis mereka. Seiring dengan makin seringnya masyarakat menggunakan jasa bandar ini, maka lama-kelamaan bandar menempati posisi yang penting pula dalam jaringan pertukaran gantangan ini. Ada bandar-bandar yang memang orang lokal setempat, namun banyak pula bandar yang berada jauh di luar desa tersebut. Bandar-bandar yang berada jauh ini – terkadang di kota – biasanya menempatkan orang-orang kepercayaannya perantara di pelosok-pelosok desa. Sebagai contoh orang kaya pemilik pemotongan hewan besar, biasanya ia memiliki orang-orang khusus untuk menawarkan jasanya kepada calon bapak hajat. Jika berhasil mendapat kesepakatan, maka si perantara akan mendapatkan komisi dari si bandar daging. Demikian pula yang dilakukan oleh bandar beras maupun bandar-bandar lainnya. Bagi bandar lokal,. Semakin sering dan banyak warga yang meminjam kepadanya, maka ia akan menjadi orang yang semakin memiliki pengaruh di tengah masyarakatnya. Orang menjadi segan dan menghormati si bandar karena banyak orang yang berhutang kepadanya. Dalam benak warga, suatu saat bukan tidak mungkin dialah yang akan menjadi peminjam berikutnya kepada si bandar.

5.4.4. Komersialisasi Sosial dalam Pertukaran Gantangan