Kondisi Perairan Waduk Cirata

VII. PERSEPSI STAKEHOLDER MENGENAI KEBERLANJUTAN WADUK CIRATA

Persepsi stakeholder mengenai keberlanjutan penting untuk diidentifikasi karena mencerminkan pandangan mereka terhadap kondisi Waduk Cirata. Persepsi stakeholder akan memberikan pengaruh terhadap perilaku stakeholder dalam kegiatan pemanfaatan maupun pengelolaan Waduk Cirata. Dalam penelitian ini, keberlanjutan Waduk Cirata akan fokus terhadap hal-hal yang berkaitan dengan usaha KJA mengingat KJA merupakan masalah yang paling mencolok dan belum terselesaikan hingga saat ini. Persepsi stakeholder mengenai keberlanjutan Waduk Cirata ditinjau melalui beberapa dimensi, yaitu meliputi dimensi ekologi, ekonomi, sosial, pengelolaan, dan pemanfaatan. Masing-masing dimensi memiliki tujuh aspek yang disesuaikan dengan multidimensi keberlanjutan.

7.1 Dimensi Keberlanjutan Waduk Cirata

Berikut penjelasan mengenai masing-masing dimensi beserta aspek-aspek yang digunakan:

a. Dimensi Ekologi

Dimensi ekologi merupakan dimensi yang penting dalam keberlanjutan. Kondisi ekologi suatu sumberdaya akan menentukan bagaimana sumberdaya tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan stakeholder lain. Kondisi ekologi ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor alam maupun manusia. Dalam kaitannya dengan Waduk Cirata yang memiliki permasalahan dominan usaha KJA, aspek-aspek yang termasuk dalam dimensi ekologi adalah sebagai berikut: 1 Pencemaran perairan dan lingkungan Pencemaran di Waduk Cirata terjadi karena adanya aktivitas yang dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Aktivitas perikanan, khususnya KJA di Waduk Cirata tidak bisa dipungkiri memberikan kontribusi yang tinggi pada pencemaran yang saat ini telah terjadi, meskipun pencemaran bukan hanya berasal dari KJA. Jumlah yang telah overloaded menimbulkan tingginya limbah yang terbuang ke perairan, termasuk limbah dari aktivitas pemilikpenunggu KJA yang melakukan segala aktivitasnya di Waduk Cirata. 2 Kualitas air Berdasarkan status mutu rata-rata perairan yang dilakukan oleh pihak BPWC pada tahun 2014, perairan di Waduk Cirata tergolong dalam kategori buruk untuk penggunaan sebagai sarana atau prasarana air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan peruntukan lainnya. Kualitas air akan berpengaruh terhadap kualitas ikan yang dapat diproduksi oleh usaha KJA 3 Laju sedimentasi Sedimentasi yang terjadi telah mengganggu fungsi Waduk Cirata dan mengurangi manfaat yang diterima. KJA berperan besar dalam sedimentasi yang terjadi, karena jumlah KJA yang jauh melebihi batas sehingga menimbulkan limbah yang terbuang ke perairan dalam jumlah besar. Rata-rata laju sedimentasi di Waduk Cirata telah mencapai 7,30 juta m 3 tahun, dimana jauh melebihi asumsi desain yang hanya 5,67 m 3 tahun. 4 Jumlah feses dan pakan yang terbuang ke perairan Pakan yang diberikan ke ikan tidak semata-mata semuanya dimakan oleh ikan. Pakan yang diberikan secara otomatis akan ada yang terbuang ke perairan meskipun dalam jumlah yang sedikit. Selain itu feses ikan yang terbuang ke perairan juga menjadi limbah. Pada umumnya dari sejumlah pakan yang diberikan kepada ikan mas, sebesar 98-99 yang dapat diserap oleh ikan dan sisanya terbuang ke perairan. Dari 80 pakan yang terserap oleh ikan mas tersebut, 10 akan disekresikan dalam bentuk feses. 5 Frekuensi upwelling dan kematian ikan Fenomena upwelling biasanya terjadi pada awal musim hujan saat cuaca mendung dimana intensitas cahaya matahari sangat rendah sehingga menyebabkan rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen dalam air. Hal ini menyebabkan ikan-ikan sulit bernafas karena konsentrasi oksigen yang minim sehingga mengakibatkan kematian ikan secara masal. 6 Jumlah eceng gondokgulma yang ada di perairan Eceng gondok merupakan masalah yang menimbulkan kerugian bagi pemanfaat Waduk Cirata. Keberadaan eceng gondok yang melimpah ruah menyebabkan terganggunya ikan karena kurangnya oksigen. Selain itu keberadaan eceng gondok yang melimpah juga menyebabkan terganggunya transportasi di area perairan karena permukaan genangan Waduk Cirata dipenuhi oleh eceng gondok. 7 Kondisi perairan untuk budidaya dan pertumbuhan ikan Kondisi perairan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan yang dibudidayakan dengan KJA. Kondisi yang buruk akan menimbulkan atmosfer yang tidak nyaman bagi ikan sehingga ikan tidak bisa tumbuh dengan optimal. Kondisi perairan menyangkut warna, rasa, dan bau yang ada.

b. Dimensi Ekonomi

Dimensi ekonomi merupakan dimensi yang berpengaruh dalam keberlanjutan suatu sumberdaya. Dalam pemanfaatan suatu sumberdaya pasti tidak lepas dari motif ekonomi yang mendasarinya. Di Waduk Cirata, kegiatan pemanfataan yang sangat mencolok adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan usaha KJA. Berikut aspek-aspek yang termasuk dalam dimensi ekonomi: 1 Profit yang diperoleh Dalam pemanfaatan Waduk Cirata khususnya usaha budidaya KJA, profit menjadi hal yang sangat penting. Profit menjadi faktor penentu apakah seseorang akan bertahan atau berhenti dari usaha KJA. Jumlah KJA yang sangat berlebih akan memberikan dampak terhadap profit yang diperoleh oleh masing- masing pengusaha KJA. 2 Penyerapan tenaga kerja Penyerapan tenaga kerja dalam kegiatan usaha KJA dapat dilihat dari jumlah petani ikan yang berasal dari masyarakat lokal maupun pendatang. Awalnya usaha KJA hanya diperuntukkan bagi masyarakat korban genangan saja, namun saat ini pengusaha KJA tidak hanya masyarakat lokal saja, namun juga masyarakat pendatang. 3 Ketergantungan masyarakat Usaha KJA menjadi usaha yang dominan di Waduk Cirata sehingga masyarakat banyak yang menggantungkan hidup kepada KJA. Sebagian besar masyarakat sekitar Waduk Cirata hidup dari adanya waduk tersebut, baik bekerja di waduk secara langsung maupun secara tidak langsung. 4 Alternatif pekerjaan Masyarakat yang menggantungkan hidup sepenuhnya kepada Waduk Cirata bekerja full time tanpa memiliki pekerjaan lain. Adanya alternatif pekerjaan di luar Waduk Cirata akan mengurangi kecenderungan masyarakat untuk melakukan kegiatan eksploitasi waduk, termasuk menambah jumlah KJA 5 Penurunan produktivitas Produktivitas dari usaha KJA sangat dipengaruhi oleh kondisi waduk dan usaha KJA tersebut. Produktivitas erat kaitannya dengan hasil produksi dan penerimaan bagi para pengusaha KJA. 6 Subsidi dari pemerintah Adanya subsidi dari pemerintah mempengaruhi tingkat kemandirian bagi usaha KJA. Subsidi yang terus-menerus akan menimbulkan ketergantungan dan ketidakmandirian bagi petani KJA karena mereka akan mngandalkan bantuan tersebut sehingga kemandirian akan berkurang. 7 Kepemilikan usaha KJA Usaha KJA di Waduk Cirata terbagi menjadi beberapa kepemilikan, yaitu pemilik lokal maupun pendatangnon-lokal serta campuran pemilik lokal dan pendatang. Kepemilikan usaha KJA erat dengan penerimaan dan profit yang diterima serta izin yang harus dipenuhi bagi pemilik KJA.

c. Dimensi Sosial

Dimensi sosial memberikan kontribusi dalam keberlanjutan suatu sumberdaya. Keberagaman masyarakat yang ada di suatu sumberdaya menimbulkan interaksi sosial yang beragam pula, termasuk dalam pemanfaatan sumberdaya tersebut. Kasus untuk Waduk Cirata dan usaha KJA, beberapa aspek yang termasuk dalam dimensi sosial adalah sebagai berikut: 1 Potensi konflik Konflik yang terjadi diantara petani KJA dan stakeholder maupun antara petani KJA itu sendiri dapat mempengaruhi usaha KJA yang ada di Waduk Cirata baik secara mikro maupun secara keseluruhan. Konflik dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. 2 Benturan kepentingan Benturan kepentingan dapat terjadi karena keterlibatan multi-stakeholder dalam pengelolaan maupun pemanfaatan Waduk Cirata. Belum adanya visi yang seragam diantara para stakeholder menjadikan stakeholder hanya concern terhadap kepentingan masing-masing, tanpa memikirkan kepentingan bersama. 3 Mekanisme resolusi konflik Terjadinya konflik dapat diselesaikan melalui penyelesaian-penyelesaian dengan kesepakatan diantara pihak yang berkepentingan. Dalam kasus KJA di Waduk Cirata, konflik dapat berupa konflik intern dalam lingkup petani KJA maupun konflik dengan stakeholder lain 4 Keterlibatan petani KJA Keterlibatan petani KJA dalam kegiatan-kegiatan dan pengambilan keputusan sangat penting. Hal ini karena jika petani merasa dilibatkan, mereka akan merasa ikut memiliki Waduk Cirata. Jika keterlibatan masyarakat kurang maka mereka cenderung apatis dan tidak peduli terhadap keberlanjutan Waduk Cirata. 5 Pembatasan jumlah KJA Pembatasan jumlah KJA merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kelestarian Waduk Cirata. Jumlah maksimum sudah ada di peraturan namun implementasinya masih banyak yang melanggar batas maksimum. 6 Perizinan usaha KJA Sebelum mendirikan usaha KJA di Waduk Cirata seharusnya pengusaha harus memiliki izin yang telah ditetapkan. Izin-izin tersebut harus terbit terlebih dahulu agar KJA yang didirikan bersifat legal. Fakta yang ada banyak pengusaha yang tidak memiliki izin sehingga banyak KJA ilegal di Waduk Cirata. 7 Tingkat keamanan Kondisi di sekitar suatu sumberdaya yang aman akan menjadikan nyaman masyarakatnya. Keamanan dapat tercipta jika ada kesadaran dan kerjasama dari para pihak untuk menjaga keamanan sumberdaya tersebut.

d. Dimensi Pengelolaan

Dimensi pengelolaan merupakan dimensi penting yang menentukan keberlanjutan suatu sumberdaya. 1 Koordinasi dan komunikasi Koordinasi dan komunikasi penting untuk melakukan pengelolaan Waduk Cirata. Koordinasi dan komunikasi yang berkualitas dalam suatu kelembagaan akan menentukan hubungan diantara stakeholder dan implementasi di lapangan. 2 Aksi bersama Aksi bersama masyarakat diperlukan untuk membangun kerjasama dari masyarakat untuk dapat ikut menjaga Waduk Cirata. Aksi bersama dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh pengelola dan pemanfaat Waduk Cirata. 3 Visi dan misi Visi dan misi yang seragam harus ada agar semua stakeholder memiliki tujuan yang sama sehingga tidak terjadi benturan kepentingan diantara para stakeholder 4 Pelanggaran aturan Peraturan-peraturan telah dibuat sedemikian rupa untuk menjaga kondisi Waduk Cirata. Fakta yang ada, masih banyak terjadi pelanggaraan khususnya terkait dengan izin KJA, jumlah KJA, dan kepemilikan KJA. 5 Penegakan aturan Adanya pelanggaran terhadap aturan atau kewajiban yang harus dipenuhi harus mendapat tindakan yang tegas. Dalam kasus KJA di Waduk Cirata, pihak yang memiliki wewenang dalam menegakkan aturan adalah Satpol PP dengan dibantu oleh instansi terkait. 6 Pemantauanpengawasan Pemantauan atau pengawasan dimaksudkan untuk menjaga kondisi Waduk Cirata agar terhindar dari kegiatan-kegiatan yang melanggar aturan. Kegiatan pemantauanpengawasan ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola atau masyarakat ataupun kerjasama antara pihak pengelola dan masyarakat. 7 Kelembagaan eksisting Lembaga pengelola Waduk Cirata saat ini adalah BPWC. Dalam pelaksanaannya BPWC seharusnya melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait untuk dapat bekerjasama dalam pengelolaan Waduk Cirata.