Analisis Kandungan Amilosa dan Amilopektin Apriyantono et al. 1989;

46 Jumlah mg gula yang terkandung untuk ml Na 2 S 2 O 3 yang digunakan ditentukan dengan daftar Luff Schrool Tabel 7. Dari tabel tersebut dapat diketahui hubungan antara volume Na 2 S 2 O 3 0.1N yang dipergunakan dengan jumlah glukosa yang ada pada sampel yang dititrasi. Selanjutnya, kadar glukosa dan kadar pati dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: dimana: G = kadar glukosa sampel w = glukosa yang terkandung untuk ml Na 2 S 2 O 3 yang dipergunakan mg dari tabel w1 = bobot sampel mg fp = faktor pengenceran P = kadar pati Tabel 7 Penetapan Gula menurut Luff Schoorl Na 2 S 2 O 3 0.1N ml Glukosa, Fruktosa dan Gula inversi mg Na 2 S 2 O 3 0.1N ml Glukosa, Fruktosa dan Gula inversi mg 1 2.4 13 33.0 2 4.8 14 35.7 3 7.2 15 38.5 4 9.7 16 41.3 5 12.2 17 44.2 6 14.7 18 47.1 7 17.2 19 50.0 8 19.8 20 53.0 9 22.4 21 56.0 10 25.0 22 59.1 11 27.6 23 62.2 12 30.3

h. Analisis Kandungan Amilosa dan Amilopektin Apriyantono et al. 1989;

Riley et al. 2006 Lemak dari patitepung diekstrak dengan heksan AOAC 1990. Sebanyak 100 mg patitepung bebas lemak didispersikan di dalam 1.0 ml etanol dan 9.0 ml NaCl 1 M. Volume ditepatkan menjadi 100 ml dengan menggunakan air destilata. Sebanyak 5 ml aliquot ditransfer ke dalam labu takar 50 ml yang berisi 25 ml air destilata. Sebanyak 0.5 ml asam asetat 1 M dan 1 ml larutan iod 0.2 iod dalam 100 x 1 w wxfp G = 90 . Gx P = 47 2 potasium iodida ditambahkan kedalam labu takar. Volume aliquot ditepatkan sampai tanda tera dengan menggunakan aquades. Aliquot diukur absorbansinya pada λ 620 nm. Kandungan amilosa ditentukan dengan menggunakan kurva standar amilosa murni dari kentang. Standar amilosa dibuat dengan cara menimbang 40 mg amilosa murni dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1N. Tabung reaksi dipanaskan di dalam air mendidih sekitar 10 menit sampai semua amilosa membentuk gel. Setelah didinginkan, campuran dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan dengan akuades sampai tanda tera. Sebanyak masing- masing 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan tersebut dipipet ke dalam labu takar 100 ml. Ke dalam masing-masing labu takar ditambahkan asam asetat 1N sebanyak 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 1 ml, kemudian masing-masing ditambah dengan 2 ml larutan iod. Larutan tersebut ditepatkan dengan akuades hingga tanda tera. Setelah didiamkan selama 20 menit, absorbansi dari intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Kurva standar dibuat sebagai hubungan antara kadar amilosa sumbu x dengan absorbansi sumbu y. Kadar amilosa standar yang digunakan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kadar amilosa standar Volume Amilosa Standar ml Konsentrasi Amilosa Standar mgml 1 0.004 2 0.008 3 0.012 4 0.016 5 0.020 Kadar amilosa dalam sampel dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Kadar amilosa W 100 CxVxFx = Keterangan: C = konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar mgml V =Volume akhir contoh ml F =Faktor pengenceran W = berat contoh mg 48 Kandungan amilosa dalam sampel dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan amilopektin. Kandungan amilopektin dapat dihitung berdasarkan selisih antara total kandungan pati dengan kandungan amilosa. Analisis Karakteristik Bihun Chen 2003; Purwani et al. 2006; Codex Stan 249-2006 a. Kadar Air dengan Metode Oven Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit untuk cawan aluminium. Cawan kering ditimbang. Sebanyak 1 g sampel ditimbang dengan cepat ke dalam cawan kering, kemudian dihomogenkan. Tutup cawan dibuka, cawan sampel beserta tutupnya di keringkan dalam oven suhu 105 o C selama 3 jam. Cawan diletakan secara seksama agar tidak menyentuh dinding oven. Cawan sampel dipindahkan ke dalam desikator, ditutup dengan penutup cawan, didinginkan lalu ditimbang kembali. Cawan dimasukkan kembali ke dalam oven sanpai diperoleh berat konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Kadar air g100 g bahan basah 100 2 1 x W W W W − − = dimana : W = bobot contoh sebelum dikeringkan g W1 = bobot contoh + cawan sesudah dikeringkan g W2 = bobot cawan kosong g

b. Waktu Pemasakan Waktu Rehidrasi