KERANGKA PEMIKIRAN Pola Pemanfaatan dan Penilaian Ekonomi Sumberdaya Air Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Jawa Barat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah kawasan pelestarian alam yang berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan. Selain sebagai kawasan pelestarian alam, Tahura Ir. H. Djuanda juga menyimpan potensi sebagai daerah resapan air. Sebagaimana yang diketahui bahwa luas daerah resapan air di kawasan Bandung Utara semakin menyempit dan parah kondisinya, sehingga Tahura Ir. H. Djuanda sangat berperan dalam pasokan air di kawasan Bandung Utara. Parahnya kondisi resapan air dapat dilihat pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Disaat musim kemarau pasokan air yang diterima oleh masyarakat sangat kecil sekali, sedangkan pada saat musim hujan terjadi bencana banjir. Potensi resapan air dapat dilihat dari mata air dan mengalirnya Sungai Cikapundung. Sungai Cikapundung dimanfaatkan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung dan PLTA Dago Bengkok, sedangkan mata air dimanfaatkan oleh masyarakat melalui BPAB-DC. Kondisi mata air yang berada di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda mulai mengalami penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas dimana pasokan debit mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sudah mulai mengalami penurunan, hal ini terlihat dari air bersih yang berasal dari mata air yang diterima oleh masyarakat hanya lebih kurang 2-3 hari sekali. Masyarakat serta beberapa instansi yang memanfaatkan air yang berasal dari Tahura Ir. H. Djuanda berkewajiban membayar pemanfaatan jasa sumberdaya air dari Tahura Ir. H. Djuanda, karena Tahura merupakan kawasan konservasi dan penetapan nominalnya sudah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, sedangkan untuk mata air secara langsung dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar melalui BPAB-DC. Pemanfaatan sumberdaya air menunjukkan penggunaan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh Tahura Ir. H. Djuanda. Agar kuantitas dan kualitasnya dapat terjaga dengan baik maka pengelolaan sumberdaya air tersebut harus dijaga keberadaannya, sehingga ketersediannya tidak mengalami penurunan dan tetap dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukanlah instrumen ekonomi untuk menjaga Tahura tersebut yakni melalui mekanisme PJL yang diharapkan dapat menjaga kuantitas dan kualitas sumberdaya air Tahura Ir. H. Djuanda. Penerapan instrumen ekonomi berupa PJL untuk pemanfaatan sumberdaya air di Tahura Ir. H. Djuanda dapat dilakukan apabila semua pihak mengetahui potensi ekonomi sumberdaya air Tahura Ir. H. Djuanda. Guna mengetahui potensi nilai ekonomi potensial Tahura Ir. H. Djuanda, maka diperlukan analisis mendalam mengenai pola pemanfaatan sumberdaya air Tahura Ir. H. Djuanda oleh berbagai instansi dan masyarakat. Dalam penelitian ini teknik WTP dengan metode CVM digunakan untuk mengetahui nilai ekonomi sumberdaya air Tahura Ir. H. Djuanda yang diestimasi dari sudut pandang masyarakat. Selain itu untuk mendapatkan nilai ekonomi total sumberdaya air Tahura Ir. H. Djuanda, maka nilai ekonomi yang diberikan oleh pemanfaat sumberdaya air lainnya yaitu PDAM Tirtawening Kota Bandung dan PLTA Dago Bengkok juga diperhitungkan. Alur penelitian disajikan pada diagram alur kerangka berpikir yang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Berpikir Mata air Sungai Cikapundung Fungsi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Potensi resapan air dan penyediaan air bersih Jasa lingkungan WTP masyarakat terhadap PJL Kawasan pelestarian alam Pemanfaatan sumberdaya air berkelanjutan Ketersediaan sumberdaya air Instrumen ekonomi berupa PJL Dimanfaatkan oleh PLTA Dago Bengkok Dimanfaatkan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung Dimanfaatkan oleh masyarakat melalui BPAB-DC Pola pemanfaatan sumberdaya air di Tahura Ir. H. Djuanda Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan WTP masyarakat dalam penggunaan air bersih Tahura Ir. H. Djuanda Penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air Nilai PJL untuk PDAM Tirtawening dan PLTA Dago Bengkok

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1