Terjadinya Perlawanan Pihak Ketiga, Objek Jaminan Dalam Status Sengketa atau Milik Orang Lain

112

BAB IV KENDALA-KENDALA DALAM PENYELESAIAN UTANG PERSEROAN

TERBATAS PAILIT YANG OBJEK JAMINANNYA MILIK PIHAK KETIGA

A. Terjadinya Perlawanan Pihak Ketiga, Objek Jaminan Dalam Status Sengketa atau Milik Orang Lain

Tahapan dalam melakukan eksekusi hak tanggungan berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan seringkali menemui suatu kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa proses eksekusi berdasarkan title eksekutorial tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya. Mengingat walaupun secara teoritis hakim hanya memeriksa syarat-syarat formal namun tidak tertutup kemungkinan terjadinya perlawanan oleh pihak yang merasa dirugikan dalam pelaksanaan eksekusi tersebut. Selain hal tersebut sebelum memberikan penetapan eksekusi hakim harus terlebih dahulu harus memberikan teguran dan memanggil debitor secara layak. Perlawanan dari pihak tereksekusi atau pihak yang menempati objek Hak Tanggungan merupakan salah satu hambatan yang ditemui kreditor: ”Dalam prakteknya seringkali ketika pihak bank akan mengeksekusi objek jaminan Hak Tanggungan, terutama pada objek Hak Tanggungan yang terdapat bangunan di atasnya, mendapat perlawanan dari pihak yang menempati bangunan yang berdiri di atas objek Hak Tanggungan yang ujung-ujungnya meminta biaya ganti rugi pengosongan rumah”. 162 Kendala dalam pelaksanaan eksekusi objek Hak Tanggungan secara paksa melalui Pengadilan Negeri memang tidak selalu berjalan dengan baik. Terdapat 162 Hasil wawancara dengan Dian Oktria, Legal Officer PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Medan, tanggal 26 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara 113 beberapa kendala yang dihadapi kreditor dalam menjalankan eksekusi secara paksa, sehingga hasilnya tidak sesuai harapan. Salah satu kendala bagi eksekusi objek hak tanggungan melalui pengadilan adalah adanya gugatan perlawanan dari pemberi hak jaminan dengan alasan dia keberatan atas surat paksa, tanahnya telah disewakan sebelum dijaminkan, barang jaminan merupakan harta gono-gini, atau harga lelang terlalu rendah. 163 Menurut Retnowulan Sutantio dalam M. Khoidin menjelaskan bahwa terdapat pula kendala teknis bagi eksekusi objek hak tanggungan atas perintah Pengadilan Negeri, yaitu seringkali diajukan gugatanbantahan dari debitor atau pihak ketiga, pembeli kesulitan melakukan pengosongan atas objek hak tanggungan yang telah dibeli dari pelelangan, karena pihak Pengadilan Negeri melakukan penangguhan pengosongan dan sulit mencari pembeli lelang atau peminat pembeli lelang sedikit. 164 Sedangkan J. Satrio berpandangan pada saat ini ada keengganan sementara orang untuk ikut serta dalam lelang objek hak jaminan atau untuk menjadi pembeli dalam suatu eksekusi. Keengganan orang membeli melalui lelang disebabkan oleh mahalnya biaya lelang serta pengosongan atas barang yang dibeli kadangkala mengalami kesulitan dan bahkan sampai harus mengajukan gugatan ke pengadilan. 165 Rendahnya animo peminat lelang sangat berpengaruh pada jalannya eksekusi, mengingat apabila tidak ada peserta lelang atau objek jaminan yang akan dilelang 163 M. Khoidin, Problema Eksekusi Sertipikat Hak Tanggungan, Yogyakarta: LaksBang Pressindo, 2005, hlm.29. 164 Ibid. 165 Ibid., hlm.30. Universitas Sumatera Utara 114 tidak laku, tentu akan sangat merugikan kreditor. Akibat sedikit atau bahkan tidak ada peminat lelang, maka seringkali bank kreditor terpaksa membeli sendiri objek lelang. Pembelian barang jaminan yang dilakukan oleh bank tersebut tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui pihak ketiga “orang suruhan”, yang dapat berasal dari pegawai bank, pejabat bank atau orang lain yang diberi dana oleh bank untuk rnembeli barang jaminan. Dilihat dari aspek hukum perbuatan ini adalah batal, sekalipun di dalam perjanjian kredit atau perjanjian jaminan dicantumkan klausula bahwa bank boleh memiliki barang jaminan, maka klausula tersebut batal demi hukum. Selain hal tersebut pembelian demikian biasanya terjadi dengan harga yang sangat murah sehingga merugikan debitor selaku pemilik barang jaminan yang dilelang. 166 Selain hal tersebut di atas pelaksanaan eksekusi termasuk Sertipikat Hak Tanggungan sebagai pengganti grosse akta hipotik menurut M. Khoidin dapat dilawan oleh debitor selaku pihak termohon eksekusi atau oleh orang lain, yang diajukan kepada Pengadilan Negeri. Perlawanan oleh termohon eksekusi disebut sebagai perlawanan pihak partij verzet. Menurut Yahya Harahap dalam M. Khoidin dalil pokok yang dijadikan alasan untuk mengajukan partij verzet atas eksekusi berdasarkan Pasal 224 HIR adalah mengenai keabsahan formal dan alasan materil yang menyangkut besarnya jumlah hutang yang pasti. Jumlah hutang yang diminta untuk dieksekusi melebihi jumlah hutang yang terdapat dalam grosse akta. Di samping itu jumlah hutangnya tidak pasti juga dapat diterima sebagai alasan 166 Ibid., hlm.30-31. Universitas Sumatera Utara 115 pengajuan partij verzet. Alasan hukum lainnya untuk melakukan perlawanan ini oleh debitor adalah penetapan pengadilan menimbulkan kerugian atas hak atau kepentingan termohon eksekusi sebagaimana dimaksud Pasal 378 Rv. 167 Hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sebenarnya merupakan suatu kendala hukum yang telah dapat diprediksi sebelumnya oleh pihak bank selaku kreditor, mengingat kendala tersebut merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah pernah terjadi sebelumnya dalam suatu proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan, sehingga sebenarnya pihak bank selaku kreditor seharusnya telah dapat mengambil langkah-langkah antisipasi agar kendala tersebut dapat diminimalisir kemungkinan untuk terjadi. Langkah antisipasi merupakan solusi yang mungkin untuk dilakukan dan logis dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa selama belum terdapat peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur pelaksanaan eksekusi maka eksekusi tetap berlangsung berdasarkan hukum materil dan formil yang berlaku saat ini, sehingga proses eksekusi berdasarkan titel eksekutorial akan tetap dimungkinkan berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan memerlukan biaya, sebagaimana diungkapkan oleh pihak PT. Bank Bukopin Tbk, bahwa ”biasanya dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan selain memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit, tetap 167 Ibid., hlm.34. Universitas Sumatera Utara 116 terbuka kemungkinan terjadinya perlawanan oleh pihak lawan debitor ataupun pihak ketiga, yang akhirnya akan merugikan pihak kreditor”. 168 Oleh sebab itu apabila ternyata dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan tersebut pihak bank merasa tidak lagi sanggup menyelesaikannya dan dipandang sudah sangat merugikan pihak bank maka langkah terakhir yang ditempuh adalah dengan jalan mempailitkan debitor. Oleh sebab itu, penyebab dari adanya hambatan- hambatan tersebut sebenarnya dapat dilihat dari latar belakang penggunaan lembaga kepailitan oleh kreditor yang dianggap sebagai suatu ”tindakan hukum terakhir yang dapat dilakukan apabila langkah-langkah berupa perdamaian ataupun restrukturisasi utang ternyata telah gagal untuk dilaksanakan”. 169 Dari filosofi dan tujuan dari hukum kepailitan di Indonesia dapat dipahami bahwa lembaga kepailitan akan digunakan oleh kreditor apabila seluruh langkah-langkah penyelamatan kredit yang dilakukan kreditor tidak dapat dilaksanakan terhadap debitor. Dalam praktek perbankan di PT. Bank Bukopin Tbk, upaya penyelamatan kredit dilakukan terhadap debitor yang dipandang masih mempunyai prospek usaha dan itikad baik dalam menyelesaikan kewajibannya, ”Penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan cara rescheduling penjadwalan kembali, reconditioning persyaratan kembali, restructuring penataan kembali utang dan tahap eksekusi objek jaminan kredit baik melalui titel eksekutorial maupun melalui penjualan objek jaminan secara dibawah tangan, maupun melalui take over kredit dengan cara mencari investor baru yang berminat membeli objek 168 Hasil wawancara dengan Dian Oktria, Legal Officer PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Medan, tanggal 26 Juli 2013 169 Hasil wawancara dengan Dian Oktria, Legal Officer PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Medan, tanggal 26 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara 117 Hak Tanggungan dengan dana yang akan dibiayai oleh pihak bank dalam bentuk kredit baru. 170 Baru setelah semua upaya yang disebutkan di atas tidak dapat dilaksanakan dan apabila pihak PT. Bank Bukopin Tbk berpendapat bahwa debitor tidak beritikad baik atau objek jaminan tidak dapat dieksekusi, maka : ”Tindakan terakhir yang dapat ditempuh oleh pihak kreditor adalah dengan mempailitkan debitor. Oleh karena itu biasanya ketika pihak PT. Bank Bukopin Tbk memohonkan pailit kepada seorang debitor maka hal tersebut berarti pihak PT. Bank Bukopin Tbk telah merasa tidak mampu untuk memperoleh pelunasan piutangnya dari debitor berdasarkan langkah-langkah yang biasa PT. Bank Bukopin Tbk lakukan”. 171 Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaksanaan eksekusi objek jaminan hak tanggungan dalam kepailitan tersebut akan mengalami kendala dan hambatan dalam pelaksanaan eksekusinya, karena pemilihan lembaga kepailitan dipandang sebagai langkah terakhir yang dilaksanakan oleh pihak bank dalam upaya mendapatkan pelunasan seluruh piutangnya.

B. Terbatasnya Dana Untuk Biaya Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit