Prosedur Permohonan Pailit Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit

74 Undang-undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya. 109 Permohonan pailit terhadap debitor yang memenuhi syarat, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan, yang menyatakan bahwa ”Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih dari kreditornya.” Dengan memenuhi syarat yang ditentukan di atas, maka permohonan pailit atas debitor tersebut, dapat diajukan oleh satu atau lebih kreditornya ke Pengadilan Niaga, yang merupakan badan peradilan yang berwenang untuk memproses, memeriksa dan mengadili perkara kepailitan. Apabila permohonan pailit tersebut dikabulkan maka Pengadilan Niaga akan mengeluarkan putusan yang menyatakan debitor tersebut dalam keadaan pailit.

2. Prosedur Permohonan Pailit

Prosedur dan proses kepailitan di Pengadilan Niaga, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Pasal 6 ayat 1 UU Kepailitan. b. Panitera Pengganti mendaftarkan permohonan pernyataan pailit Pasal 6 ayat 2 UU Kepailitan. 109 Ibid. Universitas Sumatera Utara 75 c. Paling lambat 2 dua hari sejak tanggal pendaftaran, panitera menyampaikan permohonan kepada ketua Pengadilan Niaga Pasal 6 ayat 4 UU Kepailitan. d. Paling lambat 3 tiga hari sejak tanggal permohonan, pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang Pasal 6 ayat 5 UU Kepailitan. e. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan paling lambat 20 dua puluh hari setelah tanggal permohonan didaftarkan Pasal 6 ayat 5 UU Kepailitan. f. Putusan Pengadilan Niaga atas permohonan pernyataan pailit, harus diucapkan paling lambat 60 enam puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 8 ayat 5 UU Kepailitan. g. Dalam putusan pernyataan pailit tersebut, harus diangkat kurator dan hakim pengawas Pasal 15 ayat 1 UU Kepailitan.

3. Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit

Pada dasarnya sebelum pernyataan pailit, hak-hak debitor untuk melakukan semua tindakan hukum berkenaan dengan harta kekayaannya harus dihormati. Tentunya dengan memperhatikan hak-hak kontraktual serta kewajiban debitor menurut peraturan perundang-undangan. 110 Semenjak pengadilan mengucapkan putusan kepailitan dalam sidang yang terbuka untuk umum terhadap debitor berakibat bahwa ia kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya persona standy in 110 Imran Nating, Peranan dan Tanggungjawab Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, hlm.39. Universitas Sumatera Utara 76 judicio dan hak kewajiban si pailit beralih kepada kurator untuk mengurus dan menguasai boedel-nya. 111 Si pailit masih diperkenankan untuk melakukan perbuatan- perbuatan hukum di bidang harta kekayaan, misalnya membuat perjanjian, apabila dengan perbuatan hukum itu akan memberi keuntungan bagi harta boedel si pailit, sebaliknya apabila dengan perjanjian atau perbuatan hukum itu justru akan merugikan boedel, maka kerugian itu tidak mengikat boedel. Debitor yang dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga mengakibatkan debitor yang bersangkutan kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit, terhitung sejak tanggal kepailitan tersebut, 112 namun debitor yang dinyatakan pailit tersebut tetap berwenang bertindak sepenuhnya terhadap harta kekayaan yang tidak disita tidak termasuk dalam boedel pailit. Terhadap harta benda yang diperolehnya, debitor tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya akan tetapi harta yang diperolehnya tersebut akan menjadi bagian dari harta pailit. 113 Akibat hukum lain dari pernyataan pailit bagi debitor yang dinyatakan pailit, untuk kepentingan harta pailit maka dapat dimintakan pembatalan atas segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan. Pembatalan ini hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum 111 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 24 ayat 1 112 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Kepailitan Seri Hukum Bisnis, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hlm.30. 113 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Memahami Faillissementsverdening Juncto Undang-Undang No.4 tahun 1998, Jakarta: Pustakan Utama Grafiti, 2002, hlm.257. Universitas Sumatera Utara 77 tersebut dilakukan oleh debitor dan pihak yang melakukan perbuatan hukum tersebut mengetahui dan sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor, kecuali perbuatan hukum yang dilakukan debitor tersebut wajib dilakukan berdasarkan undang-undang maupun perjanjian. Apabila telah ada putusan pernyataan pailit maka segala pelaksanaan putusan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitor yang telah dimulai sebelum pernyataan pailit harus dihentikan seketika. Demikian pula apabila terdapat suatu tuntutan hukum di Pengadilan yang diajukan terhadap debitor untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit yang perkaranya sedang berjalan, maka tuntutan hukum tersebut gugur demi hukum dengan diucapkannya pernyataan pailit terhadap debitor. 114

4. Pemberesan Harta Pailit