Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas a. Perseroan Terbatas Berbadan Hukum

93 Perseroan terbatas dalam hukum dipandang berdiri sendiri secara otonom, terlepas dari orang perorangan yang berada dalam perseroan tersebut. Segala perbuatan hukum yang dilakukan dalam rangka kerja sama dalam perseroan terbatas itu oleh hukum dipandang sebagai perbuatan badan itu sendiri. Karena itu konsekuensinya, keuntungan yang diperoleh dipandang sebagai hak dan harta kekayaan badan tersebut. Demikian juga apabila terjadi suatu utang atau kerugian dianggap menjadi beban perseroan terbatas sendiri yang dibayarkan dari harta kekayaan perseroan terbatas semata-mata. 142

2. Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas a. Perseroan Terbatas Berbadan Hukum

Khusus dalam hal debitor merupakan perseroan terbatas PT, maka organ perseroan tersebut akan tetap berfungsi dengan ketentuan apabila dalam pelaksanaannya menyebabkan berkurangnya harta pailit, maka pengeluaran uang yang merupakan harta pailit adalah merupakan wewenang dari kurator atau dengan kata lain pengurus perseroan hanya dapat melakukan tindakan hukum sepanjang menyangkut penerimaan pendapatan bagi perseroan akan tetapi dalam hal pengeluaran uang atau beban harta pailit yang berwenang adalah kurator memberikan putusan untuk menyetujui pengeluaran tersebut. 143 Kepailitan badan hukum PT tidak mengurangi kewenangan dan kecakapan bertindak pengurusnya. Kepailitan tidak menyentuh status hukum badan hukum, 142 Ibid., hlm.9 143 Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit., hlm.191. Universitas Sumatera Utara 94 mengingat bahwa kepilitan berkaitan dengan dan hanya mencakup harta kekayaan badan hukum. Badan hukum sebagai subjek hukum mandiri tetap cakap bertindak dan oleh karena itu, pada dasarnya organ-organ badan hukum tersebut tetap cakap bertindak, dan oleh karena itu pada dasarnya organ-organ badan hukum tetap memiliki kewenangan-kewenangannya berdasarkan hukum rechtspersonen rechtelijke bevoegdheden. 144 Kepailitan badan hukum PT berakibat bahwa perseroan atau organ-organnya tidak lagi secara sah dapat melakukan perbuatan hukum yang mengikat harta pailit perseroan, karena kewenangan tersebut secara ekslusif ada pada kurator. Beroperasi atau tidaknya perseroan setelah putusan pailit dibacakan tergantung pada cara pandang kurator terhadap prospek usaha perseroan pada waktu yang akan datang. Hal ini dimungkinkan karena berdasar ketentuan di dalam Undang- Undang Kepailitan yang berbunyi: 145 1 Berdasarkan persetujuan panitia kreditor sementara, kurator dapat melanjutkan usaha debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap pernyataan putusan pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. 2 Apabila dalam kepailitan tidak diangkat panitia kreditur, kurator memerlukan izin hakim pengawas untuk melanjutkan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. 144 Emmy Yuhassarie, Undang-Undang Kepailitan dan Perkembangannya, Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum PPH, 2005, hlm.246. 145 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 104. Universitas Sumatera Utara 95 Berdasar bunyi Pasal 104 Undang-Undang Kepailitan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepailitan badan hukum perseroan terbatas di Indonesia tidak secara otomatis membuat perseroan kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan perseroan tersebut karena kepailitan perseroan terbatas menurut hukum Indonesia tidak menyebabkan terhentinya operasional perseroan. Akan tetapi dalam hal perusahaan yang dilanjutkan ternyata tidak berprospek dengan baik, maka hakim pengawas akan memutuskan untuk menghentikan beroperasinya perseroan terbatas dalam permohonan seorang kreditor. Setelah perseroan tersebut dihentikan, maka kurator mulai menjual aktiva boedel tanpa memerlukan bantuan persetujuan debitor pailit. Akan tetapi ketentuan Pasal 104 Undang-Undang Kepailitan tersebut tidak berlaku apabila di dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan perdamaian atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima atau pengesahan perdamaian ditolak sehingga demi hukum harta pailit berada dalam keadaan insolvent. 146 Kuratorkreditor yang hadir dalam rapat mengusulkan supaya perusahaan debitor pailit dilanjutkan Pasal 179 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan usul tersebut hanya dapat diterima apabila usul tersebut disetujui oleh para kreditor yang mewakili lebih dari ½ setengah dari semua piutang yang diakui dan diterima dengan sementara yang tidak dijamin dengan hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, 146 Insolvent merupakan suatu keadaan di mana seorang debitor tidak lagi mempunyai kemampuan finansial untuk membayar utang-utangnya kepada sebagian besar kreditornya, dan apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, atau rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Universitas Sumatera Utara 96 hipotik atau hak agunan atas kebendaan lainnya Pasal 180 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan. Walaupun syarat-syarat seperti di atas telah terpenuhi, tetap beroperasi tidaknya suatu badan hukum perseroan masih harus tetap mendapatkan persetujuan dari Hakim Pengawas dalam suatu rapat yang dihadiri oleh kurator, debitor dan kreditor, yang diadakan khusus untuk membahas atas usul kreditor sebagaimana tersebut di dalam Pasal 179 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 180 ayat 1, Pasal 183 Undang-Undang Kepailitan. Dengan diteruskannya kelanjutan usaha dari debitor perseroan terbatas pailit maka dimungkinkan adanya keuntungan yang akan diperoleh diantaranya yaitu: 147 1 Dapat menambah harta si pailit dengan keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan itu. 2 Ada kemungkinan lambat laun si pailit akan dapat membayar utangnya secara penuh. 3 Kemungkinan tercapai suatu perdamaian Dalam hal usaha dari perseroan terbatas diteruskan atau perseroan tetap beroperasi yang menjadi permasalahan adalah siapa yang akan melakukan tindakan pengurusan sehari-hari dari perseroan tersebut, apakah pengurusan tetap dilakukan oleh direksi ataukah pengurusan dilakukan oleh kurator yang menggantikan kedudukan direksi dalam menjalankan aktivitas usaha perseroan. Mengenai hal ini 147 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, hlm.76. Universitas Sumatera Utara 97 akan menjadi pertentangan tersendiri karena dalam praktek sebenarnya direksi yang lebih mengetahui tentang seluk beluk dari usaha perseroan, pasar serta konsumen dari perseroan pailit, demikian pula bilaman ada cukup alasan untuk itu, direksi perseroan pailit yang mewakili perseroan dalam menjalankan haknya mengajukan permohonan kepada pengadilan agar kurator diganti atau diangkat kurator tambahan. Jika dibaca Pasal 16, Pasal 69 ayat 1, Pasal 104 Undang-Undang Kepailitan dapat disimpulkan bahwa dengan dilanjutkannya usaha dari debitor pailit maka yang berwenang untuk mengurus perseroan sebagaimana layaknya seorang direksi adalah kurator. Kurator wajib bertindak sebagai pengelola perusahaan yang baik. Kurator wajib menilai kompetensinya untuk mengelola harta pailit sesuai dengan standar profesi kurator dan pengurus Indonesia dan jika perlu mencari bantuan untuk mengelola usaha. Pada dasarnya dengan pailitnya PT, organ-organ PT masih tetap eksis dan memiliki kewenangan sepanjang kewenangan tersebut tidak berkaitan dengan pengurusan dan perbuatan pemilikan harta kekayaan PT pailit. 148 Misalnya organ PT yaitu direksi harus tetap mengusahakan tercapainya maksud dan tujuan perseroan pailit. Untuk itu direksi harus mengupayakan tercapainya perdamaian dengan para kreditor yang setelah dihomologasi akan mengakhiri kepailitan perseroan agar perseroan bisa berlanjut sebagai usaha perseroan dalam pailit on going concern. Dalam pengajuan rencana perdamaian, direksilah yang berhak mewakili perseroan pailit. 148 M. Hadi Subhan, Op.cit., hlm.212. Universitas Sumatera Utara 98 Dengan beralihnya kewenangan dari direksi kepada kurator untuk mengelola perseroan maka konsekuensi dari hal itu adalah bahwa kurator adalah juga bertindak sebagai direksi sehingga tugas dan kewajiban serta tanggung jawab direksi perseroan menjadi tugas dan tanggung jawab kurator. Tugas dan kewajiban kurator dalam posisinya sebagai pengurus perseroan adalah: 149 1 Melakukan pengurusan sehari-hari dari perseroan. 2 Melakukan pinjaman kepada pihak ketiga. 3 Menghadap di sidang pengadilan. 4 Menjual atau dengan cara lain mengalihkan barang-barang tetap milik perseroan atau membebani barang-barang milik perseroan tersebut dengan utang. 5 Menggadaikan barang-barang begerak milik perseroan yang bernilai. Dalam hal kepailitan badan hukum perseroan terbatas telah berakhir, bubar atau tidaknya perseroan tergantung kepada keputusan hakim atas adanya permohonan pembubaran perseroan karena di dalam Undang-Undang Kepailitan dan Undang- Undang Perseroan Terbatas tidak adanya pengaturan mengenai pembubaran demi hukum perseroan terbatas secara terperinci sebagaimana dalam KUHD yang mengatur alasan pembubaran perseroan terbatas. Alasan-alasan pembubaran perseroan karena jangka waktu berdirinya berakhir dan bubar demi hukum karena kerugian yang mencapai 75 dari modal perseroan. Akan tetapi Undang-Undang 149 Imran Nating, Op.cit., hlm.114-115. Universitas Sumatera Utara 99 Perseroan Terbatas mengenal adanya pembubaran karena penetapan pengadilan tetapi tidak mengenal adanya pembubaran demi hukum. 150 Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas, pailit tidak mengakibatkan perseroan bubar selama harta kekayaan perseroan setelah kepailitan berakhir masih ada dan dapat digunakan untuk menjalankan perseroan. Kepailitan perseroan hanya menjadi alasan tidak mampu membayar hutang kepada kreditor. Dalam hal ini kreditor tentunya tidak boleh dirugikan dengan adanya keadaan tidak mampu membayar ini. Oleh karena itu apabila perseroan pailit sehingga tidak mampu membayar utangnya, maka kreditor dapat mengajukan permohonan pembubaran perseroan kepada Pengadilan Negeri. Berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri suatu perseroan dapat dibubarkan. Pembubaran tersebut diikuti dengan pemberesan sehingga kreditor berhak mendapatkan pelunasan dari hasil pemberesan tersebut.

b. Perseroan Terbatas Belum Berbadan Hukum

Akibat hukum kepailitan PT yang belum berbadan hukum jelas berbeda dengan akibat kepailitan PT yang telah berbadan hukum. Apabila dalam kepailitan PT yang telah berbadan hukum pada dasarnya organ perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas kepailitan PT apabila kepailitan tersebut bukan disebabkan karena kesalahan atau kelalaiannya, namun terhadap kepailitan PT yang belum berbadan hukum akibat kepailitan PT tersebut menjadi tanggung jawab seluruh organ 150 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1996, hlm.66. Universitas Sumatera Utara 100 perseroan bersama-sama dengan para pendiri secara tanggung rentengtanggung menanggung. 151 Menurut ketentuan UUPT, dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak tanggal akta pendirian PT ditandatangani maka pendiri harus mengajukan permohonan kepada Menteri untuk mengesahkan status badan hukum perseroan. 152 Dalam praktek PT yang belum sampai memperoleh pengesahan Menteri tetapi sudah menjalankan kegiatannya. Selama PT tersebut belum disahkan oleh Menteri maka eksesitensi badan hukum PT dianggap belum ada, oleh karena itu tidak mungkin dimintai pertanggungjawaban segala tindakan pendiri maupun organ yang mengatas namakan PT. Terhadap PT yang belum berbadan hukum karena belum mendapat pengesahan Menteri apabila dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga akan menimbulkan sedikit keganjilan, seolah-olah perseroan dianggap telah eksis sehingga dapat dipailitkan, bagaimana bisa PT yang belum berbadan hukum tersebut dapat melakukan tindakan hukum yang menimbulkan kewajiban yang harus dipenuhi oleh PT, dapat dipastikan bahwa sebab terjadinya putusan pernyataan pailit tersebut berasal dari adanya utang perseroan yang berasal dari kontruksi perikatan yang menimbulkan kewajiban melaksanakan prestasi oleh debitor, bukan dari kontruksi pinjam meminjam uang yang lazim dilakukan melalui lembaga perbankan. Dengan adanya kewajiban mendaftarkan status badan hukum perseroan kepada Menteri, 151 Rudhi Prasetya, Op.cit., hlm.163-164. 152 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 9 ayat 1 jo. Pasal 10 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 101 menimbulkan akibat terhadap PT yang belum berbadan hukum, maka penggunaan lembaga kepailitan sebagai sarana penyelesaian utang perseroan harus ditujukan pada sekalian pendiri beserta seluruh organ perseroan, dengan kata lain seluruh pendiri beserta organ perseroan bertanggung jawab renteng untuk menanggung seluruh utang perseroan sampai harta pribadi. Kewajiban menanggung utang perseroan sampai harta pribadi organ perseroan tersebut menimbulkan akibat hukum lebih lanjut sesuai ketentuan Pasal 23 UU Kepailitan, berarti akibat kepailitan tersebut menyebabkan seluruh harta istrisuami yang termasuk dalam persatuan harta juga akan terkena sita kepailitan dan masuk ke dalam boedel pailit.

3. Tanggung Jawab Organ Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas