Teknik Pengumpulan Data Subjek dan Objek Perjanjian Kredit

22 Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga digunakan data primer sebagai data pendukung yang diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Library Research. Studi Kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi- konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. b. Wawancara. Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber yang dianggap mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan penyelesaian utang perseroan terbatas yang dinyatakan pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga yaitu Kurator Swasta dan Kurator BHP di Kota Medan, dan pihak yang mewakili debitor berupa badan hukum PT yang menggunakan objek jaminan milik pihak ketiga, serta pihak Bank Bukopin Cabang Medan yang biasa bertindak sebagai kreditor sehingga dianggap mengetahui secara detail prosedur dan peraturan di bidang perkreditan terkait penggunaan objek jaminan milik pihak ketiga. Universitas Sumatera Utara 23 Alat yang digunakan dalam wawancara yaitu menggunakan pedoman wawancara bebas sehingga data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan lebih mendalam sehingga dapat dijadikan bahan guna menjawab permasalahan dalam tesis ini.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi keragaman. 45 Dalam praktek kepailitan terdapat implikasi yuridis yang berbeda antara kepailitan subjek hukum orang dengan kepailitan badan hukum PT walaupun sistem kepailitan di Indonesia tidak membedakannya secara substantif. Selain itu, walaupun pada asasnya pihak ketiga yang menyerahkan barangnya sebagai jaminan utang debitor kepada kreditor bertanggung jawab atas utang debitor sebesar nilai objek jaminan tersebut, namun terhadap debitor pailit berbentuk badan hukum PT yang menggunakan objek jaminan milik pihak ketiga menyebabkan pemasukan objek jaminan milik pihak ketiga tersebut ke dalam boedel pailit, di mana hal itu bertentangan dengan teori dan ajaran badan hukum PT yang secara tegas memisahkan harta yang dimiliki sendiri dan dipisahkan dari kekayaan 45 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003, hlm.53. Universitas Sumatera Utara 24 para pendiri dan pengurus perseroan terkait kedudukan mandiri dan tanggung jawab terbatas dari badan hukum PT. Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. 46 Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pengelompokan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan ataupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan field research kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah penyelesaian utang perseroan terbatas yang dinyatakan pailit yang objek jaminannya milik pihak ketiga. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus, dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi 46 Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm.103. Universitas Sumatera Utara 25 untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus, 47 guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. 47 Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm.109. Universitas Sumatera Utara 26

BAB II PENGGUNAAN OBJEK JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA SEBAGAI

JAMINAN UTANG DEBITOR

A. Ketentuan Mengenai Perjanjian Kredit 1.

Syarat Sah Perjanjian Kredit Perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut di persetujuan itu. 48 Perjanjian menurut Subekti adalah “suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”. 49 Perjanjian diatur dalam Buku III KUHPerdata yang mengatur tentang perikatan. Yang dimaksud dengan perikatan dalam Buku III KUHPerdata, adalah “suatu perhubungan hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut”. Perikatan memiliki arti yang lebih luas dari perjanjian, sebab dalam Buku III KUHPerdata tersebut juga diatur perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum onrechtmatige daad dan perihal perikatan 48 W.J.S. Poerdwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, hlm.402. 49 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Interasa, 1990, hlm.1. Universitas Sumatera Utara 27 yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan zaakwaarneming. 50 Mengenai syarat sah perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah: 51 a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; Dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat atau setuju mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan. Kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan tersebut harus dinyatakan, baik secara tegas dengan mengucapkan kata atau tertulis, maupun secara diam-diam dengan suatu sikap atau dengan isyarat. Kemauan yang bebas sebagai syarat pertama suatu perjanjian yang sah tersebut dianggap tidak ada dan karenanya kesepakatan itu tidak sah mengikat apabila perjanjian tersebut terjadi oleh karena adanya unsur paksaan dwang, kekhilafan dwaling, atau penipuan bedrog. b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; Dalam dunia hukum, kecakapan atau cakap hukum untuk membuat perjanjian terkait dengan subjek hukum. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum pada umumnya diukur dari suatu standar, yaitu untuk manusia natuurlijke persoon diukur dari standar usia kedewasaan meerderjarig, sedangkan untuk badan hukum recht persoon diukur dari aspek kewenangan bevoegheid. Dalam ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tidak cakap membuat 50 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 2001, hlm.122. 51 Subekti, Hukum Perjanjian, Op.cit., hlm.17. Universitas Sumatera Utara 28 perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah pengampuan, dan orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang telah dihapus dengan Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA Nomor 3 Tahun 1963 dan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sedangkan ketentuan Pasal 330 KUHPerdata menyatakan bahwa : ”Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali berstatus belum dewasa. Mereka yang belum dewasa dan tidak di bawahkekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana teratur dalam bagian ketiga, keempat, kelima dan keenam bab ini.” Beranjak dari penafsiran a-contrario terhadap substansi ketentuan Pasal 1330 jo. Pasal 330 KUHPerdata tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa syarat cakap bertindak bagi orang perorangan adalah telah berusia 21 tahun atau telah lebih dahulu menikah, serta tidak ditaruh di bawah pengampuan. 52 Syarat cakap melakukan perbuatan hukum bagi badan usaha yang berbadan hukum didasarkan pada kewenangan yang melekat pada pihak yang mewakilinya, karena itu badan hukum dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum ketika badan hukum tersebut telah didirikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan telah mendapat pengesahan dari menteri, sehingga badan hukum ini memiliki hak- 52 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Asas Proporsional Dalam Kontrak Komersial, Jakarta: Kencana, 2010, hlm.184-185. Universitas Sumatera Utara 29 hak dan kewajiban-kewajiban serta dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia. 53 c. Mengenai sesuatu hal tertentu; Suatu hal tertentu terkait dengan objek perjanjian atau prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi dalam perjanjian harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan objek perjanjian sangat diperlukan dalam pemenuhan prestasi hak dan kewajiban. Artinya sifat dan luasnya hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak yang telah tentukan dalam perjanjian dapat dilaksanakan. d. Suatu sebab yang halal; Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Dalam pengertian ini pada benda objek hukum yang menjadi pokok perjanjian itu harus melekat hak yang pasti dan diperbolehkan menurut hukum sehingga perjanjian itu kuat. 54 Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditor dan debitor wajib dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis. Format dan bentuk dari perjanjian itu pada umumnya diserahkan pada bank, namun isi dari perjanjian itu harus jelas sehingga juga harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum. Isi perjanjian sekurang-kurangnya mencakup persetujuan para pihak, besar kredit, bunga, denda, jangka waktu kredit dan persyaratan lain yang 53 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Banker Hand Book, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hlm.35. 54 C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata, Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1995, hlm.227. Universitas Sumatera Utara 30 lazim seperti kewajiban debitor untuk menyelenggarakan pembukuan. Oleh karena format kredit biasanya dipersiapkan oleh bank maka bank harus memperhatikan ketentuan mengenai persyaratan-persyaratan dalam undang-undang agar perjanjian itu tidak menjadi batal. Seperti masalah kecakapan bertindak para pihak dalam perjanjian, klausul perjanjian yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum, serta perjanjian kredit tersebut tidak boleh mempunyai unsur paksaan dwang, kekeliruan dwaling atau penipuan bedrog. 55 Menurut Subekti, dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, semuanya itu pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata. 56 Perjanjian pinjam meminjam menurut KUHPerdata mengandung makna yang luas yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika dipakai, termasuk didalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam ini pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik uang yang dipinjam dan dikemudian hari akan dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan. Perjanjian kredit biasanya diikuti dengan perjanjian jaminan maka perjanjian kredit adalah perjanjian pokok atau prinsip sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian ikutan atau accessoir, artinya ada dan berakhirnya perjanjian jaminan tergantung pada perjanjian pokok. 55 Ibid., hlm.235-236. 56 Subekti, Hukum Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989, hlm.3. Universitas Sumatera Utara 31

2. Subjek dan Objek Perjanjian Kredit

Subjek perjanjian kredit adalah pihak kreditor yang berhak atas prestasi dan pihak debitor yang berkewajiban atas prestasi. 57 Dalam suatu perjanjian terdapat dua pihak atau lebih. Pihak-pihak dalam perjanjian dapat berupa manusia pribadi naturlijk persoon dan Badan Hukum recht persoon. Objek perjanjian kredit adalah prestasi, yaitu debitor berkewajiban atas suatu prestasi dan kreditor berhak atas suatu prestasi. 58 Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi dapat berbentuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu. Terkait objek perjanjian yang merupakan salah satu syarat sahnya perikatan, diperlukan syarat-syarat antara lain: 59 a. Objeknya harus tertentu; b. Objeknya harus diperbolehkan; c. Objeknya dapat dinilai dengan uang; d. Objeknya harus mungkin.

3. Wanprestasi