Design Structure Matrix PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.4. Design Structure Matrix

DSM digunakan untuk menganalisis dan mengurutkan proses-proses produksi sebuah produk. Langkah-langkah pembuatan Process Architecture DSM yaitu: 1. Penentuan boundary system dengan menggunakan data karakteristik teknis. Im port anc e P enc am pura n T an ah P enga duka n P enya ri nga n P endi am an T ana h P enua nga n T an ah ke Ce ta ka n P em buka an S um ba t P em be rs iha n s um ba t P el epa sa n m al P endi am an ce ta ka n P enge roka n P enga m pe la sa n P enj em ura n P enge ca ta n P em ba ka ra n P em bua ta n P ac ka gi ng P em be ri an P ac ka gi ng Importance 3 4 4 5 4 3 1 5 5 3 4 4 3 4 2 3 Pencampuran Tanah 3 Pengadukan 4 Penyaringan 4 Pendiaman Tanah 5 Penuangan Tanah ke Cetakan 4 Pembukaan Sumbat 3 Pembersihan Sumbat 1 Pelepasan mal 5 Pendiaman Cetakan 5 Pengerokan 3 Pengampelasan 4 Penjemuran 4 Pengecatan 3 Pembakaran 4 Pembuatan packaging 2 Pemberian packaging 3 Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.4. Boundary System Universitas Sumatera Utara 2. Penentuan kekuatan interaksi antar proses produksi. Nilai interaction strength antara pencampuran tanah dan pengadukan berdasarkan Gambar 5.3 adalah 3. Interaction strength tiap karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 5.5. Im port anc e P enc am pura n T an ah P enga duka n P enya ri nga n P endi am an T ana h P enua nga n T an ah ke Ce ta ka n P em buka an S um ba t P em be rs iha n s um ba t P el epa sa n m al P endi am an ce ta ka n P enge roka n P enga m pe la sa n P enj em ura n P enge ca ta n P em ba ka ra n P em bua ta n P ac ka gi ng P em be ri an P ac ka gi ng Importance 3 4 4 5 4 3 1 5 5 3 4 4 3 4 2 3 Pencampuran Tanah 3 Pengadukan 4 3 Penyaringan 4 2 3 Pendiaman Tanah 5 2 3 Penuangan Tanah ke Cetakan 4 1 3 Pembukaan Sumbat 3 3 3 Pembersihan Sumbat 1 3 Pelepasan mal 5 1 2 3 Pendiaman Cetakan 5 1 1 3 Pengerokan 3 1 3 Pengampelasan 4 2 1 3 Penjemuran 4 1 1 1 2 3 Pengecatan 3 2 3 3 Pembakaran 4 1 1 1 2 2 1 1 1 3 Pembuatan packaging 2 Pemberian packaging 3 3 3 Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.5. Interaction Strength 3. Penentuan model’s granularity. Model’s granularity ditentukan untuk memperoleh jumlah nilai kepentingan suatu proses. Perhitungan nilai pada model’s granularity untuk pencampuran Universitas Sumatera Utara tanah dan pengadukan yaitu 3 x 3 x 4 = 36. Model’s granularity keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.6. P enc am pura n T an ah P enga duka n P enya ri nga n P endi am an T ana h P enua nga n T an ah ke Ce ta ka n P em buka an S um ba t P em be rs iha n s um ba t P el epa sa n m al P endi am an ce ta ka n P enge roka n P enga m pe la sa n P enj em ura n P enge ca ta n P em ba ka ra n P em bua ta n P ac ka gi ng P em be ri an P ac ka gi ng Pencampuran Tanah Pengadukan 36 Penyaringan 24 48 Pendiaman Tanah 40 60 Penuangan Tanah ke Cetakan 16 60 Pembukaan Sumbat 45 36 Pembersihan Sumbat 9 Pelepasan mal 25 30 15 Pendiaman Cetakan 15 25 75 Pengerokan 12 45 Pengampelasan 40 20 36 Penjemuran 12 16 20 40 48 Pengecatan 18 36 36 Pembakaran 12 16 16 24 40 20 12 16 36 Pembuatan packaging Pemberian packaging 36 18 Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.6. Model’s Granularity 4. Pengidentifikasian interaksi antar proses dengan clustering. Clustering merupakan tahapan terpenting dalam penentuan alokasi optimum dari N komponen ke M clusters. Proses clustering dilakukan dengan menggunakan bantuan software DSM Matrix v1.3. Tampilan matrix DSM pada software DSM Matrix v1.3 dapat dilihat pada Gambar 5.7. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.7. Tampilan Matrix dengan Menggunakan Software DSM Matrix V1.3 Langkah selanjutnya setelah diperoleh tampilan matrix DSM pembuatan clustering sequence dengan menggunakan tools clustering sequence pada pilihan yang tersedia di software DSM Matrix v1.3 yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.8. Clustering Matrix DSM pada Software DSM Matrix v1.3 Universitas Sumatera Utara Dari hasil clustering, didapatkan 3 kelompok kerja yaitu: 1. Cluster 1, yang terdiri atas proses pengerokan, pembakaran, pengampelasan, dan pengecatan. 2. Cluster 2, yang terdiri atas proses pemberian packaging dan pembuatan packaging. 3. Cluster 3, yang terdiri atas proses pencampuran tanah, penyaringan, pengadukan, penjemuran, pendiaman cetakan, pendiaman tanah, penuangan tanah ke cetakan, pelepasan sumbat, pelepasan mal, dan pembersihan sumbat. P enge roka n P em ba ka ra n P enga m pe la sa n P enge ca ta n P em be ri an p ac k agi ng P em bua ta n P ac ka gi ng P enc am pura n T an ah P enya ri nga n P enga duka n P enj em ura n P endi am an C et ak an P endi am an T ana h P enua nga n T an ah ke \Ce ta k an P el epa sa n S um ba t P el epa sa n M al P em be rs iha n S um ba t Penggerokan 12 45 Pembakaran 12 16 36 12 16 16 20 24 40 Pengampelasan 36 20 40 Pengecatan 18 36 36 Pemberian Packaging 36 18 Pembuatan Packaging Pencampuran Tanah Penyaringan 24 48 Pengadukan 36 Penjemuran 48 12 16 40 20 Pendiaman Cetakan 15 25 75 Pendiaman Tanah 60 40 Penuangan Tanah ke Cetakan 16 60 Pelepasan Sumbat 45 36 Pelepasan Mal 25 30 15 Pembersihan Sumbat Sumber: Hasil pengolahan data Gambar 5.9. Clustering for DSM Universitas Sumatera Utara Tingkat kepentingan dari masing-masing cluster dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai dari tiap interaksi yang terdapat dalam cluster tersebut. Contoh, tingkat kepentingan pada cluster 1 yaitu 12+36+18+16+36+36 = 154. Rekapitulasi kepentingan cluster dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19. Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Cluster Cluster I II III Tingkat Kepentingan 154 18 638 Hasil dari perhitungan tingkat kepentingan kluster menunjukkan bahwa kluster ke tiga memiliki tingkat kepentingan 638 yang berarti pekerjaan pada kluster ke tiga harus diutamakan atau dikerjakan terlebih dahulu. Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode DSM, proses pekerjaan dapat diurutkan seperti berikut: Tabel 5.20. Tabel 5.20. Tabel Hubungan Aktivitas No Process Predecessor Successor 1 Pencampuran Tanah - 2, 3, 9, 12, 14 2 Pengadukan 1 3, 4, 5, 12, 14 3 Penyaringan 1, 2 4, 10, 14 4 Pendiaman Tanah 2, 3 5, 6, 8, 9, 12 5 Penuangan Tanah ke Cetakan 2, 4 6 6 Pembukaan Sumbat 4, 5 7, 8, 14 7 Pembersihan Sumbat 6 8 8 Pelepasan mal 4, 6, 7 9, 11, 14 9 Pendiaman Cetakan 1, 4, 8 10, 11, 12, 14 10 Pengerokan 3, 9 11, 13, 14 11 Pengampelasan 8, 9, 10 12, 13, 14 12 Penjemuran 1, 2, 4, 9, 11 13 13 Pengecatan 10, 11, 12 14 14 Pembakaran 1, 2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 13 16 15 Pembuatan packaging - 16 16 Pemberian packaging 14, 15 - Sumber: Pengolahan Data Universitas Sumatera Utara VI-1

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis Hasil Kuesioner

Atribut pertanyaan dalam kuesioner diperoleh berdasarkan literature buku Industri Keramik Abdul Razak, 1981 dan pembagian kuesioner dilakukan terhadap operator bagian produksi PT Prima Indah Saniton. Data yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan korelasi product moment dengan nilai tabel sebesar 0,279. Berdasarkan hasil perhitungan validitas diperoleh bahwa seluruh variabel dinyataan valid karena memiliki nilai korelasi product moment lebih besar daripada nilai r tabel. 1 Hasil perhitungan reliabiltias data kuesioner memperoleh hasil yang reliable karena nilai koefisien lebih besar daripada nilai batas koefisien sehingga data representatif dan dapat digunakan untuk pengolahan lanjutan

6.2. Analisis Matriks

House of Quality 6.2.1. Analisis Rasio Perbaikan Berdasarkan hasil perhitungan rasio perbaikan, didapatkan bahwa variabel dengan nilai rasio perbaikan paling tinggi adalah lama pembakaran yaitu bernilai 1,648. Hal ini berarti perusahaan harus mencari upaya untuk meningkatkan variabel tersebut karena upaya yang diperlukan untuk memperbaiki variabel tersebut dianggap sebanding dengan nilai perbaikannya. Semakin tinggi nilai 1 Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian,Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012, hal : 242. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Pendekatan Concurrent Engineering Tools pada Proses Perancangan Produk dengan Metode Quality Function Deployment dan Design Structure Matrix

17 194 186

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment dan Axiomatic Design

11 63 139

PERANCANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT FOR ENVIRONMENT (QFDE).

0 0 7