Prioritisasi Tugas Pada Proses Perancangan Produk Dengan Menggunakan Metode quality Function Deployment dan Design StrQcture Matrix

(1)

ABSTRAK

PT Prima Indah Saniton merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi produk-produk sanitasi. Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT Prima Indah Saniton adalah kloset jongkok tipe E. Perusahaan mengalami keterlambatan pengiriman dan penyelesaian produk yang disebabkan karena proses produksi tidak dilakukan secara teratur. Melalui masalah yang diuraikan, peneliti mengharapkan pemecahan masalah dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) sebagai alat untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen serta menghubungkannya dengan karakteristik teknis produk serta metode Design Structure Matrix (DSM) yang digunakan untuk memprioritaskan proses-proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi dapat dikelompokkan menjadi 3 kluster dengan kluster ke 3 yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi yaitu sebesar 638. Hal ini menunjukkan bahwa proses pada kluster ke 3 harus diutamakan terlebih dahulu sebelum proses-proses produksi lainnya dikerjakan.


(2)

PRIORITISASI TUGAS PADA PROSES PERANCANGAN PRODUK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT DAN DESIGN STRUCTURE MATRIX

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

NICKXON TANDY 0 9 0 4 0 3 0 2 7

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “PRIORITISASI TUGAS PADA PROSES PERANCANGAN

PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT DAN DESIGN STRUCTURE MATRIX”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Januari 2014 Penulis,


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur dan terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril, doa, maupun materil sehingga tugas sarjana ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Dr. Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(9)

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal dalam penulisan tugas sarjana ini.

6. Staff pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma, Bang Kumis, dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini. 7. Rekan-rekan angkatan 2009 Teknik Industri FT USU seperti: Laulia, Poppy,

Ina, Lady, Febi, Hady, Uci, Sadikin, Niko, Rizky, Suryadi, Raysha, Silvia, Regina, Hasianna, Christy, William, Erni, Lusi, Michella, Wildan, Musthofa, Andry, Jolim, Oi, Maysarah, Hafiz, Ozi, Ridho, Arsyad, dan Alfin.

8. Seluruh pihak yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Medan, Januari 2014


(10)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-3 1.5. Batasan dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-4

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(11)

viii

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas dan Tanggung Jawab... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-10 2.4.1. Tenaga Kerja ... II-10 2.4.2. Jam Kerja ... II-10 2.5. Sistem pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-11 2.5.1. Sistem pengupahan ... II-11 2.5.2. Insentif dan Fasilitas Tenaga Kerja ... II-12 2.6. Proses Produksi ... II-13 2.6.1. Bahan-bahan yang Digunakan ... II-14 2.6.1.1. Bahan Baku... II-14 2.6.1.2. Bahan Penolong ... II-15 2.6.1.3. Bahan Tambahan ... II-16 2.6.2. Uraian Proses ... II-16 2.6.2.1. Proses Pencampuran Bahan Baku ... II-17 2.6.2.2.Proses Penyaringan dan Pemasakan Campuran

Bahan Baku ... II-18 2.6.2.3. Proses Pencetakan... II-18 2.6.2.4. Proses Pengerokan ... II-20


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.6.2.5. Proses Pengampelasan ... II-21 2.6.2.6. Proses Pengecatan... II-22 2.6.2.7. Proses Pembakaran ... II-23 2.6.2.8. Proses Pengepakan ... II-24 2.6.3. Mesin dan Peralatan ... II-25 2.6.3.1. Mesin Produksi ... II-25 2.6.3.2. Peralatan (Equipment) ... II-30

III LANDASAN TEORI

3.1. Persaingan Produk ... III-1 3.2. QFD (Quality Function Deployment) ... III-2 3.3. Kuesioner ... III-7 3.4. Keabsahan Data ... III-8 3.4.1.Validitas Data ... III-8 3.4.1.1. Ragam Validitas Data ... III-9 3.4.1.1.1. Pengujian Validitas ... III-11 3.4.2.1. Ragam Reliabilitas ... III-12 3.4.2.1.1. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... III-12 3.4.2.1.2. Pengujian Konsistensi Instrumen ... III-13 3.5. Design Structure Matrix(DSM) ... III-15 3.5.1. Matrix-Based Tools ... III-17


(13)

x

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.2. Tahapan DSM... III-17 3.5.3. Hubungan Antar Elemen ... III-19

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian... IV-1 4.3. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.4. Objek Penelitian ... IV-4 4.5. Variabel Penelitian ... IV-4 4.6. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-5 4.7. Definisi Operasional ... IV-5 4.8. Pengumpulan Data ... IV-6 4.8.1. Sumber Data ... IV-6 4.8.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.8.3. Instrumen Penelitian ... IV-7 4.8.3.1. Kuesioner ... IV-7 4.8.4. Populasi dan Sampel ... IV-8 4.9. Pengolahan Data ... IV-9 4.9.1. Uji Validitas ... IV-10 4.9.2. Membuat Matriks House of Quality ... IV-11 4.9.3. Pembuatan Urutan Proses dengan DSM ... IV-12


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-13 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-13

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner ... V-1 5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-1 5.1.3. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-6 5.2. Pengolahan Data... V-8 5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... V-8 5.2.1.1. Pengujian Validitas ... V-8 5.2.1.2 Pengujian Reliabilitas ... V-14 5.3. Membangun Matriks House of Quality (HOQ) ... V-16 5.3.1. Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-16 5.3.2. Menetapkan Tingkat Kepentingan Variabel ... V-17 5.3.3. Menyusun Matriks Perencanaan ... V-17 5.3.4. Menetapkan Karakteristik Teknik terhadap Kebutuhan

Konsumen ... V-23 5.3.5. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Teknis ... V-25 5.3.6. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik


(15)

xii

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3.7. Membangun Matriks House of Quality ... V-28 5.4. Design Structure Matrix ... V-31

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis Hasil Kuesioner ... VI-1 6.2. Analisis Matriks House of Quality ... VI-2 6.2.1. Analisis Rasio Perbaikan ... VI-1 6.2.2. Analisis Sales Point ... VI-2 6.2.3. Analisis Ukuran Kinerja QFD ... VI-2 6.3. Analisis Design Structure Matrix ... VI-3

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

1.1. Jumlah Produksi dan Permintaan Tahun 2012 ... I-1 2.1. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja pada PT Prima Indah Saniton II-9 2.2. Daftar Komposisi Cat ... II-23 4.1. Definisi Variabel Operasional ... IV-5 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-2 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-6 5.3. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-9 5.4. Proporsi, Proporsi Kumulatif dan Nilai Z Masing-masing Skala . V-10 5.5. Nilai Densitas untuk Masing-masing Nilai Z ... V-10 5.6. Nilai Scale Value untuk Masing-masing Skala ... V-11 5.7. Skala Interval dari Data Ordinal ... V-12 5.8. Hasil Perhitungan Validitas ... V-14 5.9. Perhitungan Varians Derajat Kepentingan Tiap Butir ... V-15 5.10. Hasil Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-16 5.11. Tingkat Kepentingan Variabel... V-17 5.12. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-18 5.13. Tingkat Kepuasan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-19 5.14. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-20 5.15. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-21 5.16. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel ... V-22 5.17. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-23


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.18. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan

Biaya……….. V-29 5.19. Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Cluster……….. V-36 5.20. Tabel Hubungan Aktivitas ... V-36


(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Prima Indah Saniton ... II-3 2.2. Tanah Kalimantan... II-14 2.3. Sodium Feldspar ... II-15 2.4. Blok Diagram Pembuatan Kloset Jongkok ... II-17 2.5. Bagian Pembuatan Mal ... II-19 2.6. Proses Pencetakan... II-21 2.7. Proses Pengerokan ... II-21 2.8. Proses Pengampelasan ... II-22 2.9. Proses Pengecatan... II-23 2.10. Kloset yang akan Dimasukkan ke dalam Mesin ... II-24 2.11. Pengepakan ... II-25 2.12. Mesin Ball Mill ... II-26 2.13. Mesin Pemasak Bahan ... II-27 2.14. Mesin Saring Getar ... II-27 2.15. Mesin Wilden Pump... II-28 2.16. Mesin Kiln ... II-29 2.17. Mesin Kompresor ... II-29 2.18. Kereta Sorong ... II-30 2.19. Meja Pengerokan ... II-31 2.20. Scraper... II-31 2.21. Penggunaan Forklift ... II-32


(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

2.22. Meja Pengecatan ... II-32 2.23. Meja Pengampelasan ... II-33 2.24. Kertas Pasir ... II-33 2.25. Busa ... II-34 2.26. Tabung Gas Elpiji ... II-34 3.1. Struktur House of Quality (HOQ) ... III-4 3.2. Hubungan Elemen Dalam Bentuk Matriks dan Diagram ... III-16 3.3. Partitioned DSM ... III-16 3.4. Tahap-tahapDSM... III-19 3.5. Skema Hubungan Dalam DSM ... III-20 4.1. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-2 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-5 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-9 4.4. Langkah-langkah Penyebaran Kuesioner ... IV-11 4.5. Diagram Alir Pembangunan House of Quality ... IV-12 4.6. Diagram Alir Proses Produksi ... IV-13 5.1. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk ... V-26 5.2. Matriks Hubungan Antara CR dan Karakteristik Teknis ... V-27 5.3. Rekapitulasi QFD ... V-30 5.4. Boundary System ... V-31 5.5. Interaction Strength ... V-32


(20)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.6. Model’s Granularity ... V-33 5.7. Tampilan matrix dengan Menggunakan Software DSM Matrix

V1.3SM... V-34 5.8. Clustering matrix DSM pada software DSM Matrix v1.3 ... V-35 5.9. Clustering for DSM ... V-36 6.1. Clustering for DSM ... VI-1


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Terbuka ... L.1 2. Kuesioner Tertutup ... L.2 3. Kuesioner Wawancara Karakteristik Teknik ... L.3 4. Kuesioner Wawancara Hubungan Karakteristik Teknik ... L.4 5. Tabel Product Moment ... L.5 6. SOP Perusahaan ... L.6 7. Form Tugas Akhir ... L.7 8. Surat Penjajakan ... L.8 9. Surat Balasan Perusahaan ... L.9 10. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.10 11. Lembar Asistensi Dosen ... L.11 12. Lembar Asistensi Perusahaan ... L.12


(22)

ABSTRAK

PT Prima Indah Saniton merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi produk-produk sanitasi. Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT Prima Indah Saniton adalah kloset jongkok tipe E. Perusahaan mengalami keterlambatan pengiriman dan penyelesaian produk yang disebabkan karena proses produksi tidak dilakukan secara teratur. Melalui masalah yang diuraikan, peneliti mengharapkan pemecahan masalah dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) sebagai alat untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen serta menghubungkannya dengan karakteristik teknis produk serta metode Design Structure Matrix (DSM) yang digunakan untuk memprioritaskan proses-proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi dapat dikelompokkan menjadi 3 kluster dengan kluster ke 3 yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi yaitu sebesar 638. Hal ini menunjukkan bahwa proses pada kluster ke 3 harus diutamakan terlebih dahulu sebelum proses-proses produksi lainnya dikerjakan.


(23)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar yang kompetitif serta siklus hidup produk yang semakin pendek telah menjadi suatu ancaman bagi perusahaan saat ini. Agar perusahaan dapat bertahan, maka perlu adanya jaminan terhadap kualitas produk, pengurangan terhadap cost, serta penurunan ketidaksesuaian jadwal produksi agar produk dapat dihasilkan tepat waktu. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan pendekatan yang sistematis.

PT Prima Indah Saniton merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang sanitary ware. PT Prima Indah Saniton memproduksi 5 jenis produk, salah satu produk yang dihasilkan adalah kloset jongkok model E yang diproduksi dengan sistem make-to-stock. Dalam memenuhi permintaan, perusahaan menghadapi beberapa masalah. Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan adalah ketidakteraturan proses produksi yang dilakukan oleh pekerja sehingga pekerjaan yang penting dan yang seharusnya harus diselesaikan terlebih dahulu menjadi dikesampingkan, sedangkan pekerjaan yang kurang penting dan yang seharusnya dapat diselesaikan kemudian dilaksanakan terlebih dahulu. Contoh, pada saat pekerja datang di pagi hari, terdapat 2 pilihan pekerjaan yang dapat dilakukan, pilihan pertama adalah menyelesaikan pekerjaan yang ditinggalkan pada hari sebelumnya, sedangkan pilihan kedua adalah mengerjakan pekerjaan ulang dari awal proses pembuatan. dalam SOP pembuatan kloset


(24)

I-2

perusahaan, tidak dijelaskan pekerjaan mana yang terlebih dahulu harus dikerjakan apabila terdapat 2 pekerjaan atau lebih pada waktu yang bersamaan.

Berdasarkan permasalahan, pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan Quality Function Deployment (QFD) dan Design Structure Matrix (DSM) 1. Pada tahap awal, produk akan di evaluasi spesifikasi dan persyaratan teknisnya dengan menggunakan Quality Function Deployment (QFD). Kemudian dengan menggunakan metode Design Structure Matrix (DSM) akan dikembangkan dan diurutkan proses perancangan produk berdasarkan tingkat kepentingan dari kriteria tekniknya sehingga proses produksi dapat dipercepat atau disederhanakan2.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang terjadi pada perusahaan adalah terjadinya ketidakteraturan proses produksi sehingga dengan perlu dilakukan prioritasi tugas di lantai produksi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk merancang usulan proses produksi sesuai dengan prioritas tugas pada proses perancangan produk dengan menggunakan metode QFD dan DSM.

1 Tseng, Chun chieh, Prioritization Determination of Project Tasks in QFD Process Using Design

structure Matrix (Taiwan: National Yunlin University of Science and Technology, 2010), Hal: 2


(25)

I-3

Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Penentuan tingkat kepentingan kegiatan pada proses produksi dengan metode

QFD.

2. Pengoptimalan proses produksi dengan menggunakan metode DSM.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Manfaat bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah di lapangan kerja dan menambah pengalaman terhadap dunia kerja serta menambah ketrampilan dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan nyata yang ada dilapangan.

2. Manfaat bagi Perusahaan

Perusahaan dapat memperoleh masukkan untuk perbaikan dan pengembangan perusahaan dalam berbagai aspek, terutama dibidang pengurutan kerja.

3. Manfaat bagi Departemen Teknik Industri USU

Departemen dapat membangun hubungan kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU, serta mempererat hubungan hubungan yang telah ada.


(26)

I-4

1.5. Batasan dan Asumsi

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Produk yang dijadikan fokus adalah kloset jongkok tipe E yang diproduksi oleh PT Prima Indah Saniton.

2. Pengurutan kerja hanya dilakukan untuk produk kloset jongkok tipe E yang diproduksi oleh PT Prima Indah Saniton

3. Metode yang digunakan adalah QFD untuk menentukan tingkat kepentingan komponen.

4. Pengurutan kerja pada proses produksi dilakukan dengan menggunakan metode DSM (Design Structure Matrix).

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Fasilitas yang digunakan untuk proses produksi bekerja secara baik tanpa adanya gangguan.

2. Kegiatan produksi berjalan sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan perusahaan.

3. Hubungan antar karakteristik yang diamati memiliki hubungan korelasi yang positif.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini sebagai berikut :


(27)

I-5

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan tugas sarjana.

Bab II Gambaran umum perusahaan, menguraikan tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, stuktur organisasi perusahaan, sistem pengupahan dan fasilitas yang digunakan, proses produksi produk saklar, serta

mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

Bab III Landasan Teori, berisi teori mengenai perancangan produk, konsep dasar quality function deployment (QFD), design structure matrix (DSM), , uji keseragaman dan kecukupan data, validitas data, dan reliabilitas data.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, defenisi operasional, identifikasi variabel penelitian, instrumen pengumpulan, populasi, teknik sampling, sumber data, metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian, pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, pengumpulan data-data kuesioner, pengujian validitas dan reliabilitas data, pembuatan quality function deployment (QFD), dan pembuatan design structure matrix (DSM).


(28)

I-6

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis pengolahan kuesioner, analisis pembuatan QFD (quality function deployment), analisis design structure matrix (DSM).

Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data serta berisi hasil pemecahan masalah, dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(29)

II-2

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Prima Indah Saniton merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang Sanitary Ware. PT. Prima Indah Saniton didirikan pada tahun 1992 oleh Eddy Hartono pada tahun 1992. Masa percobaan proyek dilaksanakan selama setahun sehingga yaitu dari tahun 1992 hingga 1993 dan setelah itu, perusahaan ini mulai beroperasi secara normal dengan mesin dan peralatan yang lengkap. Perusahaan memproduksi produk-produk sanitasi yaitu kloset, soap holder, dan wastafel dan diberi merk Champion. Produk kloset merupakan produk utama perusahaan dan diproduksi dalam jumlah yang besar.

Produk yang dihasilkan PT. Prima Indah Saniton pada saat didirikan hanya berupa kloset jongkok model E dan soap holder berbentuk oval. Seiring perkembangan perusahaan terus mencari informasi mengenai keinginan konsumen melalui salesmen dan konsumen dari berbagai daerah. Setelah upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan tersebut, akhirnya pada tahun 1994 PT. Prima Indah Saniton meluncurkan produk kloset jongkok dengan model C yang dikhususkan untuk pemakaian pada lantai rumah atas dengan spesifikasi kloset yang berbeda dari model E yang dikhususkan untuk lantai bawah. Perusahaan mulai memproduksi kloset duduk (water closet) dan wastafel. Pada tahun 1996 perusahaan mulai mengembangkan pasar ke Irian Jaya dengan produk kloset jongkok model C dan E.


(30)

II-2

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Prima Indah Saniton bergerak di bidang produksi Sanitary Ware dimana produk yang dihasilkan berupa Sanitary Ware yang diperlukan pada fasilitas toilet di rumah, sekolah, pusat perbelanjaan, hotel dan lain-lain. Jenis-jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Prima Indah Saniton adalah:

1. Kloset Jongkok Model E 2. Kloset Jongkok Model C 3. Soap Holder

4. Kloset Duduk 5. Wastafel

PT. Prima Indah Saniton melakukan produksi dengan sistem produksi jenis make to stock dimana perusahaan memproduksi produknya tidak berdasarkan pesanan melainkan dengan melakukan peramalan terhadap penjualan produk. Produk akhir dikirimkan jika ada permintaan dari konsumen, untuk itu perusahaan harus mempunyai stok barang untuk mengantisipasi jika ada permintaan yang mendadak.

2.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Agar perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, diperlukan suatu struktur organisasi serta uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas terhadap seluruh pegawai yang ada dalam perusahaan.


(31)

II-3

2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan di PT Prima Indah Saniton memiliki hubungan garis dan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Direktur Utama

Factory Manager

Kepala Umum/ Personalia Kepala Produksi

Kepala Administrasi/

Akuntansi

Financing Accounting Pengawas

Produksi Kabag. Stok Satpam Langsir

Sales

Foreman

Operator

Foreman

Operator

Kabag. Gudang

Foreman

Operator

Kabag. Pengangkutan

Operator

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Prima Indah Saniton

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada PT. Prima Indah Saniton adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama


(32)

II-4

a. Mengelola perusahaan secara keseluruhan b. Menentukan kebijakan tertinggi perusahaan

c. Mengkoordinir seluruh departemen yang ada di perusahaan

d. Mengkoordinir serta mengontrol keahlian teknis, usulan proyek, penjualan dan e. pembelanjaan.

f. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian PT

g. Bertanggung jawab dalam memimpin dan membina PT secara efektif dan efisien

2. FactoryManager ( Manajer Pabrik )

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi dan mengontrol seluruh kegiatan produksi di pabrik

b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum PT sesuai dengan instruksi dari direktur utama.

c. Memberikan petunjuk-petunjuk teknis pada karyawan d. Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan

e. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab terhadap direktur utama

3. Kepala Personalia

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Membantu pimpinan dalam penentuan tugas-tugas karyawan b. Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan


(33)

II-5

d. Merencanakan dan mengorganisasi kebutuhan tenaga kerja di masing-masing bagian

e. Mengkoordinir pekerjaan para karyawan

4. Kepala Administrasi/Akuntansi

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Mengeluarkan surat-surat keluar perusahaan

b. Mengesahkan dan menandatangani permintaan barang untuk keperluan produksi

c. Bertanggung jawab atas penyimpanan uang dan surat-surat berharga d. Bertanggung jawab terhadap pengeluaran kas perusahaan

5. Kepala Produksi

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Menyusun rencana dan jadwal produksi

b. Membuat laporan harian dan berkala mengenai kegiatan di bagiannya sesuai dengan sistem pelaporan yang berlaku.

c. Mengkoordinir dan mengawasi serta memberikan pengarahan kerja kepada foreman untuk menjamin terlaksananya kesinambungan dalam proses produksi. d. Bertanggung jawab atas pengendalian bahan baku dan efisiensi penggunaan

tenaga kerja, mesin, dan peralatan.


(34)

II-6

6. Kepala Bagian Pengangkutan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Mengatur pengangkutan hasil produksi dan bahan baku

b. Bertanggung jawab atas segala tugas-tugas terhadap factorymanager

7. Kepala Bagian Gudang

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Mengontrol serta memonitor persediaan barang setiap hari

b. Memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan atas persediaan barang

c. Bertanggung jawab atas kelancaran keluar masuknya barang d. Bertanggung jawab atas penerima barang dari pusat

8. Sales

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Merencanakan dan membuat sistem penjualan yang baik

b. Berusaha mencari pelanggan baru dan bertanggung jawab penuh atas hasil penjualan kepada manajer pabrik

c. Membuat catatan penjualan

d. Mengadakan transaksi penjualan kepada pelanggan agar dapat mencapai target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan


(35)

II-7

9. Langsir

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Mengangkat dan mengangkut bahan baku antar departemen

b. Bertanggung jawab atas kelancaran aliran bahan di lingkungan pabrik c. Merencanakan sistem aliran bahan yang efisien

d. Bertanggung jawab kepada kepala bagian masing-masing

10.Satpam

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Merencanakan dan melaksanakan program keamanan b. Bertanggung jawab atas keamanan pabrik

c. Bertanggung jawab melaksanakan dan mengawasi ketertiban umum di lingkungan pabrik

11.Accounting

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengajukan anggaran penerimaan dan pengeluaran secara periodik.

b. Melakukan penelitian, penilaian, dan pengendalian pengadaan dana secara utuh, tepat pada waktunya.

c. Bertanggung jawab atas penggajian karyawan.

12.Financing


(36)

II-8

a. Melaksanakan pengecekan dan verifikasi seluruh dokumen pengeluaran dan laporan keuangan dari aktifitas rutin.

b. Membuat evaluasi progres keuangan dan pencapaian kinerja seluruh aktifitas proses produksi.

c. Menjamin bahwa seluruh laporan pengeluaran dan keuangan sesuai dengan sistem dan prosedur sistem accounting dan manajemen keuangan yang telah dibuat.

d. Bertanggung jawab kepada manajer pabrik.

13.Pengawas Produksi

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi langsung kegiatan proses produksi sesuai dengan bidangnya masing-masing

b. Membuat hasil laporan produksi kepada sub bagian produksi c. Bertanggung jawab atas kualitas produk yang dihasilkan

d. Bertanggung jawab kepada kepala produksi atas tugas-tugasnya

14.Kepala Bagian Stok

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Mencatat segala barang yang masuk dan keluar gudang

b. Mengatur penempatan barang-barang supaya memudahkan kegiatan bongkar muat barang di gudang


(37)

II-9

d. Bertanggung jawab atas keberadaan barang-barang di gudang

15.Foreman (Mandor)

a. Memberikan arahan kepada operator pada bagian masing-masing

b. Bertanggung jawab kepada kepala produksi dalam pengontrolan proses produksi dan hasil produksi

c. Bertanggung jawab kepada semua peralatan yang diperlukan oleh operator pabrik

d. Mengurus keperluan karyawan di bidangnya masing-masing

16.Operator

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam proses produksi

b. Bertanggung jawab terhadap foreman

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.4.1. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada PT. Prima Indah Saniton sebanyak 93 orang. Alokasi penyebaran tenaga kerja dari perusahaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.1.


(38)

II-10

Tabel 2.1. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja pada PT. Prima Indah Saniton

No. Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Factory Manager 1

3 Kepala Personalia 1

4 Kepala Administrasi/Akuntansi 1

5 Kepala Produksi 1

6 Kepala Bagian Pengangkutan 1

7 Kepala Bagian Gudang 1

8 Kepala Bagian Stok 1

9 Sales 3

10 Financing 1

11 Accounting 1

12 Pengawas Produksi 1

13 Langsir 2

14 Satpam 1

15 Foreman 3

16 Tenaga Kerja Bagian Produksi 65

17 Operator Forklift 1

TOTAL 93

Sumber : Data Tenaga Kerja pada PT. Prima Indah Saniton

2.4.2. Jam Kerja

Waktu kerja yang diatur dengan baik sangat diperlukan, agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan.


(39)

II-11

1. Hari Senin - Jumat terdiri dari 7 jam kerja dan 1 jam istirahat setiap hari. 2. Hari Sabtu terdiri dari 6 jam kerja dan 1 jam istirahat.

Pengaturan jam kerja karyawan setiap harinya adalah sebagai berikut: 1. Karyawan kantor

Karyawan mulai bekerja di kantor pukul 08.00 WIB s/d 17.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam dimulai dari pukul 12.00 WIB s/d 13.00 WIB. Pada hari Minggu maupun hari Libur Nasional, karyawan kantor tidak bekerja.

2. Karyawan produksi

Karyawan produksi mulai bekerja di lantai produksi pukul 08.00 WIB s/d 16.00 WIB pada hari Senin-Jumat sedangkan pada hari Sabtu, karyawan produksi mengakhiri pekerjaan mereka pada pukul 15.00 WIB. Karyawan produksi tidak bekerja pada hari Minggu maupun hari Libur Nasional namun jika permintaan konsumen akan produk yang terlalu banyak yang menyebabkan perusahaan dihadapkan pada waktu kerja yang begitu ketat maka karyawan produksi tetap bekerja pada hari Minggu walaupun mereka hanya bekerja maksimal selama 4 jam dimulai dari pukul 08.00 WIB s/d 12.00 WIB.

2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.5.1. Sistem Pengupahan

Upah adalah suatu imbalan dari pada yang telah diberikan dan diterima oleh seseorang di dalam hubungan kerja yang berupa uang, melalui perjanjian kerja. Prestasi ini biasanya dinyatakan sebagai kinerja maupun produktivitas.


(40)

II-12

Sistem pengupahan di perusahaan ini adalah sebagai berikut : 1. Karyawan Harian

Perusahaan ini hanya menggunakan karyawan tetap yang berarti perusahaan tidak pernah menggunakan karyawan tidak tetap walaupun pada saat terjadi peningkatan permintaan. Pembayaran gaji pokok untuk karyawan harian diberikan dua kali dalam sebulan yaitu pada awal bulan dan pertengahan bulan dengan besar upah Rp 35.000,00/hari. Untuk karyawan yang bekerja pada hari Minggu pada saat terjadi peningkatan permintaan produk, karyawan tersebut juga akan diberikan upah sebesar Rp 37.000,00 dengan hari biasanya walaupun waktu kerja mereka maksimal hanya selama 3 jam.

2. Karyawan Bulanan

Pembayaran gaji pokok untuk karyawan bulanan diberikan setiap bulan dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan posisi masing-masing pekerja di perusahaan.

2.5.2. Insentif dan Fasilitas Tenaga Kerja

Insentif dan fasilitas yang diberikan kepada pekerja PT. Prima Indah Saniton adalah :

1. Tunjangan Hari Raya (THR)

Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan berupa tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun.


(41)

II-13

2. Tunjangan selama sakit

Tunjangan selama sakit diberikan apabila karyawan dalam perawatan karena sakit dan tidak dapat bekerja yang dapat dinyatakan dengan surat keterangan dokter. Namun tunjangan ini diperuntukkan bagi karyawan harian yang telah bekerja lebih dari 2 (dua) tahun.

3. Tunjangan insentif

Tunjangan insentif diberikan kepada karyawan apabila mempunyai prestasi yang memuaskan dalam melakukan pekerjaannya. Tunjangan ini diberikan dengan cara menambahkannya ke dalam upahnya.

2.6. Proses Produksi

Proses produksi merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Proses produksi bertujuan untuk menghasilkan produk yang diinginkan dengan menggunakan teknik-teknik serta bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk tersebut.

PT Prima Indah Saniton memproduksi berbagai jenis produk seperti kloset jongkok, tempat sabun, dan lain-lain. Namun dalam pembahasan di bab ini, produk yang akan dibahas adalah kloset jongkok tipe E. Produk ini dipilih karena kloset jongkok tipe E merupakan kloset yang paling banyak diproduksi sehingga perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut agar ditemukan perbaikan yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.


(42)

II-14

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi pada PT Prima Indah Saniton dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

2.6.1.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama dalam pembuatan produk dan memiliki persentase yang paling besar dibandingkan bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan kloset adalah tanah kalimantan, sodium feldspar, tanah thailand, pasir kuarsa, tanah kaulin, batu kasar, dan air. Bahan baku tanah kalimantan dan sodium feldspar dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan 2.3

Sumber: PT Prima Indah Saniton


(43)

II-15

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.3. Sodium Feldspar 2.6.1.2..Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk memperlancar kegiatan produksi serta tidak mengurangi nilai tambah dari produk yang dihasilkan dan pada akhir produksi tidak dapat dibedakan secara jelas dari produk jadi. Bahan penolong merupakan bahan yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan fungsi produk. Bahan penolong yang digunakan pada proses produksi yaitu:

1. Bahan pembuat cetakan atas dan cetakan bawah, digunakan sebagai pemberi bentuk pada kloset.

2. Kayu, digunakan bersamaan dengan paku untuk membuat rak kloset.

3. Kayu penyumbat, digunakan untuk mencegah hasil campuran bahan baku yang telah dimasukkan ke dalam cetakan mengalir keluar.


(44)

II-16

2.6.1.3.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan bercampur dengan bahan baku untuk membentuk produk jadi yang siap untuk dipasarkan, dapat berupa kemasan ataupun aksesoris. Bahan tambahan yang digunakan pada proses produksi yaitu:

1. Label, digunakan untuk memberikan merek pada hasil produk/kloset. 2. Cat, digunakan untuk memberikan warna pada kloset.

2.6.2. Uraian Proses

Proses produksi kloset jongkok terdiri atas 8 tahap utama yaitu bagian pencampuran, bagian pengadukan, bagian, penyaringan, bagian pencetakan, bagian pengerokan, bagian pengecatan, bagian pembakaran, dan bagian pengepakan.


(45)

II-17

Pencampuran Tanah

Pengadukan

Penyaringan Adonan

Pengerokan

Pengamplasan

Pengecatan

Pembakaran

Pengepakan Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.4. Blok Diagram Pembuatan Kloset Jongkok

2.6.2.1.Proses Pencampuran Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada proses produksi kloset pada PT. Prima Indah Saniton membutuhkan yaitu Tanah Kalimantan, Sodium Feldspar, Tanah Thailand, Pasir Kuarsa, Tanah Kaulin, Batu Kasar dan air. Bahan baku selain air diangkut dari gudang penyimpanan bahan baku ke tempat pencampuran. Sedangkan air disalurkan melalui pipa yang tersedia. Bahan baku yang telah diangkut ke tempat pencampuran beserta air kemudian dituangkan ke dalam mesin molen atau mesin ball mill yang berfungsi untuk mengaduk bahan baku


(46)

II-18

tersebut supaya tercampur dengan rata dan siap untuk digunakan sebagai bahan yang siap untuk dicetak menjadi kloset. Proses pengadukan bahan baku ini memerlukan waktu selama 12 jam untuk menghasilkan kualitas adonan yang bagus.

2.6.2.2.Proses Penyaringan dan Pemasakan Campuran Bahan Baku

Bahan baku yang telah diaduk dengan mesin molen selama 12 jam kemudian disalurkan ke dalam sebuah mesin penyaring melalui pipa yang menghubungkan mesin molen dengan mesin saring getar. Mesin saring getar berfungsi agar material yang tidak tercampur dengan baik seperti gumpalan-gumpalan tanah tidak ikut digunakan sebagai campuran bahan baku untuk proses pencetakan. Campuran bahan baku yang telah disaring akan disalurkan ke dalam sumur penampungan melalui pipa. Kemudian, campuran tersebut dimasak selama 2 malam di dalam sumur penampungan sehingga bahan baku tersebut siap digunakan dalam proses pencetakan selanjutnya.

2.6.2.3.Proses Pencetakan

Proses percetakan dapat dikerjakan setelah hal-hal berikut telah diselesaikan :

1. Mempersiapkan cetakan yang akan digunakan, dalam hal ini cetakan terdiri dari 2 bagian yaitu cetakan atas dan cetakan bawah.


(47)

II-19

3. Cetakan yang telah menjadi satu dikunci agar cetakan tersebut tidak bergeser pada saat pencetakan.

4. Memasangkan corong pada cetakan pada tempat yang telah tersedia dalam cetakan supaya mempermudah proses penuangan campuran bahan baku ke dalam cetakan.

5. Penutupan lubang bagian belakang cetakan dengan menggunakan kayu penyumbat sehingga pada waktu penuangan, bahan baku tersebut tidak mengalir keluar.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.5. Bagian Pembuatan Mal

Campuran bahan baku yang telah siap dipakai dipompa ke dalam tower dengan menggunakan mesin pompa atau wilden pump yang kemudian disalurkan dari tower ke tempat pencetakan melalui pipa yang telah dibuat sebelumnya. Proses pencetakan dapat dikerjakan dengan penyaluran bahan baku ke dalam cetakan yang dituang melalui corong.

Cetakan yang terisi dengan olahan bahan baku didiamkan selama 120 menit atau 2 jam agar bahan baku tersebut dapat mengeras di dalam cetakan.


(48)

II-20

Penyumbat kayu yang tadinya dipasang di bagian belakang cetakan kemudian harus dibuka untuk mengeluarkan bahan baku cetakan yang berlebih (kadang-kadang operator menuangkan bahan baku cetakan yang terlalu banyak). Setelah itu cetakan harus didiamkan lagi selama 2 jam agar cetakan tersebut benar-benar kering/keras.

Cetakan bagian atas dipisah/dibuka dari cetakan bawah dan dibalik untuk dapat mengeluarkan produk hasil cetakan dimana hasil cetakan didiamkan kembali selama 2 jam.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.6. Proses Pencetakan

2.6.2.4.Proses Pengerokan

Tahapan ini terdiri dari beberapa proses yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hasil cetakan yang telah kering diangkut ke bagian pengerokan. 2. Kualitas dari hasil cetakan diperiksa pada proses ini.


(49)

II-21

3. Cetakan yang tidak begitu bagus akan dikerok dengan menggunakan scraper tujuan untuk lebih rapi dan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.7. Proses Pengerokan

2.6.2.5.Proses Pengamplasan

Cetakan yang telah selesai dikerok akan diangkut ke bagian pengamplasan dimana mengalami beberapa tahapan proses yaitu :

1. Penggunaan kertas pasir dalam pengamplasan bertujuan untuk memperhalus permukaan cetakan.

2. Penggunaan busa untuk membersihkan/menggosok cetakan. 3. Hasil cetakan dibersihkan dengan air dan dikeringkan. 4. Hasil cetakan dijemur selama 2 hari.


(50)

II-22

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.8. Proses Pengamplasan

2.6.2.6.Proses Pengecatan

Tahapan ini terdiri dari beberapa proses yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hasil cetakan yang kering diangkut ke bagian pengecatan.

2. Pada bagian pencetakan terdapat sebuah meja yang telah didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk peletakan hasil cetakan. Hasil cetakan diangkat ke meja tersebut.

3. Penempelan label produk perusahaan “Champion” pada bagian ujung kloset. 4. Proses pengecatan dikerjakan dengan menggunakan mesin kompresor sesuai

dengan warna yang diinginkan.

5. Produk dilap supaya tidak terdapat bintik-bintik cat yang tersisa. Terdapat 8 macam warna cat dan komposisinya sebagai berikut :


(51)

II-23

Tabel 2.2 Daftar Komposisi Cat

Warna Bahan

BCS TRS CMC Air Bahan 1 Jumlah Bahan 2 Jumlah Bahan 3 Jumlah

Putih 3 kg 25g 2 gelas

Biru Muda 2,1 kg 0,9 kg 2 gelas 14N144 60 g Pink 2,1 kg 0,9 kg 25 gr 2 gelas 14M200 250 g

Maron 0,5 kg 2,5 g 25 g 2 gelas GC-17 0,3 kg 14E44 3 g

Biru tua 0,5 kg 2,5 kg 25 g 2 gelas 14N144 0,135 kg 14LL79 0,3 kg 14E44 3 g Abu-abu 2,7 kg 0,3 kg 25 g 2 gelas 14T158 4,5 g 14T192 69 g 14E44 2 g Beige 2,7 kg 0,3 kg 25 g 2 gelas 14M200 0,12 kg 14H674 32 g 14 T192 12 g Hijau 2,1 kg 0,9 kg 24 g 2 gelas 14H674 385 g 14 T158 210g

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.9. Bagian Pengecatan

2.6.2.7.Proses Pembakaran

Proses pembakaran hasil cetakan yang telah diberi warna dimasukkan ke dalam mesin kiln untuk dibakar. Untuk proses pembakaran, mesin kiln memerlukan empat buah tabung gas. Tahapan pembakaran terdiri dari beberapa proses yang berkelanjutan yang dapat diuraikan sebagai berikut :


(52)

II-24

2. Produk dibakar dengan suhu 300-600oC selama 2 jam. 3. Produk dibakar dengan suhu 600-1000oC selama 2 jam. 4. Produk dibakar dengan suhu 1000-1100oC selama 1 jam. 5. Produk dibakar dengan suhu 1100-1180oC selama 1 jam.

Produk yang telah selesai dibakar tidak akan langsung dikeluarkan karena panasnya produk tersebut. Produk akan tetap di dalam mesin pembakaran selama 7 jam dengan kondisi bahwa mesin kiln telah dinonaktifkan. Produk yang telah didinginkan 7 jam di dalam mesin namun produk tersebut tetap saja sangat panas sehingga dibawa ke tempat penampungan untuk didinginkan lagi secara alami.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.10. Kloset yang akan Dimasukkan ke dalam Mesin

2.6.2.8.Proses Pengepakan

Proses pengepakan merupakan proses yang terakhir dimana produk di tempat penampungan akan dimasukkan ke dalam rak kayu yang telah dibuat oleh operator. Pada produk kloset jongkok, 4 buah kloset dapat dimasukkan ke dalam 1 kotak namun pada kloset duduk dan wastafel hanya dapat diletakkan 1 buah pada


(53)

II-25

1 kotak. Setelah itu, produk diangkut ke tempat penampungan. Jika telah terdapat pemesanan, maka produk tersebut akan diantar keluar melalui mobil pickup.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.11. Pengepakan

2.6.3. Mesin dan Peralatan 2.6.3.1.Mesin Produksi

Mesin produksi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan produksi paku pada PT. Prima Indah Saniton adalah sebagai berikut :

1. Mesin BallMill atau dikenal sebagai Mesin Molen

Mesin Ball Mill merupakan mesin yang digunakan pada tahap awal proses pembuatan kloset yaitu mesin pencampur berbagai bahan baku dan air dengan putaran 970 rpm untuk menghancurkan dan mencampur formula sehingga menjadi bentuk lumpur. Spesifikasi mesin Ball Mill dapat dilihat sebagai berikut :


(54)

II-26

Merek : Hico

Model : BM-2000

Serial No. : 932811 Negara pembuatan : Korea

Jumlah : 2 buah

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.12. Mesin Ball Mill

2. Mesin Pemasak Bahan

Mesin pemasak bahan digunakan untuk memasak dan mengendapkan bahan baku yang dialirkan melalui mesin saring getar. Spesifikasi mesin pemasak bahan dapat dilihat sebagai berikut :

Merek : Sumitomo (Clay GC4)

Model : Cyclo Drive (14M5-87)

Putaran : 1500 rpm

Input : 69 KW

Negara pembuatan : Jepang


(55)

II-27

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.13. Mesin Pemasak bahan

3. Mesin Saring Getar

Mesin saring getar digunakan untuk menyaring kotoran lumpur yang disalurkan oleh mesin kiln. Spesifikasi mesin saring getar dapat dilihat sebagai berikut :

Tipe : DC 135 A

Frekuensi : 50 Hz Diameter : 50 cm Negara pembuatan : China

Jumlah : 1 buah

Sumber: PT Prima Indah Saniton


(56)

II-28

4. Mesin WildenPump

Mesin wilden pump digunakan untuk memompa bahan baku yang telah siap dimasak dan diendapkan ke dalam tower-tower di dalam maupun di luar. Spesifikasi mesin pemasak bahan dapat dilihat sebagai berikut :

Merek : Puma

Tipe : CP24.401 / M8

Negara pembuatan : Singapura

Jumlah : 1 buah

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.15. Mesin Wilden Pump

5. Mesin Kiln/Oven

Mesin Kiln/Oven merupakan mesin yang digunakan untuk proses pembakaran atau pemanasan (heating) sehingga kloset, wastafel maupun soap holder menjadi keras dengan permukaan yang mengkilap dengan suhu dan tinggi api yang dapat diatur pada panel mesin yang telah tersedia. Spesifikasi mesin kiln dapat dilihat sebagai berikut :


(57)

II-29

Tipe : KAT. 1500

Serial No. : 302050 Tahun Pembuatan : 1998 Negara pembuatan : Australia

Jumlah : 5 buah

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.16. Mesin Kiln

6. Mesin Kompressor

Mesin kompressor digunakan pada saat pemberian warna atau pengecatan pada produk kloset. Spesifikasi mesin kompressor dapat dilihat sebagai berikut :

Merek : Puma

Model : NK 150300

Negara pembuatan : Singapore


(58)

II-30

Sumber: www.google.com

Gambar 2.17. Mesin Kompresor

2.6.3.2.Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan produksi kloset pada PT. Prima Indah Saniton adalah sebagai berikut :

1. Lori atau Kereta Sorong

Dipergunakan untuk mengangkut kloset-kloset dari bagian pencetakan ke bagian pengerokan, bagian pengerokan ke bagian pengamplasan, bagian pengamplasan ke bagian pengecatan, bagian pengecatan ke bagian pembakaran. Jumlah lori/kereta sorong yang ada di pabrik adalah sebanyak 15 unit. Adapun gambar kereta sorong yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut :

Sumber: PT Prima Indah Saniton


(59)

II-31

2. Meja Pengerokan

Meja pengerokan yang dapat berputar-putar dipergunakan sebagai tempat diletakkannya kloset sehingga operator mudah dalam melakukan pekerjaan pengerokan.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.19. Meja Pengerokan

3. Alat Pengerok/Scraper

Digunakan untuk mengerok kloset dengan tujuan untuk lebih rapi dan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

Sumber: PT Prima Indah Saniton


(60)

II-32

4. Forklift

Fork Lift berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan yang mempunyai volume besar dan berat seperti bahan baku yaitu tanah thailand, pasir kuarsa, tanah kalimantan dan lain sebagainya ke atas mesin molen.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.21. Penggunaan Forklift

5. Meja Pengecatan

Meja pengecatan yang dapat berputar ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kloset sehingga operator dapat dengan mudah menyemprot atau memberikan warna pada kloset.

Sumber: PT Prima Indah Saniton


(61)

II-33

6. Meja Pengamplasan

Meja pengamplasan yang dapat berputar ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kloset sehingga operator dapat dengan mudah mengamplas dengan kertas pasir dan membersihkannya.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.23. Meja Pengamplasan

7. Kertas Pasir

Kertas pasir dalam pengamplasan bertujuan untuk memperhalus permukaan cetakan.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.24. Kertas Pasir

8. Busa

Busa digunakan untuk membersihkan atau menggosok kloset pada saat pengamplasan dan pengecatan.


(62)

II-34

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.25. Busa 9. Tabung Gas Elpiji

Tabung gas elpiji berfungsi sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran mesin kiln.

Sumber: PT Prima Indah Saniton

Gambar 2.26. Tabung Gas Elpiji 10.Paku

Paku berfungsi sebagai penggabung antara kayu yang satu dengan kayu yang lain.

11.Kayu

Kayu digunakan sebagai tempat penampung kloset jongkok, kloset duduk dan wastafel sedangkan soapholder dimasukkan ke dalam kardus.

12.Palu


(63)

III-1

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Persaingan Produk1

Persaingan pasar merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan pada dunia usaha saat ini. Baik produk maupun jasa yang dihasilkan harus dapat memenuhi ekspektasi yang diinginkan oleh pelanggan. Salah satu tantangan dalam dunia usaha adalah bagaimana cara untuk mencapai produk dan sistem dengan memperhatikan faktor biaya.

Engineering2 merupakan salah satu bidang ilmu yang mengaplikasikan

ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Tujuan dari perekayasaan sistem adalah untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat dihilangkan untuk dapat meminimisasi biaya, dalam hal unit cost, service cost, dan social cost. Beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

1. Meningkatkan metode kerja untuk pembuatan produk terutama yang menyangkut needs dari konsumen.

2. Mempertimbangkan keseluruhan sistem yang terdapat dalam siklus produksi. 3. Mempertimbangkan keseluruhan hierarki dan interaksi yang terdapat dalam

berbagai level sistem.

4. Mengorganisir dan mengintegrasikan kriteria teknik dan ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan masalah tersebut.

1 Blanchard, Benjamin, System Engineering And Analysis (Cet III; New York, 1998). P. 17-18

2


(64)

III-2

5. Membuat suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis, mengevaluasi dan memberi feedback pada sistem.

3.2. QFD (Quality Function Deployment) 3

QFD merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan karakteristik teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. QFD digunakan untuk membantu proses perancangan agar lebih memperhatikan keinginan pelanggan.

QFD memiliki beberapa manfaat antara lain:

a. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dari teknologi.

b. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. Hal ini memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.

c. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama.

d. Berfokus pada upaya rancangan, hal tersebut akan mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru. Perkiraan-perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebelum dilakukan QFD.


(65)

III-3

e. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal penting ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru.

f. Mendorong terselenggaranya tim kerja dan melewati rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak awal proyek. Setiap anggota tim kerja sama pentingnya dan memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.

g. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan. Tahap ini sangat membantu untuk menjaga proyek tehadap perubahan-perubahan personalia yang tidak dapat diperkirakan lebih dulu.

Konsep dasar dari QFD4 adalah menerjemahkan keinginan konstumen (Consumer Requirement) kedalam karakteristik teknik (Engineering Characteristics (ECs)). Karakteristik tersebut kemudian akan diterjemahkan ke dalam proses perencanaan dan proses fabrikasi dalam sistem manufaktur. House of Quality (HOQ) merupakan suatu tabel yang terbuat berisi informasi tentang: 1. “what to do in relation toCRs”

2. “how CRs are related to ECs” dan 3. hubungan antara CR dan EC.

HOQ berisi informasi-informasi penting lainnya seperti tingkat prioritas karakteristik, atribut-atribut data, serta standar minimal dari data. Langkah-langkah untuk membuat HOQ adalah sebagai berikut:

4

Wang, Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design, National Central University, 2008, p. 27


(66)

III-4

1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk. 2. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut (keinginan konsumen). 3. Membandingkan atribut dengan produk pesaing.

4. Membuat matriks karakteristik teknik.

5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk. 6. Mengidentifikasi hubungan antar karakteristik teknik.

7. Menghitung tingkat tingkat kepentingan karakteristik teknik.

Sumber: Couhen, Lou. Quality Function Deployment

Gambar 3.1. Struktur House of Quality (HOQ)

Pada Gambar 3.1 dapat dilihat struktur dari House of Quality (HOQ) yang terdiri atas 6 bagian yaitu5:

1. Bagian A (Customer Needs and Benefit)

Bagian ini berisi daftar keinginan dan kebutuhan konsumen yang berasal dari penelitian kualitatif. Langkah-langkah untuk membuat daftar kebutuhan konsumen adalah:

5


(67)

III-5

a. Mengumpulkan pendapat dari para konsumen melalui wawancara dan komplain yang diajukan oleh konsumen.

b. Menyusun hasil yang didapat menjadi beberapa kategori. c. Mengelompokkan kebutuhan dalam sebuah diagram afinitas. d. Menyusun kebutuhan dalam bagian customer needs.

2. Bagian B (Planning Matrix)

Bagian ini terdiri atas 3 informasi, yaitu:

a. Quantitative Market Data : menandakan hubungan yang penting dari keinginan dan kebutuhan konsumen serta tingkat kepuasan konsumen dengan organisasi dan tingkat kompetisinya

b. Strategic Goal Setting : untuk produk baru atau dalam bentuk pelayanan c. Perhitungan peringkat berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen

3. Bagian C (Technical Response) :

Bagian ini berrisi tentang produk atau jasa yang dikembangkan, yang diutarakan dalam bahasa teknis perusahaan. Biasanya deskriptif teknis tersebut dikembangkan dari keinginan dan kebutuhan konsumen pada bagian A.

Technical Response disebut juga dengan Substitute Quality Characteristic (SQC) menunjukkan rencana-rencana atau rancangan usaha-usaha teknis perusahaan dalam mewujudkan kebutuhan konsumen yg terdapat dalam Customer Needs dalam bentuk :


(68)

III-6

a. Spesifikasi teknis yang dapat diukur, b. Product Function,

c. Product Subsystem, d. Process Steps.

4. Bagian D (Relationship) :

Bagian ini berisi tentang penilaian dari tim pengembang terhadap kekuatan hubungan antara tiap elemen yang terdapat pada Technical Response dengan tiap keinginan dan kebutuhan konsumen, yang didasarkan dari nilai Impact, Relationship, dan Priority.

5. Bagian E (Technical Correlation) :

Bagian ini mengandung perkembangan taksiran tim dr hubungan antara

implementasi antara elemen-elemen yang ada dengan Technical Response.6

6. Bagian F (Technical Importance) :

Bagian ini mengandung 3 jenis informasi, yaitu :

a. Peringkat yang telah dihitung dari Technical Response, berdasarkan peringkat keinginan dan kebutuhan konsumen dari Bagian B dan

hubungan dengan bagian D.

b. Informasi perbandingan Technical Performance.

c. Target dari Technical Response.


(69)

III-7

3.3. Kuesioner7

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan.

Empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

2. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Petunjuk pengisian kuiioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.

4. Pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.

Perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara pengukuran yaitu mengkategorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner tersebut8.

7 Ginting, Rosnani, op. cit., h. 67-72

8


(70)

III-8

3.4. Keabsahan Data9

Keabsahan data (goodness of data) sebuah penelitian merupakan fondasi dari mutu hasil penelitian tersebut. Walaupun metode analisis tidak kalah penting peranannya dalam meyakinkan pihak-pihak terkait untuk dapat menerima hasil suatu penelitian dan menggunakannya daam pengambilan keputusan sesuai dengan keperluannya, keabsahan data selalu menjadi focus perhatian pertama pihak eksternal untuk menerima atau menolak hasil penelitian tersebut.

Pengujian keabsahan data mempunyai dua dimensi yaitu pengujian kesahihan atau validitas data (data validity testing) dan engujian kehandalam atau reliabilias data (data reliability testing). Suatu penelitian yang bermutu haruslah didukung oleh kedua pengujian tersebut. Penelitian yang hanya didukung oleh pengujian validitas data saja atau pengujian reliabilitas data saja tidak mempunyai arti banyak dalam meyakinkan pihak eksternal .

3.4.1. Validitas Data

Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrument pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrument pengumpulan data.


(71)

III-9

3.4.1.1.Ragam Validitas Data

Validitas instrument terbagi atas dua tipe yaitu validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (external validity). Validitas internasl berkenaan dengan derajat akurasi rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrument pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

Validitas internal terbagi atas tiga bagian yaitu: 1. Validitas isi (content validity)

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadpa isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan ang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas ini terbagi atas dua tipe yaitu:

a) Validitas muka (face validity)

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah dipenuhi


(72)

III-10

Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

2. Validitas kriteria (criterion-relatedvalidity)

Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh sor tes atau berupa suatu ukura lain yang relevan. Prosedur validasi berdasarkan kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren.

3. Validitas kontruksi (construct validity)

Validitas kontruksi adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruksi teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruksi merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Walaupun pengujian validitas konstruksi biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks daripada teknik-teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiric lainnya akan tetapi hasil estimasi validitas konstruksi tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas


(73)

III-11

3.4.1.1.1.Pengujian Validitas

Cara-cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrument ialah melalui:

1. Analisis korelasi 2. Analisis faktor 3. Multitrait

Analisis korelasi sangat sesuai digunakan untuk menguji validitas serempak dan prediktif (concurrent validity dan predictive validity) ataupun vaiditas konvergen dan diskriminan (convergent dan discriminant validity). Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang dikembangkan oleh pearson yaitu:

 

   ] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N Y X N Y X XY N rxy

Dimana, rxy=koefisien korelasi antara Y dan X

Xi = skor variabel independen X Yi = skor variabel dependen Y

Rumus koefisien korelasi di atas dapat juga ditulis dengan menggunakan

angka yang diperhalus sebagai berikut”

) )( ( Xi2 Yi2

XiYi rxy

Dimana, rxy=koefisien korelasi antara Y dan X

Xi = Xi - X Yi = Yi - Y


(74)

III-12

Xi = skor variabel independen X Yi = skor variabel dependen Y

3.4.2. Reliabilitas

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrument tersebut.

3.4.2.1.Ragam Reliabilitas

Terdapat dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrument pengumpulan data yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrument.

Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrument terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrument tersebut. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.

3.4.2.1.1.Pengujian Reliabilitas Instrumen

Terdapat dua macam pengujian stabilitas instrumen yaitu test-retest reliability dan parallel-form reliability. Test-retest reliability adalah sebuah metode pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan cara


(75)

III-13

menggunakan instrumen tersebut kepada subjek yang sama secara berulang-ulang tetapi pada waktu yang berbeda. Parallel-form reliability sering juga disebut equivalent reliability adalah metode pengujian kestabilan instrumen dengan cara menggunakan dua instrumen yang parallel kepada subjek yang sama dan pada waktu yang sama.

3.4.2.1.2.Pengujian Konsistensi Internal Instrumen

Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability dan split-half reliability. Interitem consistency reliability adalah sebuah tes konsistensi terhadap jawaban responden mengenai semua item yang ditanyakan kepadanya. Tes ini mencoba menguji seberapa jauh responden memberikan jawaban yang independen terhadap masing-masing item yang ditanyakan.

Alat tes yang cukup popular untuk pengujian ini antara lain adalah reliabilitas spearman-brown, Flanagan, rulon, hoyt, dan formula K-R. Selain itu juga terdapat teknik pengujian lain yang sering dipakai yaitu koefisien alpha cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk multi point scale items, makin dekat nilai koefisien Alpha Cronbach kepada angka 1 makin kuat konsistensi internal reliabilitas.

1. Formula Spearman Brown

Pengujian konsistensi instrument dengan menggunakan formula Spearman Brown disdasarkan pada metode split-half. Korelasi antara belahan pertama dan kedua dihitung dengan menggunakan rumus formula sebagai berikut:


(76)

III-14

hh hh

r r r

 

1 2 11

Dimana, r11 = Koefisien reliabilitas

rhh = Koefisien korelasi product moment antara skor belahan satu dengan skor belahan yang lain 2. Formula Rulon

Formula Rulon juga menggunakan analisis butir dalam menguji reliabilitas instrument. Formula ini, selain variabel varians total juga varians perbedaan skor belahan pertama dan belahan kedua digunakan untuk menghitung reliabilitas instrument yaitu sebagai berikut:

2 2

11 1

t d

S S r  

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas

Sd2 = Varians perbedaan skor belahan St2 = Varians skor total

1 = Bilangan konstan 3. Koefisien Alpha Cronbach

Berdasarkan ukuran reliabilitas, dimana instrumen menggunakan skor 0 dan 1 untuk setiap butir pertanyaan, koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrument yang pertanyaan-pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu misalnya antara 1 dan 5 atau antara 1 dan 10 dan sebagainya. Rumus yang digunakan dalam menghitung Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:


(77)

III-15                 

2 2 11 1 1 t i S S n n r Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas

Si2 = Varians skor tiap-tiap butir soal St2 = Varians skor total

3.5. Design Structure Matrix (DSM)10

Design structure matrix merupakan suatu tool untuk network modelling yang biasanya digunakan untuk merepresentasikan elemen-elemen yang terdapat didalam sebuah sistem beserta dengan interaksi yang terjadi antar elemen tersebut. DSM biasanya digunakan dalam proses pengembangan sistem yang kompleks.

DSM direpresentasikan sebagai suatu matrix persegi berukuran N x N, dan memetakan interaksi-interaksi yang terjadi pada N elemen yang terdapat pada suatu sistem. DSM dapat digunakan untuk mempresentasikan arsitektur produk, yaitu elemen-elemen yang akan menjadi komponen dari suatu produk.

DSM merupakan metode yang dapat mempresentasikan keadaan dalam bentuk sebuah matriks. Matriks yang dihasilkan mudah dibaca dan mudah diskalakan sehingga membantu dalam proses perencanaan.

10

Steven D Eppinger&Tyson R Browning, Design Structure Matrix Methods and Applications, (Massachusetts: The MIT Press, 2012), hal : 27-31.


(78)

III-16

Sumber: Epingger, Steven. DesignStructure Matrix and Applications

Gambar 3.2. Hubungan Elemen Dalam Bentuk Matriks Dan Diagram

DSM yang terdapat pada Gambar 2.2 merupakan contoh dari binary DSM dengan bentuk diagonal yang merepresentasikan hubungan yang terjadi antar elemen. Representasi dari binary DSM dapat digunakan dengan elemen-elemen alin seperti untuk atribut interaksi,jumlah interaksi, derajat kepentingan, kekuatan, dan lain-lain.

Sumber: Epingger, Steven. Design Structure Matrix and Applications Gambar 3.3. Partitioned DSM

DSM11 merupakan salah satu metode yang digunakan untuk tahap dekomposisi. Dekomposisi bertujuan untuk menyederhanakan proses perancangan serta dapat digunakan untuk menemukan proses/aktivitas mana yang dapat dilakukan secara bersama-sama. Setiap elemen dari sebuah sistem dievaluasi dengan menggunakan matrix sesuai dengan tingkat ketergantungan

11


(79)

III-17

masing elemen. DSM digunakan untuk memperbaiki proses pengerjaan proyek, menyederhanakan informasi serta untuk mengoptimisasi proses pengerjaan suatu proyek.

3.5.1. Matrix-Based Tools

Istilah DSM berasal dari fungsi DSM itu sendiri, yaitu dengan menggunakan sebuah matriks untuk memodelkan desain dan struktur dari sebuah sistem. Selama bertahun-tahun, istilah-istilah lain yang sering digunakan selain design structure matrix adalah dependency structure matrix, dependency system model, deliverable source map dan lain-lain.

Ciri khas dari DSM adalah sebuah matriks persegi, dengan baris dan kolom yang memiliki label yang sama, serta diagonal yang menunjukkan hubungan atau relasi yang terjadi antar tiap elemen.

Sistem merupakan suatu kombinasi atau kumpulan elemen-elemen yang teroraganisasi dengan baik serta memiliki tujuan yang sama. Arsitektur sistem merupakan struktur dari sebuah sistem, termasuk didalamnya elemen-elemen, hubungan yang terjadi antar elemen serta prinsip yang terkandung dala sistem tersebut.

Dua jenis hubungan yang penting dalam memodelkan sebuah sistem, yaitu huungan secara hierarchial (vertikal) dan hubungan secara lateral (horizontal). Hubungan hierarchial berasal dari proses dekomposisi sebuah sistem ke dalam bentuk elemen-elemen yang lebih kecil. Hubungan lateral merupakan hubungan


(80)

III-18

yang berasal dari interaksi antar elemen, seperti aliran bahan, aliran informasi, yang terjadi pada level yang sama.

Keuntungan menggunakan DSM adalah sebagai berikut: 1. Sederhana

Elemen-elemen dan interaksi yang terdapat didalam sebuah sistem dapat dipresentasikan dengan menggunakan suatu susunan yang ringkas dan sederhana sehingga lebih mudah dimengerti.

2. Mudah dibaca

DSM menghasilkan suatu matriks yang mudah dibaca dan berisi informasi tentang keseluruhan dari suatu sistem, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan mudah.

3. Mudah dimengerti 4. Mudah dianalisis 5. Fleksibel

Penambahan elemen atau informasi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat jika dibandingkan dengan metode lainnya.

3.5.2. Tahapan DSM

Penyusunan DSM terbagi atas 5 tahapan penting yaitu sebagai berikut: 1. Dekomposisi

Memecah sistem kedalam bentuk elemen yang lebih sederhana berdasarkan level hierarki sistem.


(81)

III-19

2. Identifikasi

Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang terjadi antar elemen-elemen sistem.

3. Analisis

Menyusun kembali elemen-elemen dan hubungan dalam matriks sehingga didapatkan pemahaman yang lebih baik dari sistem tersebut.

4. Display

Membuat suatu representasi dari model DSM, yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan yang penting dalam suatu sistem.

5. Improve

Melakukan improvisasi dan perbaikan terhadap hasil dari perbaikan sistem tersebut sehingga terjadi continuous improvement.

Sumber: Epingger, Steven. Design Structure Matrix and Applications Gambar 3.4. Tahap-tahap DSM

3.5.3. Hubungan Antar Elemen

4 jenis hubungan yang dapat terjadi antar tiap elemen sistem yaitu: 1. Hubungan sekuensial

Hubungan sekuensial merupakan hubungan yang terjadi antar 2 elemen atau lebih dimana output dari aktivitas sebelumnya merupakan prasyarat bagi berjalannya kegiatan selanjutnya.


(1)

VI-2

target suatu variabel dibandingkan dengan tingkat kepuasan, maka nilai rasio perbaikan semakin tinggi, yang berarti semakin pentingnya variabel tersebut di mata responden2.

6.2.2. Analisis Sales Point

Kebutuhan koensumen yang memiliki sales point paling tinggi adalah komposisi tanah dan pengeringan yaitu bernilai 1,5. Nilai 1,5 berarti variabel tersebut dapat memberikan peningkatan keuntungan apabila ditingkatkan kinerja dari variabel tersebut3. Sales point juga dapat ditentukan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

6.2.3. Analisis Ukuran Kinerja QFD

Ukuran kinerja yang diperoleh dari perhitungan house of quality yaitu tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya. Hasil perhitungan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya menunjukkan karakterakteristik teknis yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi yaitu penjemuran. Karakteristik ini dapat menjadi prioritas utama perusahaan dalam membuat desain dari produk. Dalam metode DSM, faktor weighting/pembobotan merupakan faktor yang akan digunakan dalam pengolahan DSM.4

2 Lou Cohen. Quality Function Deployment, (Addison Wesley : USA, 1995), hal : 110.

3

Ibid, hal: 112 4

Wang, Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design, hal: 51


(2)

VI-3

6.3. Analisis Design Structure Matrix

DSM digunakan untuk mengelompokkan kegiatan kerja pada proses produksi dengan tampilan yang sederhana5. Informasi tentang proses produksi

diperoleh dari QFD yaitu karakteristik teknis yang terdapat pada bagian atap matriks Design Deployment. Hasil pembuatan cluster komponen yang diperoleh dari karakteristik teknis pada QFD dan tingkat kesulitan proses dengan menggunakan metode DSM dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Sumber: Hasil pengolahan data

Gambar 6.1. Clustering for DSM

5


(3)

VI-4

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode DSM, diketahui bahwa proses produksi dapat dikelompokkan ke dalam 3 kluster, yaitu: 1. Cluster 1, yang terdiri atas proses pengerokan, pembakaran, pengampelasan,

dan pengecatan.

2. Cluster 2, yang terdiri atas proses pemberian packaging dan pembuatan packaging.

3. Cluster 3, yang terdiri atas proses pencampuran tanah, penyaringan, pengadukan, penjemuran, pendiaman cetakan, pendiaman tanah, penuangan tanah ke cetakan, pelepasan sumbat, pelepasan mal, dan pembersihan sumbat.

Dari hasil perhitungan tingkat kepentingan tiap kluster, didapatkan bahwa kluster yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi adalah kluster ke 3 sehingga proses-proses produksi pada kluster ke 3 harus diutamakan terlebih dahulu sebelum proses pada kluster lain dilakukan.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengolahan, analisis data, dan tujuan penelitian adalah:

1. Proses produksi yang memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi adalah proses penjemuran dengan nilai tingkat kepentingan sebesar 11.

2. Proses produksi yang optimal berdasarkan metode DSM terbagi atas 3 cluster

dimana masing-masing cluster terbagi atas karakteristik teknis. Cluster 1 terdiri dari proses pengerokan, pembakaran, pengampelasan, dan pengecatan. Cluster 2 terdiri dari proses pemberian packaging dan pembuatan packaging.

Cluster 3 terdiri dari proses pencampuran tanah, penaringan, pengadukan, penjemuran, pendiaman cetakan, pendiaman tanah, penuangan tanah ke cetakan, pelepasan sumbat, pelepasan mal, pembersihan sumbat.

3. Usulan proses produksi yang dibuat terdiri dari dimana kluster dengan tingkat kepentingan yang paling tinggi adalah kluster ketiga dengan tingkat kepentingan sebesar 638, hal ini berarti pekerjaan pada kluster ketiga harus diutamakan untuk dikerjakan terlebih dahulu sebelum proses pekerjaan lainnya dilakukan.


(5)

VII-2

7.2. Saran

Saran yang dapat diajukan setelah penelitian tugas sarjana yaitu :

1. Perusahaan dapat memperbaiki SOP proses produksi sesuai dengan usulan yang diberikan.

2. Pihak perusahaan diharapkan menerima saran dan kritik yang diberikan baik oleh pihak yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengembangkan analisis masalah dan pemecahan dengan menggunakan tambahan metode lain serta mengaitkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses produksi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Blanchard, Benjamin. 1981. System Engineering and Analysis. Cetakan Ketiga. New York: Prentice Hall

Cohen, Lou. 1995. “Quality Function Deployment, How to make QFD Work for.

You”. Addison-Wesley Publishing Company: New York.

Cheng. 2008. Applying QFD and DSM for Product Platform Development and Evaluation, National Central University.

Eppinger, Steven. 2012. Design Structure Matrix Methods and Application. MIT Press: Massachussets

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kusiak, Andrew. 1993. Concurrent Engineering: Automation, Tools and Techniques. Canada: A Wiley-Interscience Publication

Sinulingga, Sukaria. 2008. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. _________, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Tseng, C. C. 2010. Prioritization of Product Design Task Using QFD, TRIZ, and

DSM. Taiwan: National Yunlin University of Science and Technology. Tseng, Chun Chieh. 2010. Prioritization Determination of Project Tasks in QFD

Process Using Design structure Matrix. Taiwan: National Yunlin University of Science and Technology.

Wang. 2008. Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design. National Central University, 2008


Dokumen yang terkait

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Pendekatan Concurrent Engineering Tools pada Proses Perancangan Produk dengan Metode Quality Function Deployment dan Design Structure Matrix

17 194 186

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment dan Axiomatic Design

11 63 139

PERANCANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT FOR ENVIRONMENT (QFDE).

0 0 7