commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 2. Pembelajaran bahasa yang utama sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang- orang di lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia
perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini
membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media Depdiknas, 2009: 1.3.
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua
yang dirasakannya kepada orang. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain Gorys
Keraf, 2004: 4. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.
Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa
seseorang. Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam
kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk komunikasi. Siswa bukan sekedar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan
bahasa untuk keperluan komunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan komunikatif.
commit to user
2
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 38 . Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu
fungsi komunikatif. Sesuai dengan pendapat Fulistyo dalam http:www.google.com yang
mengatakan bahwa keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan kurikulum meliputi empat aspek, yaitu 1 keterampilan menyimak, 2
keterampilan berbicara, 3 keterampilan membaca, dan 4 keterampilan menulis. Hal ini menunjukkan bahwa empat aspek tersebut sangat berperan
penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari keempat aspek ini disebutkan salah satunya adalah keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan di berbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis St. Y. Slamet, 2008: 95.
Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil mengorganisasikan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai,
memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2002: 72.
Pengenalan huruf, baik huruf besar maupun huruf kecil diberikan dari kelas I sampai kelas II. Kemudian di kelas III, khusus mengenai ejaan, walaupun
belum tuntas semuanya. Di kelas IV sudah mulai dengan pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan ejaan yang benar, misalnya menulis karangan pola
deskripsi, dan membuat surat pribadi. Di kelas V sudah diajarkan bagaimana
commit to user
3
memilih judul untuk sebuah karangan, memecah judul tersebut menjadi topik- topik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, dilanjutkan dengan
pengembangan paragraf. Di samping itu , juga ada pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk
puisi menjadi prosa. Di kelas VI, perluasan pokok bahasan sebelumnya yang penekanannya pada pengembangan bermacam-macam karangan, seperti: narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya cerita pendek sering kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari
siswa. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka
terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong blank page syndrome tidak
tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.
Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru
hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat
ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai siswa. Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa
membedakan siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima pelajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya
akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam
berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara tepat.
Selain itu juga banyak guru Sekolah Dasar mengalami kesulitan untuk membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan guru dalam
pemilihan model pembelajaran yang diterapkan. Guru di dalam pembelajaran
commit to user
4
masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau metode ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, guru masih berperan aktif
secara penuh dalam proses pembelajaran sedangkan siswa pasif, hanya menerima materi dari guru. Hal tersebut mengakibatkan pengajaran membosankan, karena
siswa hanya disuguhkan materi yang banyak dengan metode ceramah dari guru tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya.. Selain itu dengan
metode ceramah mengakibatkan konsentrasi siswa kurang dan cepat marasa jenuh menjadikan mereka malas menulis. Maka dari itu wajar siswa tidak mampu atau
tidak menyukai pelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek. Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan
menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir semester atau
akhir tahun ajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan
perkembangan keterampilan berbahasa termasuk menulis tidak cukup hanya dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan
di akhir semester. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses penilaian.
Permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Rendahnya keterampilan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dari siswa yaitu tingkat inteligensi peserta didik yang beraneka ragam, sehingga
kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang, dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran
juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas belajar. Tidak ada dukungan belajar dari orang tua, Siswa berasal dari rumah
tangga yang belum mengenal sekolah, sehingga dasar keterampilan menulis belum ada. siswa sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah, selain itu adalah
model pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang tepat bagi siswa selama pembelajaran menulis.
commit to user
5
Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Standar Ketuntasan Belajar Mengajar KKM yang dipakai guru
dalam keterampilan menulis adalah 60. Sedangkan dari daftar nilai yang dipelihatkan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, sebanyak 50 lebih
siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM pada pembelajaran menulis cerita pendek. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada kurang mampu
mengembangkan isi cerita, kebanyakan dari mereka mengulang-ngulang kata atau kalimat yang sama.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Karena pembelajaran
keterampilan menulis khususnya cerita pendek masih kurang maksimal. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di
SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, diketahui bahwa upaya khusus untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek masih belum
banyak dilakukan. Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan
pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui
bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang
pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan. Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar
bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak
nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang
dengan permainan bermain sambil belajar. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal. Oleh karena itu, pengajaran keterampilan menulis siswa harus segera
diperbaiki sehingga tidak terlarut-larut dan menghadirkan masalah baru yang lebih
commit to user
6
rumit. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat penting kehadirannya dalam pelajaran. Joyce dalam Agus Suprijono 2009: 46 mengatakan bahwa
“each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu model pembelajaran juga dijadikan pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial. Dan pencapaian hasil belajar yang optimal
Isjoni, 2008: 146. Hal ini dimaksudkan agar siswa berpartisipasi serta aktif untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peserta didik mudah memahami
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Arends dalam Agus Suprijono 2009: 46 berpendapat bahwa:
“ Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingg peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Inovatif, pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas
belajar yang dilakoninya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta
menghasilkan solusi unik atau suatu problem. Dan menyenangkan, pembelajaran dengan suasana sosio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa
proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya.
commit to user
7
Salah satu model pembelajaran yang menarik bagi anak adalah model pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk
pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan
kreatifitas guru. Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002, serta mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.
Model pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
adalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dan yang menarik bagi siswa agar
siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Langkah-langkah
model pembelajaran
picture and
picture http:kiranawati.wordpress.com20090911model-model-pembelajaran. adalah
sebagai berikut: 1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2.
Guru menyajikan materi sebagai pengantar. 3.
Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi. 4.
Guru menunjuk memanggil siswa secara bergantian memasangkan atau mengurutkan gambar.
5. Guru menanyakan alasandasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep
atau materi. 7.
Kesimpulanrangkuman. Model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk diterapkan
pada anak SD, karena selain menarik model ini juga memiliki banyak keunggulan, yaitu:
1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika
menyampaikan materi pelajaran. 2.
Siswa cepat tanggap atas materi yang diberikan oleh guru. 3.
Siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran melalui gambar
– gambar yang diberikan.
commit to user
8
4. Siswa dapat berfikir aktif dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan
oleh guru. 5.
Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan guru. Dengan berbagai keunggulan yang dimilki oleh model pembelajaran
picture and picture tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan yang
diuraikan di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran
Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011
”.
B. Identifikasi Masalah