commit to user
11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Isjoni 2008: 146 model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di
kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Winataputra dalam Anton Sukarno 2006: 144 mendefinisikan model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar-mengajar.
Kemudian Joyce dalam Triyanto 2007: 5 mendefinisikan model pembelajaran yaitu “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain- lain”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan oleh guru
untuk meningkatkan motivasi siswa, minat belajar serta keterampilan siswa, sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih optimal.
commit to user
12
b. Manfaat Model Pembelajaran
Setiap model harus dipersiapkan dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang
pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar proses belajar mengajar tidak
monoton. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya
model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap
mata pelajaran. Hal ini disebabkan tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran.
Nieveen dalam Triyanto 2009: 8 mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara
lain: Pertama, sahih valid. Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal
yaitu: 1 apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan 2 apakah terdapat konsistensi internal.
Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1 para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat
diterapkan;
2 kenyataan
menunjukkan bahwa
apa yang
dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai
berikut: 1 ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2 secara operasional model
tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam membelajarkan suatu pokok bahasan materi tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Menurut Winataputra 2006: 17 ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2 sifat bahanmateri yang diajarkan, 3 kondisi siswa , 4 ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh
banyak faktor
diantaranya adalah guru. Menurut UUSPN dalam Sutan Zanti Arbi 1992: 130
“Guru ialah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang
commit to user
13
khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasa
r dan jenjang pendidikan tengah”. Tugas guru tidak hanya mengajar, menyampaikan bemacam-macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada
murid, tetapi juga melaksanakan tugas mendidik. Selain itu di dalam melaksanakan tugas mengajar, guru dituntut untuk merencanakan pengajaran
tersebut. Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang
berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberikan keefektivitasan kepada siswa. Menurut Degeng
dalam Sugiyanto 2009:1 mengemukakan bahwa: “ Daya tarik suatu pelajaran pembelajaran ditentukan oleh dua hal,
pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru
adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang
tadinya berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari
lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar
kesajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil”. Setiap model pembelajaran berakar dari pihak pendidik yaitu guru,
dan kegiatan belajar secara pedagodis berakar dari pihak siswa. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar
rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran Sugiyanto, 2009: 4. Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau
fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Menurut Abdul Aziz Wahab 1995: 15 penggunaan model pembelajaran memberikan beberapa manfaat di dalam kegiatan belajar yaitu
antara lain: a.
Mendorong siswa belajar cara-cara belajar dengan baik. Ketika guru memanfaatkan sebuah model untuk mempertajam memori, guru melatih
commit to user
14
siswa berfikir dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sesuatu yang dipelajarinya.
b. Melatih siswa cara-cara berfikir dan belajar dengan teknik-teknik
tertentu, guru seyogyanya memapankan program pembelajaran tertentu dengan seksama yang dikaitkan dengan teknik-teknik pembelajaran yang
telah dikenal siswa sebelumnya. c.
Melatih siswa bernalar secara mandiri. Guru meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada
pembimbingan guru secara total. Setelah siswa terbiasa berfikir kreatif,logis dan sistematis, siswa akan mampu mengembangkan proses
pemecahan masalah yang belum pernah dilatihkan guru. d.
Guru melatihkan strategi berfikir memadukan berbagai keterampilan seperti cara-cara mengamati, sedangkan obervasi tersebut digunakan
dalam hubungan dengan keterampilan-keterampilan yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya menulis cerita kurang disukai siswa. Ketika pembelajaran menulis dimulai mereka tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas
kosong blank page syndrome tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.
Untuk itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah model pembelajaran
picture and picture, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan, memberikan pengalaman dalam proses belajar dengan memfasilitasi siswa
berinteraksi dengan subjek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan berupa aktivitas belajar yang tidak hanya mendengarkan, tetapi
melibatkan potensi yang ada pada siswa, seperti berfikir kreatif, logis dan sistematis. Selain itu, model pembelajaran picture and picture mengunakan
media gambar untuk menarik perhatian dan minat siswa, sehingga motivasi
commit to user
15
serta keaktivan siswa muncul dan keterampilan menulis khususnya cerita pendek akan dikuasai dengan baik oleh siswa.
c. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture