commit to user
23
pemberitahuan kepada penerima pembaca sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai penulis. Dengan kalimat efektif, penulis akan
mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan memahami gagasan penulis dengan jelas pula.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan menulis adalah serangkaian kegiatan yang kompleks yang memerlukan
tahapan-tahapan, dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan.
c. Tahap-Tahap Dalam Menulis
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus
2008: 14 ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi: 1.
Tahap prapenulisan. Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap
mencari,menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang dperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan
baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan
secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.
Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang akan ditemui serta penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil
tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan
atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau gagasan dalam bentuk karangan.
2. Tahap penulisan.
Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan,
commit to user
24
mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk
menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi
yang telah dipilih dan dikumpulkan. Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil
keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di
dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara pembahasannya pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan dan tentu
saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topik, tujuan, corak karangan, dan pembaca karangan.
3. Tahap pascapenulisan. Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram
yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan revisi. Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang
suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah
untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau
penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan revisi atau perbaikan karangan dilakukan.
Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur
karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya. Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti
yang disebabkan oleh kesalahan unsur-unsur mekanik, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan.
Tetapi untuk revisi berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan, contoh atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau
bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan
commit to user
25
selesai. Bila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat biasanya diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan rewrite.
Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membaca keseluruhan karangan;
b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan
apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan; serta
c. Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang
penulis dalam proses tulis menulis. Menurut Amir dan Rukayah 1996: 77 sebelum melaksanakan
pembelajaran menulis guru harus membuat suatu perencanaan terlebih dahulu dengan memperhatikan:
a. Kegiatan belajar menulis harus dimulai dengan kegiatan mendengarkan,
berbicara, dan membaca, sebab siswa SD belum memiliki kemampuan yang mendalam untuk menalar ide atau gagasan secara sendiri-sendiri.
b. Kegiatan pembelajaran menulis harus dimulai dengan latihan-latihan pola
kalimat, mengisi titik-titik, menyelesaikan kalimat atau paragraf, atau menulis bebas.
c. Pembelajaran menulis dapat pula dilatihkan mulai dari mengarang
ataupun paragraf atau menulis bebas. d.
Karangan hendaknya ditulis dengan alasan: 1.
Fungsional, maksudnya pembelajaran menulis tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan mengemukakan ide atau gagasan secara
tertulis dengan ejaan yang benar, tetap juga tulisannya itu harus berguna bagi kehidupan siswa, baik untuk mempelajari bidang studi
lain, maupun bagi kehidupannya di masyarakat kelak. Misalnya menulis surat, menulis undangan, menjelaskan suatu objek dan lain-
lain.
commit to user
26
2. Ekspresif, yaitu untuk mengungkapkan perasaa atau emosi yang
sesuai dengan lingkungan budayanya. Misalnya menulis puisi, prosan dan drama.
3. Pengembangan teknik, yaitu pengembangan keterampilan mulai dar
penulisan judul, cara pengembangan paragraph sampai dengan menulis karangan yang baik seperti menulis cerita dengan ejaan yang
benardan sebagainya. 4.
Pengembangan keterampilan menulis antara lain. a.
Pengembangan tulisan tangan dan cetak. b.
Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf capital, ejaan dan kosa kata.
c. Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa.
d. Pemilihan cara penulisan sesuai dengan tujuuannya.
e. Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri,
memperbaiki dan memeiksa hasil karangan sendiri. f.
Menyusun karangan dan keterampilan mengorganisasikan idea tau gagasan secara efektif, misalnya menulis majalah dinding.
g. Akhirnya siswa harus mempelajari keterampilan menulis untuk
kepentingan sendiri atau bekerja. Dalam hal ini guru harus dapat memberikan dorongan agar siswa gemar mengarang misalnya
menuliskan hal-hal atau kegiatan yang disaksikan, dirasakan maupun dialami sendiri ke buku hariannya.
d. Tujuan Menulis