demikian, untuk mengantisipasi lonjakan pembangunan ditahun-tahun mendatang diharapkan penambahan luasan RTH yang mampu mecukupi kebutuhan
masyarakat pada umumnya dan lingkungan ekologis khususnya.
5.1.3 Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan
Pohon dalam suatu ruang terbuka hijau RTH memiliki kemampuan untuk meyimpan dan menyerap karbon berdasarkan proses fisiologis pohon itu
yaitu proses fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, CO
2
di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh
tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga, dan buah. Proses penimbunan C karbon dalam tubuh tanaman
hidup dinamakan proses sekuestrasi C-sequestration. Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup biomasa pada
suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO
2
di atmosfer yang diserap oleh tanaman Hairiah K dan Rahayu S, 2007.
Kapasitas penyimpanan karbon oleh pohon ditentukan dari fosintesis neto, yaitu selisih karbohidrat yang dihasilkan melalui fotosintesis dikurangi kebutuhan
karbohidrat untuk proses respirasi. Sebagaimana persamaan kimia sebagai berikut: Proses fotosintesis
6 mol CO
2
+ 12 mol H
2
O + 675 Cal → 1 mol C
6
H
12
O
6
+ 6 mol O
2
+ 6 mol H
2
O
264 gr 216 gr 180 gr 192 gr 108 gr
Proses respirasi 1 mol C
6
H
12
O
6
+ 6 mol O
2
→ 6 mol CO
2
+ 6 mol H
2
O + energi
180 gr 192 gr 264 gr 108 gr
Pada persamaan kimia diatas dapat dilihat bahwa karbohidrat yang dihasilkan dari fotosintesis digunakan kembali untuk proses respirasi berdasarkan
hitungan sederhana. Jika dilihat pada persamaan kimia tersebut, secara sederhana dapat dilihat bahwa hasil dari fotosintesis tidak ada yang tersisa, namun pada
kenyataannya dalam fisiologis pohon tidak terjadi seperti itu.
Fotosintesis dihasilkan dari reaksi terang menggunakan cahaya matahari sedangkan respirasi terjadi pada malam hari dengan kebutuhan karbohidrat tidak
sebanyak yang dihasilkan pada siang hari. Oleh karena itu, terdapat selisih antara karbohidrat yang dihasilkan dalam proses fotosintesis dengan karbohidrat yang
dipakai dalam proses respirasi. Selisihnya inilah yang dapat diukur dalam hal kemampuan RTH pohon dalam menyimpan karbon. Untuk daya serap karbon
berdasarkan persamaan kimia diatas didapat dari selisih antara CO
2
yang diserap pada saat proses fotosintesis dikurangi dengan CO
2
yang dihasilkan pada saat proses respirasi. Pada penelitian ini, untuk memudahkan perhitungan manfaat
ekologi dalam hal kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon maka digunakan CITYgreen 5.4.
Tabel 12. Hasil analisis CITYgreen Aspek Statistik dan Manfaat Ekologi pada kelompok site sampel di perumahan
Kelom- pok
Analisis Luas
Area
ha Distribusi Penutupan
Lahan Jumlah
Pohon Manfaat Ekologi
Non-Kanopi Pohon ha
Kanopi Pohon
ha Karbon
Tersimpan kg Daya Serap
karbon kgth
Perumahan BCC
Site A
2,96 1,68
0,12 137
9.000 199,59
Site B
6,45 3,38
0,49 499
38.000 816,47
Site C
3,10 1,79
0,34 210
27.000 544,32
Total
12,51 6,85
0,95 846
74.000 1.560,38
Rata-rata per ha
- 77.320,93
1.643,49
Perumahan Taman Yasmin
Site A
12,19 4,65
0,47 572
38.000 752,99
Site B
15,15 6,60
0,95 896
75.000 1.505,92
Site C
10,28 3,76
1,07 645
88.000 1.660,14
Total
37,62 15,01
2,49 2.113
201.000 3.919,05
Rata-rata per ha
- 80.680,47
1.579,61 Sumber
: Hasil analisis CITYgreen 2010
Berdasarkan hasil analisis CITYgreen pada kelompok site sampel, luas kanopi pohon dapat mempengaruhi besar kapasitas karbon tersimpan dan daya
serap karbon. Semakin luas kanopi pohon maka semakin besar kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbonnya Tabel 12.
Pada Tabel 12, pepohonan pada kelompok site C di perumahan Taman Yasmin dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon sebesar 10-15
mampu menyimpan dan menyerap karbon lebih besar dibandingkan kelompok site A 0-5 dan B 5-10. Hal ini sesuai dengan rumus umum yang digunakan
CITYgreen dimana kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbon berbanding lurus dengan persentase luas penutupan lahan oleh kanopi pohon. Selain itu,
McPherson dan Simpson 1999 juga mengemukakan bahwa jumlah CO
2
yang disimpan pada suatu pohon di sebuah hutan kota dapat dipengaruhi oleh luas
tutupan kanopi pohon. Namun, berbeda halnya di perumahan BCC, pepohonan pada kelompok
site B di perumahan BCC dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon
sebesar 5-10 memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon lebih besar dibandingkan kelompok site A 0-5 dan C 10-15. Padahal, seharusnya
pepohonan pada kelompok site C memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon paling besar dilihat dari persentase penutupan lahan oleh kanopi
pohonnya yang lebih besar dibandingkan site A 0-5 dan B 5-10. Hal ini dikarenakan total luas kanopi pohon ha pada kelompok site B yang memiliki
total luas kanopi pohon lebih besar dibandingkan kelompok site A dan C Tabel 12. Selain luas kanopi pohon, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besar kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbon oleh pohon yaitu diantaranya umur pohon, kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon.
Umur pohon
. Berdasarkan hasil analisis, kapasitas karbon tersimpan pada pohon yang berumur tua lebih besar dibandingkan dengan pohon yang umurnya
masih muda. Semakin tua umur pohon diasumsikan pohon dalam keadaan sehat dan pertumbuhan baik maka akan semakin besar kapasitas karbon tersimpan.
Sebagai contoh kasus pada site B di perumahan BCC Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan hasil analisis pada SB_O4_08 dan SB_Q5_11
Nama Site Luas
Area
Analisis ha
Distribusi Penutupan Lahan ha
Jumlah Pohon
Manfaat Ekologi
Non- Kanopi
Pohon Rumah
Kanopi Pohon
Karbon Tersimpan
ton Daya Serap
Karbon kgtahun
SB_O4_08 0,37
0,25 0,03
27 2
45,36 SB_Q5_11
0,38 0,21
0,03 23
3 54,43
Sumber : Hasil Analisis CITYgreen 2010 Keterangan : SB_O4_08 = site B di blok O4 site ke delapan
SB_Q5_11 = site B di blok Q5 site ke sebelas
Pada Tabel 13, dapat dilihat dengan luas kanopi yang sama dan jumlah pohon yang berbeda, pepohonan pada SB_Q5_11 dengan jumlah 23 pohon
memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon lebih banyak dibandingkan SB_O4_08 dengan jumlah 27 pohon. Padahal, jika dilihat dari
jumlah pohon kedua site tersebut, SB_Q5_11 memiliki jumlah pohon lebih sedikit dibandingkan SB_O4_08. Hal ini dikarenakan perbedaan rata-rata umur pohon di
kedua site tersebut. Berdasarkan hasil inventarisasi, rata-rata umur pepohonan pada SB_Q5_11 memiliki umur pohon yang lebih tua dibandingkan pepohonan
pada SB_O4_08. Oleh karena itu, pepohonan pada SB_Q5_11 memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon lebih banyak dibandingkan
SB_O4_08. Umur pohon dapat berpengaruh terhadap besarnya kapasitas karbon
dikarenakan umur pohon berbanding lurus dengan diameter batang dan tajuk pohon ukuran pohon. Adinugroho 2002 dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa secara umum biomassa pada tiap bagian pohon meningkat secara proporsional dengan semakin besarnya diameter pohon. Oleh karena itu, semakin
bertambah umur pohon maka akan semakin besar diameter batang dan tajuk pohon. Semakin besar diameter batang dan tajuk pohon maka total biomassa
pohon pun akan semakin besar sehingga jumlah karbon tersimpan dan daya serap karbon oleh pohon pun semakin besar.
Pada umumnya, karbon menyusun 45-50 bahan kering dari tanaman. Karbon disimpan dalam tubuh tanaman biomassa berupa daun, batang, ranting,
bunga, dan buah melalui proses fotosintesis. Bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak menyimpan karbon adalah batang. Adinugroho 2002 dalam
penelitiannya menjelaskan mengenai persentase rata-rata biomassa pada tiap bagian pohon mahoni yaitu 73 di batang, 7 di cabang, 5 di tunggak, 3 di
daun, dan 2 di rangting. Jika umur pohon bertambah, maka meningkat pula biomassa pohon tersebut. Oleh karena itu, semakin bertambahnya umur pohon
maka jumlah karbon tersimpan dan daya serap karbon pada suatu pohon pun akan semakin besar.
Namun demikian, kapasitas daya serap karbon oleh suatu pohon akan mengalami penurunan pada umur tertentu. Hal ini disebabkan pertumbuhan pohon
yang telah mencapai optimal. Pohon yang masih muda atau dewasa akan membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon
tua ukuran tanaman optimal untuk masa pertumbuhannya. Sehingga, daya serap karbon oleh pohon akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan pohon
itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh McPherson dan
Simpson 1999, daya serap pohon yang pertumbuhannya cepat akan lebih besar dibandingkan dengan pohon yang pertumbuhannya lambat. Dahlan 2007
mengemukakan bahwa tanggapan tumbuhan terhadap konsentrasi CO
2
oleh tanaman cepat tumbuh akan meningkat sebanyak 54 sedangkaan tanaman
lambat tumbuh sebesar 23.
Kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon
. Berdasarkan hasil inventarisasi dan analisis menggunakan CITYgreen 5.4, kondisi kesehatan dan
pertumbuhan pepohonan yang kurang baik akan berpengaruh terhadap besar karbon tersimpan dan daya serap karbon oleh pohon tersebut. Hasil ini dapat
dilihat pada salah satu contoh kasus yang terdapat pada site B di perumahan BCC Tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan hasil analisis pada SB_L4_03 dan SB_O4_08
Nama Site
Luas Area
Analisis ha
Distribusi Penutupan
Lahan ha Rata-rata
Nilai Kesehatan
Pohon Rata-rata Nilai
Pertumbuhan Pohon
Manfaat Ekologi
Non- Kanopi
Pohon Kanopi
Pohon Daya Serap
Karbon kgtahun
SB_L4_03 0,30
0,16 0,02
3 2
36,29 SB_O4_08
0,37 0,25
0,03 4
3 45,36
Sumber : Hasil Analisis CITYgreen 2010 Keterangan : SB_H_01 = site B di blok H site ke satu
SB_L2L3_02 = site B di blok L2L3 site ke dua Nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon lihat pada Tabel 5
Hasil inventarisasi pada Tabel 14 menunjukkan sebagian besar kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon berdasarkan nilai kesehatan dan pertumbuhan
pohon Tabel 7 pada SB_L4_03 termasuk kedalam klasifikasi sedang sedangkan pada SB_O4_08 sebagian besar pepohonan termasuk kedalam klasifikasi baik.
Pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa SB_L4_03 dan SB_O4_08 memiliki persentase penutupan lahan kanopi pohon yang hampir sama yaitu sekitar ± 0,02
ha dimana SB_L4_03 seluas 0,02 ha dan SB_O4_08 seluas 0,03 ha dengan SB_L4_03 memiliki rata-rata nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon masing-
masing sebesar 3 dan 2 sedang sedangkan SB_O4_08 masing-masing sebesar 4 dan 3 baik.
Berdasarkan hasil analisis CITYgreen, SB_L4_03 memiliki daya serap karbon yang lebih kecil dibandingkan dengan SB_O4_08. Oleh karena itu, selain
persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon, kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon itu sendiri juga dapat berpengaruh terhadap kemampuan
pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon. Seperti yang dikemukakan oleh McPherson dan Simpson 1999 bahwa total jumlah CO
2
yang dapat diserap lebih dari 60 tahun oleh tanaman yang pertumbuhannya lambat dengan kondisi sehat
dan pertumbuhan baik akan lebih besar dibandingkan tanaman cepat tumbuh dengan kondisi pohon yang sakit atau mati dan pertumbuhan kurang baik atau
terhambat. Dilihat dari hasil analisis CITYgreen pada kelompok site sampel di kedua
perumahan, maka dapat diketahui total manfaat ekologi dan ekonomi yang diperoleh kedua perumahan berdasarkan manfaat pohon menyimpan dan
menyerap karbon Tabel 15. Pendugaan nilai manfaat pohon kawasan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Total Karbon Tersimpan Kawasan = Luas RTH pohon kawasan ha x Rata-rata karbon tersimpan kgha site sampel
Total Daya Serap Karbon Kawasan = Luas RTH pohon kawasan ha x Rata-rata daya serap karbon kghatahun site sampel
Sehingga, Total karbon tersimpan di BCC ton = 9,80 ha x 77,32 tonha
= 757,45 ton Total karbon tersimpan di Taman Yasmin ton = 6,82 ha x 80,68 tonha
= 550,03 ton Total daya serap karbon di BCC tontahun = 9,80 ha x 1,64 tonhatahun
= 16,10 tontahun
Total daya serap karbon di Taman Yasmin tontahun = 6,82 ha x 1,58 tonhatahun
= 10,77 tontahun Tabel 15. Pendugaan manfaat ekologi dan ekonomi di perumahan BCC dan
Taman Yasmin
Perumah- an
Luas Kawasan
ha Luas
RTH pohon
Manfaat Ekologi Manfaat
Ekonomi Rupiah
Karbon Tersimpan
ton Daya Serap
karbon tonth BCC
129 9,80 ha
757,45 16,10
34.085.179 Taman
Yasmin 103
6,82 ha 550,03
10,77 24.751.341
Sumber: Analisis CITYgreen 2010 Keterangan: 1 ton karbon tersimpan = 5; 1 = Rp 9.000,00
Pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan Bukit Cimanggu City BCC dengan luas
kawasan ±129 ha, masing-masing adalah sebesar 757,45 ton dan 16,10 tontahun sedangkan perumahan Taman Yasmin dengan luas kawasan ±103 ha sebesar
550,03 ton dan 10,77 tontahun. Berdasarkan hasil tersebut, maka RTH pohon di perumahan BCC mampu memberi kontribusi dalam membersihkan udara dari
CO
2
sebesar 16,10 tontahun sedangkan perumahan Taman Yasmin sebesar 10,77 tontahun.
Peningkatan konsentrasi CO
2
di udara yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas udara yang berdampak pada menurunnya
kualitas lingkungan hidup. Menurunnya kualitas lingkungan dapat menyebabkan berkurangnya tingkat kenyamanan penduduk di dalam kawasan perumahan. Oleh
karena itu, perlu adanya penekanan jumlah CO
2
ke atmosfer. Menurut McPherson dan Simpson 1999, pengurangan konsentrasi CO
2
dari sektor transportasi dapat meningkatan kualitas udara pada suatu wilayah. Selain dari sektor transportasi,
salah satu cara untuk menekan konsentrasi CO
2
dapat dilakukan dengan penambahan luas RTH kanopi pohon dan pemilihan jenis vegetasi yang tepat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, vegetasi yang sebaiknya dipilih untuk penyimpanan dan penyerapan karbon yaitu memiliki luas kanopi pohon yang
besar dengan memperhatikan kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon itu sendiri. Tajuk pohon yang lebar selain memberikan manfaat untuk penyimpanan
dan penyerapan karbon, juga dapat memberikan keteduhan dari naungan tajuk pohon tersebut.
Pada dasarnya, semua jenis pohon memiliki kemampuan dalam menyimpan dan menyerap karbon yang berbeda-beda. Dahlan 2007 dalam
penelitiannya di Kebun Raya Bogor mengemukakan beberapa jenis tanaman yang memiliki daya serap CO
2
, diantaranya secara berturut-turut dari yang tinggi hingga rendah dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Beberapa Jenis pohon yang memiliki daya serap CO
2
No. Nama Jenis
1
Inventarisasi Jenis Pohon pada site
sampel di Perumahan
2
BCC Taman Yasmin
1. Samanea saman -
- 2. Cassia sp.
- -
3. Canangium odoratum -
- 4. Dysoxylum excelsum
- -
5. Ficus benjamina √
√ 6. Fillicium decipiens
√ √
7. Pometia pinnata √
√ 8. Swietenia mahogani
√ √
9. Adenanthera pavonina -
- 10. Cassia grandis
- -
11. Arthocarpus heterophyllus √
√ 12. Annona muricata
√ √
13. Delonix regia -
- 14. Manilkara kauki
√ √
15. Mimusops elengi √
√ 16. Caesalpinia pulcherrima
- -
17. Khaya anthotheca -
- 18. Intsia bijuga
- -
19. Pterocarpus indicus √
√ 20. Pithecelobium dulce
- -
21. Maniltoa grandiflora √
√ 22. Erythrina cristagalli
√ √
23. Nephelium lappaceum √
√ 24. Tamarindus indica
- -
25. Coompasia excels -
-
Sumber:
1
Hasil penelitian Dahlan 2007;
2
Survei lapang 2010 Keterangan:
√ Ada pada site sampel; - Tidak ada pada site sampel
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, di perumahan BCC dan Taman Yasmin telah terdapat 48 dari jumlah pohon yang ada pada tapak site
sampel yang memiliki daya serap CO
2
dilihat dari jenis tanaman yang diteliti Dahlan 2007. Adapun jenis pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.
Untuk tanaman di perumahan dapat dipilih sesuai dengan luas taman rumah, bangunan rumah atau taman-taman yang ada disekitar perumahan.
Menurut Dahlan 2007 dalam Duryatmo 2008 bahwa pohon yang cocok ditanami di pekarangan rumah adalah pohon pendek. Namun, dalam pemilihan
jenis pohon ini dapat dipilih dan disesuaikan dengan fungsi dan tipe taman rumah masing-masing perumahan luas pekarangan.
Selain dari aspek manfaat ekologi, kita juga dapat menghitung nilai manfaat ekonomi dari pepohonan di perumahan. Nilai ekonomi didapat
berdasarkan perhitungan dari jumlah karbon tersimpan pada pohon dikonversikan kedalam nilai rupiah, dimana 1 ton karbon senilai 5,00 atau setara dengan Rp
45.000,00. Jika 1 ton karbon tersimpan bernilai Rp 45.000,00 maka manfaat ekonomi yang diperoleh perumahan BCC dari RTH pohon adalah sebesar Rp
34.085.179,00 sedangkan perumahan Taman Yasmin sebesar Rp 24.751.341,00 Tabel 15.
Nilai ekonomi rupiah yang didapat merupakan gambaran penghematan biaya eksternal yang dapat dikeluarkan masyarakat dan pemerintah akibat adanya
sejumlah CO
2
di udara. Adapun penghematan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat dan pemerintah adalah berupa biaya akibat kerugian atau biaya
tambahan karena adanya sejumlah CO
2
di udara American forest, 2002. Biaya tersebut dapat berupa biaya untuk membayar kesehatan perawatan, rumah sakit,
obat-obatan, dokter, dan sebagainya, biaya pelayanan kenyamanan, dan sebagainya yang dapat ditimbulkan oleh emisi CO
2
dalam jangka waktu satu tahun.
5.1.4 Perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun kedepan dengan simulasi pengembangan luasan kanopi pohon
Tree Growth Model
Tree Growth Model merupakan salah satu program dalam menu
CITYgreen yang dapat memprediksi pertumbuhan kanopi pohon pada masa yang akan datang dengan hasil berupa skenario gambar. CITYgreen dapat menganalisis
perkembangan kanopi pada suatu wilayah hanya sampai 50 tahun yang akan datang. Pada penelitian ini dipilih tahun pertumbuhan yaitu 10 dan 20 tahun yang
akan datang untuk memudahkan perbandingan pada setiap kelipatan tahun tersebut.
Tabel 17. Pendugaan kapasitas karbon tersimpan pada 10 dan 20 tahun yang akan datang berdasarkan kelompok site sampel di perumahan BCC dan
Taman Yasmin
Perumahan Kelompok
Site Eksisting
10 tahun 20 tahun
I II
I II
I II
BCC Site
A 0,12
9.000 0,13
10.000 0,13
11.000 Site
B 0,49
38.000 0,43
41.000 0,44
45.000 Site
C 0,34
27.000 0.36
28.000 0,36
34.000
Rata-rata per ha
- 77.320,93
- 83.349,90
- 93.777,52
Taman Yasmin
Site A
0,47 38.000
0,54 43.000
0,53 50.000
Site B
0,95 75.000
1,24 99.000
1,37 119.000
Site C
1,07 88.000
0,97 87.000
0,98 91.000
Rata-rata per ha
- 80.680,47
- 83.053,02
- 91.352,69
Sumber: Analisis CITYgreen 2010 Keterangan: I Luas kanopi pohon ha; II Jumlah karbon tersimpan kg
Tabel 18. Pendugaan daya serap karbon pada 10 dan 20 tahun yang akan datang berdasarkan kelompok site sampel di perumahan BCC dan Taman
Yasmin
Perumahan Kelompok
Site Eksisting
10 tahun 20 tahun
I II
I II
I II
BCC Site
A 0,12
199,59 0,13
208,66 0,13
172,37 Site
B 0,49
816,47 0,43
789,25 0,44
707,60 Site
C 0,34
544,32 0.36
562,46 0,36
344,72
Rata-rata per ha
- 1.643,49
- 1.667,64
- 1.297,22
Taman Yasmin
Site A
0,47 752,99
0,54 898,13
0,53 762,05
Site B
0,95 1.505,92
1,24 2.023,06
1,37 1.787,18
Site C
1,07 1.660,14
0,97 1.596,67
0,98 1.415,23
Rata-rata per ha -
1.579,61 -
1.646,92 -
1.395,48
Sumber: Analisis CITYgreen 2010 Keterangan: I Luas kanopi pohon ha; II Jumlah daya serap karbon kgtahun
Hasil analisis menggunakan CITYgreen 5.4 pada aspek statistik tapak penutupan lahan oleh non-kanopi pohon rumah memiliki hasil yang sama seperti
analisis pada kondisi eksisting tapak. Namun, untuk penutupan lahan oleh kanopi pohon terjadi perubahan luasan area setiap tahun analisis. Pada Tabel 17 dapat
dilihat secara umum terjadi kenaikan luas kanopi pohon di setiap tahun pertumbuhan. Hanya pada kelompok sampel site B di perumahan BCC
mengalami penurunan luas kanopi pohon pada 10 tahun mendatang dari 0,49 ha menjadi 0,43 ha dan naik kembali menjadi 0,44 ha pada pertumbuhan 20 tahun
mendatang. begitu juga pada kelompok sampel site C di perumahan Taman Yasmin mengalami penurunan luas kanopi pohon pada 10 tahun mendatang dari
1,07 ha menjadi 0,97 ha dan naik kembali menjadi 0,98 ha pada pertumbuhan 20 tahun mendatang.
Perubahan luas kanopi pohon terjadi dikarenakan adanya perluasan tajuk pohon secara horizontal seiring dengan laju pertumbuhannya. Terjadinya
penurunan luas kanopi pohon pada 10 tahun yang akan datang di perumahan BCC dan Taman Yasmin diperkirakan disebabkan oleh adanya pepohonan yang hilang
mati pada tahun perkembangan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus site
SB_R2_14 di perumahan BCC dimana dari hasil analisis menggunakan CITYgreen beberapa pohon pada site tersebut hilang Gambar 28. Pada Gambar
28, dapat dilihat yang berwarna hijau muda merupakan prediksi pertumbuhan pohon eksisting pada 10 tahun kedepan sedangkan yang berwarna kuning
merupakan prediksi pohon yang hilang pada 10 tahun kedepan.
Gambar 28 Tampilan hasil digitasi site SB_R2_14 pada 10 tahun kedepan di perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor.
U
Dibuat Oleh:
Purwanti Lukmanniah
A44062985 Dosen Pembimbing:
Ir. Indung Sitti Fatimah, M. Si
Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor 2011
Judul Gambar: Contoh Tampilan Hasil Digitasi Site
Sampel B pada 10 Tahun kedepan di
Perumahan Bukit Cimanggu City
0 0,01 0,03 miles
Legenda:
Site SB_R2_14
Bangunan rumah Pohon eksisting
Prediksi pohon 10 tahun kedepan
Prediksi pohon yang hilang pada 10 tahun kedepan
Walaupun terjadi perubahan luas kanopi pohon pada 10 tahun dan 20 tahun mendatang tidak menurunkan jumlah karbon tersimpan di kedua perumahan.
Gambar 29 Perbandingan kemampuan pohon dalam menyimpan karbon kg dari hasil analisis site sampel pada perumahan.
Sumber: Analisis CITYgreen, 2010
Pada Gambar 29 dapat dilihat grafik penurunan dan kenaikan kemampuan pohon dalam menyimpan karbon pada masing-masing kelompok site sampel di
kedua perumahan. Hasil analisis menggunakan CITYgreen menunjukkan jumlah
karbon tersimpan kg pada kelompok site sampel di kedua perumahan akan mengalami kenaikkan dalam jangka waktu 10 tahun dan 20 tahun mendatang
Tabel 17. Hanya pada kelompok site sampel C di perumahan BCC yang diprediksi mengalami sedikit penurunan pada 10 tahun mendatang dan naik
kembali pada perkembangan kanopi pohon 20 tahun mendatang.
Gambar 30 Perbandingan kemampuan pohon dalam menyerap karbon kgth dari hasil analisis site sampel pada perumahan.
Sumber: Analisis CITYgreen, 2010
Pada Tabel 18 dan Gambar 30 dapat dilihat bahwa daya serap karbon berdasarkan hasil analisis pada 10 tahun mendatang diprediksi akan mengalami
kenaikan sedangkan pada 20 tahun mendatang akan mengalami penurunan. Hanya kelompok site sampel B di perumahan BCC dan kelompok site sampel C di
perumahan Taman Yasmin yang mengalami penurunan pada perkembangan kanopi pohon 10 tahun mendatang.
Penurunan jumlah karbon tersimpan dan daya serap karbon ini diduga dikarenakan ada beberapa pohon yang sakit atau mati pada perkembangan 10 dan
20 tahun mendatang di kelompok site sampel yang mengalami penurunan tersebut seperti contoh kasus pada SB_R2_14. Seperti sebelumnya telah dijelaskan
bagaimana kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon dapat berpengaruh terhadap kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Tree Growth Model dalam CITYgreen, perubahan luas penutupan lahan oleh kanopi pohon akan berpengaruh
terhadap kapasitas karbon. Semakin luas kanopi pohon, maka semakin besar kapasitas karbonnya. Namun demikian, kondisi kesehatan dan pertumbuhan
pohon juga dapat mempengaruhi besar kapasitas karbon. semakin baik kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon, maka akan semakin besar kapasitas
karbonnya. Penambahan luas penutupan lahan kanopi pohon tentu akan memberikan
dampak positif terhadap lingkungan kawasan dan sekitarnya. Semakin tinggi jumlah karbon yang dapat disimpan dan diserap oleh pohon, maka dampak negatif
yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal ini juga akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kenyamanan kawasan yaitu
meningkatnya kenyamanan di perumahan. Salah satu dampak yang diberikan secara nyata, diantaranya akan menambah kondisi lingkungan lebih nyaman
karena keteduhan yang diberikan oleh kanopi pohon tersebut. Sedangkan secara tidak nyata, dapat meningkatkan kemampuan pohon dalam menyimpan dan
menyerap karbon di udara. Irwan 2005 menyatakan bahwa manfaat dan fungsi pohon salah satunya
adalah sebagai pengatur lingkungan mikro karena vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman, dan segar. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Grey dan Deneke 1987 bahwa pepohonan dapat berfungsi untuk memperbaiki iklim dilihat dari fungsinya sebagai pengontrol
suhu, angina, dan kelembaban. Selain itu juga pepohonan dapat berfungsi untuk memperbaiki fungsi lingkungan dilihat dari fungsi pohon sebagai pengontrol
erosi, polusi udara, jalan, suara, visual, dan cahaya Grey dan Deneke, 1987. Vegetasi sangat berperan dalam mereduksi CO
2
di udara dan menghasilkan O
2
melalui proses fotosintesis. Berkurangnya konsentrasi CO
2
yang berlebihan di udara akan membuat suhu lingkungan menjadi nyaman dikarenakan naiknya
kelembaban udara melalui proses transpirasi dari permukaan daun. Tjasyono 2004 mengemukakan bahwa bayangan dari pepohonan dapat mengurangi suhu
udara sehingga penguapan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu, dilihat dari manfaat dan fungsinya, vegetasi dapat memberikan kenyamanan, keindahan, dan
meningkatkan kualitas hidup. Selain dari aspek manfaat ekologi, kita juga dapat menghitung manfaat
ekonomi dari pepohonan di perumahan. Pada 10 dan 20 tahun mendatang, manfaat ekonomi yang diperoleh di kedua perumahan mengalami kenaikan
Gambar 31 dan 32.
Gambar 31 Garafik nilai ekonomi dari kanopi pohon pada perumahan BCC. .
Hanya pada 10 tahun mendatang di kelompok site C perumahan BCC dan site A perumahan Taman Yasmin yang mengalami penurunan. Hal ini
dipengaruhi oleh besar rata-rata kapasitas karbon tersimpan kgha pada masing- masing kelompok site. Semakin besar kapasitas karbon tersimpan, maka semakin
besar manfaat ekonomi yang diperoleh pada masing-masing kelompok site.
Gambar 32 Garafik nilai ekonomi dari kanopi pohon pada perumahan Taman Yasmin.
Pada dasarnya, dilakukannya perhitungan manfaat ekologi dan ekonomi, dimaksudkan agar pemerintah dan masyarakat dapat lebih menghargai pentingnya
fungsi pohon sebagai penyimpan dan penyerap karbon. Diharapkan dengan diketahuinya keuntungan atau manfaat dari pohon tersebut, dapat meningkatkan
kembali kesadaran serta kepedulian pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat tercipta suatu
lingkungan yang sehat, indah, dan nyaman. Selain dari penghematan biaya eksternal, nilai manfaat ekonomi juga dapat
diperoleh salah satunya yaitu dari peningkatan penjualan rumah di kedua perumahan. Meningkatnya kenyamanan di lingkungan perumahan, akan
mendorong peningkatan permintaan konsumen terhadap kedua perumahan. Pada umumnya, konsumen lebih memilih perumahan yang memiliki tingkat
kenyamanan yang baik dilihat dari kualitas lingkungan di sekitarnya. Konsumen saat ini sudah lebih pintar dalam memilih tempat tinggal. Semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan menjaga kualitas lingkungan hidup di sekitarnya telah
mendorong tingginya permintaan konsumen terhadap perumahan yang memiliki kualitas lingkungan yang baik walaupun harga rumah yang tinggi atau mahal
seperti adanya ruang terbuka hijau RTH di dalam kawasan perumahan. Perumahan BCC dan Taman Yasmin memiliki lanskap perumahan yang
baik dimana tersedia ruang terbuka hijau diantaranya taman rumah sesuai dengan standar nilai KDB dan KDH, jalur hijau, taman kantung yang estetik, lapangan
rumput dan olah raga, dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik dari kedua perumahan, disamping fasilitas lainnya yang terdapat di kedua
perumahan. Saat ini, perumahan BCC dan Taman Yasmin masih terus mengembangkan kawasan perumahan untuk memenuhi permintaan konsumen
akan tempat tinggal di perumahan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya pengembangan tahap dua di perumahan BCC dan pengembangan sektor VII di
perumahan Taman Yasmin. Oleh karena itu, dengan meningkatnya luasan kanopi pohon, baik masyarakat maupun pihak pengelola pemasaran di kedua
perumahan, secara tidak langsung dapat memperoleh keuntungan ekologi dan ekonomi.
5.2 Rekomendasi