commit to user 44
E. Hubungan antara
Body Image
dan Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial
Individu terkadang kurang begitu memperhatikan permasalahan interaksi dan penyesuaian sosial. Terutama pada siswa akselerasi yang
terkesan hanya mementingkan aspek akademis saja, padahal sebagai makhluk sosial, anak cerdas berbakat istimewa juga mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran, sikap, dan juga aktivitas dari anggota masyarakat lainnya
Neihart, 2007. Tawil 2010 menjelaskan bahwa berada dalam kelas akselerasi
menyebabkan anak menjadi jauh dari lingkungan sosial, serta menjadikan siswa akselerasi sebagai suatu kelompok khusus. Kurangnya pergaulan
yang luas dan bervariasi dapat menyebabkan siswa akselerasi merasa sebagai anggota masyarakat dengan tingkatan tersendiri sehingga sulit
melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosial sekitar. Kartika dalam Maghviroh, 2009 menjelaskan hasil penelitiannya dengan judul
”Manajemen Pendidikan Program Akselerasi Studi Kasus di SMP Negeri 2 Semarang” bahwa masalah yang biasa dihadapi oleh siswa akselerasi, di
antaranya adalah masalah dengan teman sebaya, masalah sosial, masalah dengan guru dan orang tua, serta masalah kerja sama, dan perasaan sosial.
Crown 2001 mengungkapkan bahwa siswa berbakat memiliki kesulitan dalam masalah komunikasi dan cenderung memilih kelompok
teman sebaya sebagai tempat berbagi masalah. Baker dkk. 1998
commit to user 45
menyebutkan bahwa lingkungan sosial siswa berbakat termasuk teman sebaya, dapat memberikan pengaruh pada tingkat prestasi siswa berbakat.
Kelekatan dan persahabatan teman sebaya pada sekolah menengah pertama ataupun pada sekolah menengah atas, mampu memberikan pandangan
positif terhadap permasalahan yang dialami oleh siswa berbakat. Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Chen dkk. 2008 yang
mengindikasikan adanya hubungan signifikan antara penerimaan kelompok teman sebaya
dengan hubungan sosial remaja. Penerimaan teman sebaya memberikan dampak positif bagi pencapaian prestasi akademik dan juga
berpengaruh terhadap kompetensi sosial seseorang. Hasil penelitian yang berfokus pada kemampuan sosial
menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas kelompok teman sebaya dengan kemampuan sosialisisasi seseorang. Aktivitas kelompok teman
sebaya misalnya responsivitas, otonomi, kohesivitas, dan juga kelekatan antara individu dengan kelompok teman sebaya Engels dan Rutger, 2002.
Fakta ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Papalia dkk. 2009 bahwa kapasitas untuk membangun kedekatan dan keakraban
dengan kelompok teman sebaya
peer group
berhubungan dengan penyesuaian diri psikologis dan kompetensi sosial. Fotti dkk. 2006
mengungkapkan bahwa kedekatan hubungan dengan teman sebaya
peers
dan penerimaan sosial berpengaruh terhadap penyesuaian psikologis remaja.
commit to user 46
Hasil penelitian Tarrant 2002 menunjukkan bahwa remaja pada usia 14-15 tahun seringkali melakuakan perbandingan sosial dengan orang
lain, khususnya teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan tempat
awal bagi remaja untuk mempelajari proses sosial yang akan digunakan remaja sebagai bekal untuk merealisasikan hubungan sosial dalam
masyarakat di masa depan. Solichatun 2004 menyebutkan bahwa kedekatan remaja yang
tinggi dengan kelompok teman sebaya dan kuatnya frekuensi kontak fisik dan emosional dengan suatu kelompok, biasanya dirasakan remaja sebagai
kondisi yang memberikan rasa aman dalam menjalankan hubungan sosial. Kontak remaja dengan kelompok teman sebaya memungkinkan remaja
memperoleh berbagai informasi dan pengalaman sosial yang dibutuhkan untuk memenuhi kepuasan personal dalam mengembangkan hubungan
sosial dengan orang lain di luar lingkungan keluarga. Remaja awal yaitu berkisar antara usia 12-13 tahun merupakan
masa yang ideal bagi individu untuk belajar membangun hubungan sosial Roseth dkk., 2008. Usia tersebut adalah saat terjadinya perubahan fisik
yang sangat cepat atau sering disebut sebagai masa pubertas. Remaja awal mulai memberikan perhatian lebih terhadap anatomi tubuh, teman sebaya
peers
, serta penerimaan sosial. Santrock 2002 menjelaskan bahwa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan sosial emosional, kognitif, dan biologis. Perubahan sosial emosional meliputi perubahan dalam hubungan
commit to user 47
individu dengan manusia lain, perubahan emosi, serta perubahan peran dalam konteks sosial. Perubahan sosial yang dialami remaja menyebabkan
remaja harus menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan orang dewasa lainnya. Perubahan kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi,
dan bahasa tubuh, sedangkan perubahan biologis mencakup perubahan- perubahan dalam hakikat fisik individu.
Remaja dalam melakukan perbandingan sosial dengan orang lain, khususnya teman sebaya, seringkali melihat dan membandingkan tubuh
yang dimiliki dengan tubuh orang lain Suprapto dan Aditomo, 2007. Menurut Na’imah dan Rahardjo 2008 bahwa pada masa remaja, terutama
masa remaja awal, individu selalu disibukkan dengan tubuh dan penampilan fisik. Individu merasa perlu mengembangkan citra individual
mengenai gambaran tubuh. Citra tubuh atau sering disebut sebagai
body image
merupakan gambaran mental remaja dalam menilai bentuk tubuh dan penampilan fisik yang dimiliki.
Hurlock 2004 mengemukakan bahwa
body image
adalah evaluasi dan persepsi terhadap keadaan fisik individu. Perkembangan biologis pada
remaja terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, berkembangnya otot-otot tubuh, dan sebagainya. Hal tersebut membuat remaja menjadi sensitif
terhadap gambaran fisik dan bentuk tubuh. Moore dan Smolak 2002 menyatakan bahwa
body image
berkaitan erat dengan kesehatan psikis seorang individu.
commit to user 48
Penampilan fisik yang menarik mempunyai arti penting dalam suatu hubungan sosial pada remaja Rice dan Dolgin, 2002. Daya tarik fisik
mempengaruhi perkembangan kepribadian, hubungan sosial, penerimaan teman sebaya, dan juga perilaku sosial seorang remaja. Gerner dan Wilson
2005 mengatakan bahwa penampilan fisik berhubungan dengan tingkat penerimaan teman sebaya, perolehan dukungan sosial, serta keakraban
pertemanan. Papalia dkk. 2009 menjelaskan bahwa remaja yang sedang mengalami perubahan fisik, merasa nyaman saat menjalin hubungan
dengan teman sebaya yang juga sedang mengalami perubahan serupa. Hurlock 2004 mengungkapkan bahwa individu dalam interaksi
dengan teman sebaya mempunyai peluang yang sama untuk dapat mempelajari ketrampilan sosial dan berpartisipasi dalam kelompok,
sehingga akan mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik. Apabila remaja memiliki
body image
positif, remaja akan merasa percaya diri dan mampu melakukan
social adjusment
atau penyesuaian sosial dengan baik. Remaja dengan
body image
negatif, akan selalu merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan cenderung mengalami
social maladjustment
atau permasalahan penyesuaian sosial.
Program akselerasi dibuat bukan untuk membatasi pergaulan dan sosialisasi para siswa, namun dengan adanya pemadatan jadwal pelajaran
dan singkatnya waktu yang diberikan, cenderung mengakibatkan proses sosialisasi dan penyesuaian sosial siswa akselerasi menjadi sangat
berkurang. Terkecuali pada beberapa siswa tertentu yang mampu merespon
commit to user 49
Body image
Kohesivitas kelompok teman sebaya
Penyesuaian sosial tugas dengan baik, sehingga terkadang siswa akselerasi masih memiliki
kesempatan untuk dapat bermain dengan teman-teman sebaya dari kelas reguler Zuhdi, 2006.
Berdasarkan uraian di atas, semakin tinggi
body image
dan kohesivitas
peer group
pada siswa program akselerasi maka akan mempengaruhi bagaimana penyesuaian sosial siswa akselerasi, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Kemampuan mengembangkan
body image
yang positif dan membina hubungan persahabatan yang kohesif dengan kelompok teman sebaya
peer group
akan meningkatkan kemampuan siswa akselerasi dalam melakukan penyesuaian sosial.
F. Kerangka Pikir