Permasalahan pelaku usaha yang sedang mengimplementasikan SNI tetapi diberikan sanksi pidana ini bisa saja diasumsikan dikarenakan oleh pemisahan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia.
1. Pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI Menjadi
Kementerian Perindustrian RI dan Kementerian Perdagangan RI
Pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia menjadi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia adalah berdasarkan Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
Pembentukan kementerian-kementerian ini adalah hak prerogatif Pemerintah dalam hal ini adalah Presiden.
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan yang dulunya digabung, pada tahun 2009 dipisah. Kementerian Perindustrian mengurusi industri-
industri yang ada di Indonesia, sedangkan Kementerian Perdagangan mengurusi setiap perdagangan barang dan jasa. Dalam hal SNI, Kementerian Perindustrian
berwenang untuk mengurusi barang dan jasa yang masih berada di lokasi produksi maupun di luar lokasi produksi tetapi belum berada di pasaran. Sedangkan,
Kementerian Perdagangan berwenang untuk mengawasi seluruh barang dan jasa sesudah sampai di pasaran. Hal ini dibuat untuk membagi kewenangan yang tadinya
digabung. Apabila dilihat contoh penelitian ini yang mengangkat permasalahan hukum
PT. Neo National produk masih berada di pabrik seharusnya yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
kewenangan untuk menegakkan hukum adalah Kementerian Perindustrian. Hal ini dikarenakan produk tersebut belum beredar di pasaran. Sedangkan apabila Kipas
Angin merk “SiJempol” tersebut yang diproduksi oleh PT. Neo National sudah diedarkan di pasaran maka sudah dapat dipastikan yang mengurusi hal tersebut
adalah Kementerian Perdagangan. Fakta hukum yang terjadi adalah Kipas Angin merk “SiJempol” yang masih berada di lokasi pabrik-lah yang dijadikan barang bukti
bukan yang berada di pasaran. Kementerian Perindustrian juga seakan-akan memberikan jalan kepada Kementerian Perdagangan yang mengambil
kewenangannya.
2. Hubungan Kementerian Perindustrian RI dan Kementerian
Perdagangan RI Dalam Pengaturan Standar Nasional Indonesia SNI dan Pengaturan Perlindungan Konsumen
Hubungan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan dalam pengaturan SNI dan pengaturan perlindungan konsumen adalah seharusnya kedua
kementerian tersebut bekerja sama guna menegakkan hukum. Kementerian Perindustrian menegakkan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional, sedangkan Kementerian Perdagangan menegakkan Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Adapun fungsi Kementerian Perdagangan adalah menyelenggarakan
73
a. “Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perdagangan;
:
b. Pengelolaan barang milikkekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perdagangan;
73
Website Resmi Kementerian Perdagangan RI, “Tugas Pokok Menteri Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, www.kemendag.go.idtupoksi_staf_ahli_menteri.,
diakses pada 30 September 2012.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perdagangan;
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Perdagangan di daerah; dan e.
Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional”.
Pengawasan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen berada di bawah kewenangan Kementerian Perdagangan khususnya
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Adapun fungsi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, yaitu
74
a. “Perumusan kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen;
:
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen;
c. Penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standardisasi dan perlindungan konsumen; d.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen;
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen”.
Dalam hal pengawasan barang beredar dan jasa berada di bawah Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen yaitu Direktorat Pengawasan
Barang Beredar dan Jasa. Adapun fungsi Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, yaitu
75
a. “Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk
pertambangan dan aneka industri, pengawasan produk pertanian, kimia dan kehutanan, pengawasan jasa, bimbingan dan operasional Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, dan kerja sama pengawasan barang beredar dan jasa; :
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan produk
pertambangan dan aneka industri, pengawasan produk pertanian, kimia dan kehutanan, pengawasan jasa, bimbingan dan operasional penyidik pegawai
negeri sipil, dan kerja sama pengawasan barang beredar dan jasa;
c. penyiapan penyusunan pedoman, standar, norma, prosedur, dan kriteria di
bidang pengawasan produk pertambangan dan aneka industri, pengawasan
74
Ibid.
75
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
produk pertanian, kimia dan kehutanan, pengawasan jasa, bimbingan dan operasional penyidik pegawai negeri sipil, dan kerja sama pengawasan
barang beredar dan jasa;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
di bidang pengawasan produk pertambangan dan aneka industri, pengawasan produk pertanian, kimia dan kehutanan, pengawasan jasa, bimbingan dan
operasional penyidik pegawai negeri sipil, dan kerja sama pengawasan barang beredar dan jasa; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat”.
Sedangkan tugas pokok Kementerian Perindustrian adalah menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang perindustrian. Adapun tugas
pokok Menteri Perindustrian, antara lain
76
a. “Perumusan kebijakan nasional, keijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis
di bidang perindustrian; :
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
c. Pengelolaan barang milikkekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perindustrian; d.
Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; e.
Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden”.
Jika suatu produk cacat didapat di pasaran,maka konsumen akan melaporkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan di KabupatenKota untuk selanjutnya
diteruskan dalam tingkat penyidikan. Atau konsumen dapat mengadukan hal tersebut kepada Badan Perlindungan Konsumen Nasional. Bilamana pun konsumen
dirugikan maka dapat produsen tersebut dapat digugat di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian
berwenang untuk mengatur dan mengawasi setiap barang dan jasa yang masih berada
76
Website Resmi Kementerian Perindustrian RI, “Tugas Pokok Fungsi”, www.kemenperin.go.idstrukturkemenperin., diakses pada 01 Oktober 2012.
Universitas Sumatera Utara
di pabrik dan Kementerian Perdagangan mengatur dan mengawasi setiap barang yang sudah beredar di pasaran.
Kaitan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasinal dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
apabila ditinjau dari sisi produknya adalah pada saat barang dan jasa tersebut masih berada di lokasi produksi maka yang berwenang adalah Kementerian Perindustrian,
sedangkan apabila barang dan jasa tersebut sudah sampai di pasaran maka yang berlaku adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
di bawah wewenang Kementerian Perdagangan.
3. Pengaturan SNI dan Pengaturan Perlindungan Konsumen Terkait