Perumusan dan Penetapan SNI Penerapan SNI

“SiJempol” memiliki standard nasional atau tidak. Pemberian sertifikasi berdasarkan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional adalah wajib berdasarkan Sistem Standardisasi Nasional dan Pedoman di bidang standardisasi nasional sebagai dasar dan pedoman pelaksanaan yang harus diacu untuk setiap kegiatan standardisasi di Indonesia. Posisi KAN dalam permasalahan hukum yang dihadapi PT. Neo National adalah sebagai lembaga auditor yang melakukan audit kepada BSN. Namun, sampai permasalahan hukum ini selesai pun KAN tidak ada melakukan tindakan apapun terhadap sertifikasi yang telah dikeluarkan oleh BSN kepada PT. Neo National. Selanjutnya mengenai Komite Standar Nasional bertugas hanya memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN tentang standar nasional untuk satuan ukuran. Kepala BSN adalah bertindak juga sebagai Ketua KSN. Oleh karena itu, peran KSN, dalam permasalahan hukum PT. Neo National tidak ada sama sekali. Artinya, Ketua BSN yang bertindak juga sebagai Ketua KSN tidak ada memberikan tanggapan sama sekali. 61

4. Perumusan dan Penetapan SNI

Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, SNI disusun melalui proses perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia dengan dilaksanakan oleh Panitia Teknis melalui konsensus dari semua pihak yang terkait dan diatur lebih lanjut oleh Kepala BSN. Pasal 7 61 Wawancara dengan Sjarifuddin selaku Komisaris PT. Neo National, Medan, 12 Januari 2013. Universitas Sumatera Utara menyebutkan Rancangan Standar Nasional Indonesia ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia oleh Kepala BSN dengan diberikan nomor urut, dan kode bidang standar sesuai Pedoman BSN. Apabila terjadi pengkajian ulang dan revisi SNI maka dilaksanakan oleh Panitia Teknis melalui konsensus dari semua pihak yang terkait Pasal 8. Pada Pasal 9 mengenai Panitia Teknis tersebut, ditetapkan oleh Kepala BSN berdasarkan pedoman yang disepakati oleh BSN bersama instansi teknis. Panitia Teknis dapat berkoordinasi dengan instansi terkait tersebut sesuai dengan kewenangannya. Apabila instansi teknis belum dapat melakukan koordinasi maka BSN dapat berkoordinasi dengan Panitia Teknis dan harus mengacu pada Pedoman Standardisasi Nasional PSN Pasal 9 ayat 3, ayat 4. Dalam rangka perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia, kaji ulang Standar Nasional Indonesia, dan revisi Standar Nasional Indonesia, BSN dan instansi teknis dapat melakukan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Standardisasi Pasal 10. Ketentuan lebih lanjut mengenai Perumusan dan Pengembangan Standardisasi Nasional Indonesia diatur dengan Keputusan Kepala BSN Pasal 11.

5. Penerapan SNI

Dalam Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional mengatur Standar Nasional Indonesia SNI untuk berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia bersifat sukarela agar dapat diterapkan oleh pelaku usaha Pasal 12 ayat 1 dan ayat 2. Dalam hal SNI berkaitan dengan keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan Universitas Sumatera Utara atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI Pasal 12 ayat 3. Pengaturan SNI secara wajib berkaitan dengan keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pimpinan instansi teknis sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing Pasal 12 ayat 4. Penerapan SNI dilakukan melalui kegiatan spesifikasi dan akreditasi Pasal 13. Terhadap barang dan atau jasa, proses, sistem dan personel yang telah memenuhi ketentuanspesifikasi teknis SNI dapat diberikan sertifikat dan atau dibubuhi tanda SNI Pasal 14 ayat 1. Sertifikasi tersebut dilakukan oleh lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan, atau laboratorium yang diakreditasi, diawasi dan dibina oleh Komite Akreditasi Nasional KAN Pasal 14 ayat 2 Jo. Pasal 16 ayat 1 dan ayat 2. Persyaratan dan tata cara pemberian sertifikat dan pembubuhan tanda SNI diatur oleh Ketua Komite Akreditasi Nasional KAN Pasal 14 ayat 4. Biaya akreditasi dibebankan kepada lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan atau laboratorium yang mengajukan permohonan akreditasi Pasal 17 ayat 1. Besarnya biaya akreditasi tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah tersendiri Pasal 17 ayat 2. Pelaku usaha yang menerapkan SNI secara wajib, harus memiliki sertifikat dan atau tanda SNI Pasal 15. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang dan atau jasa, yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan secara wajib. Pelaku usaha yang barang dan atau Universitas Sumatera Utara jasanya telah memperoleh sertifikat produk dan atau SNI dari lembaga sertifikasi produk, dilarang memproduksi dan mengedarkan barang dan atau jasa yang tidak memenuhi SNI Pasal 18. SNI yang diberlakukan secara wajib dikenakan sama, baik terhadap barang dan atau jasa produksi dalam negeri maupun terhadap barang dan atau jasa impor yang pemenuhan standarnya ditunjukkan dengan sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi atau laboratorium yang telah diakreditasi KAN atau lembaga sertifikasi atau laboratorium negara pengekspor yang diakui oleh KAN berdasarkan perjanjian saling pengakuan baik secara bilateral ataupun multilateral. Apabila barang dan atau jasa impor tidak dilengkapi sertifikat, Pimpinan instansi teknis dapat menunjuk salah satu lembaga sertifikasi atau laboratorium baik di dalam maupun di luar negeri yang telah diakreditasi dan atau diakui oleh KAN untuk melakukan sertifikasi terhadap barang dan atau jasa impor dimaksud Pasal 19. Dalam hal pemberlakuan SNI secara wajib dikarenakan keselamatan, kesehatan, dan keamanan masyarakat dinotifikasikan oleh Badan Standardisasi Nasional BSN kepada Organisasi Perdagangan Dunia setelah memperoleh masukan dari instansi teknis yang berwenang dan dilaksanakan paling lambat 2 dua bulan sebelum SNI yang diberlakukan secara wajib berlaku efektif. BSN menjawab pertanyaan yang datang dari luar negeri yang berkaitan dengan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia setelah memperoleh masukan dari instansi teknis yang berwenang Pasal 20. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberlakuan SNI diatur dengan Keputusan Pimpinan instansi teknis yang berwenang Pasal 21. Universitas Sumatera Utara

6. Pembinaan dan Pengawasan