Tujuan Standardisasi Nasional Kelembagaan Standardisasi Nasional

2. Tujuan Standardisasi Nasional

Adapun tujuan dari diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional dapat dilihat pada Pasal 3, yang menyatakan bahwa : “Standardisasi Nasional bertujuan untuk : 1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; 2. Membantu kelancaran perdagangan; 3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan”. Dengan kata lain, tujuan SNI diterapkan, selain untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan demi kelancaran perdagangan juga untuk menghindari konsumen dari produk-produk yang tidak bermutu dan tidak diproses ataupun diproduksi dengan baik sesuai mutu kelayakan suatu produk. Intinya tetap untuk menghindari konsumen dari produk yang tidak baik atau asal jadi. Dengan terjaminnya suatu standard dan mutu produk atau jasa maka masyarakat akan mempercayai produk atau jasa tersebut. Pada akhirnya kepercayaan yang timbul dari masyarakat sebagai konsumen akan memperlancar perdagangan dan meningkatkan volume penjualan. Meningkatnya volume penjualan akan menguntungkan pelaku usaha itu sendiri. SNI juga bertujuan untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan artinya produk yang sudah SNI adalah sudah dapat dipastikan bermutu baik. Mutu yang baik akan membuat para pesaing untuk memproduksi barang yang Universitas Sumatera Utara baik pula. Dengan begitu akan tercipta persaingan usaha yang sehat seperti yang diamanatkan undang-undang.

3. Kelembagaan Standardisasi Nasional

Penyelenggaraan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi kepada pelaku usaha dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional BSN yang diatur dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Pelaksanaan tugas dan fungsi BSN pada bidang akreditasi dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional KAN. KAN bertugas untuk memberikan pertimbangan dan menetapkan akreditasi kepada BSN dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi. Tugas dan fungsi BSN di bidang standar nasional untuk satuan ukuran dilakukan oleh Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran. Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran mempunyai tugas untuk memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN mengenai standar nasional untuk satuan ukuran. BSN, KAN, dan Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran dibentuk dengan Keputusan Presiden. Terkait dengan dasar pembentukan tersebut, maka BSN dibentuk melalui Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Oleh karena itu, BSN adalah sebuah lembaga yang membawahi bidang standardisasi nasional dalam hal akreditasi dan sertifikasi terhadap suatu produk. Dalam sertifikasi SPPT-SNI yang diberikan kepada PT. Neo National adalah dikeluarkan oleh BSN sebagai lembaga penilai apakah Kipas Angin merk Universitas Sumatera Utara “SiJempol” memiliki standard nasional atau tidak. Pemberian sertifikasi berdasarkan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional adalah wajib berdasarkan Sistem Standardisasi Nasional dan Pedoman di bidang standardisasi nasional sebagai dasar dan pedoman pelaksanaan yang harus diacu untuk setiap kegiatan standardisasi di Indonesia. Posisi KAN dalam permasalahan hukum yang dihadapi PT. Neo National adalah sebagai lembaga auditor yang melakukan audit kepada BSN. Namun, sampai permasalahan hukum ini selesai pun KAN tidak ada melakukan tindakan apapun terhadap sertifikasi yang telah dikeluarkan oleh BSN kepada PT. Neo National. Selanjutnya mengenai Komite Standar Nasional bertugas hanya memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN tentang standar nasional untuk satuan ukuran. Kepala BSN adalah bertindak juga sebagai Ketua KSN. Oleh karena itu, peran KSN, dalam permasalahan hukum PT. Neo National tidak ada sama sekali. Artinya, Ketua BSN yang bertindak juga sebagai Ketua KSN tidak ada memberikan tanggapan sama sekali. 61

4. Perumusan dan Penetapan SNI