Penegakan Hukum Pidana Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) Terhadap Industri Elektronik Rumah Tangga Di Sumatera Utara (Studi Pada PT. Neo National)

tentang peradilan umum yang berlaku berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam hal PT. Neo National apabila ada konsumen yang dirugikan berarti produk Kipas Angin merk “SiJempol” tersebut sudah sampai di pasaran maka konsumen yang dirugikan itu dapat menggugatnya di BPSK. Tetapi fakta hukumnya ternyata Kipas Angin merk “SiJempol” tidak pernah dipasarkan sebelum adanya perizinan terkait SNI. Oleh karena itu, konsumen jelas belum bisa menggugatnya karena tidak ada yang dirugikan.

4. Penegakan Hukum Pidana

Dalam hal penerapan sanksi pidana, terbuka peluang untuk menerapkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen berdasarkan Pasal 24 ayat 5 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Jo. Pasal 27 Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, yang menyatakan bahwa : Produsen yang melanggar ketentuan SPPT-SNISPPT-ST wajib maupun sukarela dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Artinya penerapan sanksi pidana dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat dilakukan. Sanksi pidana yang diterapkan tersebut adalah berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Pengaturan sanksi pidana tersebut dapat diterapkan Universitas Sumatera Utara kepada Lembaga Sertifikasi Produk itu sendiri, apabila tidak memenuhi kewajibannya maka Lembaga Sertifikasi Produk yang tidak melaksanakan kewajibannya dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan status penunjukannya sesuai dengan lingkup penunjukan. 129 Apabila lembaga sertifikasi tersebut terkena sanksi pencabutan status penunjukan maka dilarang menerbitkan SPPT-SNISPPT- ST dan harus mengalihkan seluruh SPPT-SNISPPT-ST yang telah diterbitkan kepada Lembaga Sertifikasi Produk yang ditunjuk oleh Menteri untuk itu. 130 Proses pengalihan tersebut dikoordinasikan oleh BPPI dalam jangka waktu 6 enam bulan. 131 Pencabutan penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian LPK setelah dilakukan verifikasi lapangan dan penilaian melalui Tim Panel. 132 LPK adalah lembaga yang melakukan kegiatan dan mempunyai keahlian untuk seluruh proses penilaian kesesuaian baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang telah mendapatkan akreditasi KAN berdasarkan ruang lingkupnya atau akreditasi dari badan akreditasi di luar negeri berdasarkan ruang lingkupnya yang telah memiliki perjanjian saling pengakuan Mutual Recognition Agreement – MRA. 133 Selanjutnya yang diatur dalam penerapan sanksi berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian tersebut adalah pelaku usaha selaku produsen. Produsen yang menerapkan SNI secara sukarela dan telah memiliki SPPT SNI, yang barang dan 129 Pasal 25 ayat 1, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 130 Pasal 25 ayat 2, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 131 Pasal 25 ayat 3, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 132 Pasal 25 ayat 4, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 133 Pasal 1 angka 25, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Universitas Sumatera Utara atau jasanya tidak sesuai dengan persyaratan SNI, dikenakan sanksi administrasi dengan tahapan sebagai berikut : a. “Pembekuan SPPT SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang menerbitkan dan kepada produsen yang bersangkutan diberi waktu selama-lamanya 6 enam bulan untuk memperbaiki barang dan atau jasanya sesuai dengan persyaratan SNI; dan b. Pencabutan SPPT SNI oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang menerbitkan, apabila dalam masa pembekuan selama 6 enam bulan, produsen yang bersangkutan tidak memperbaiki barang dan atau jasanya sesuai dengan persyaratan SNI”. 134 Produsen yang tidak membubuhkan tanda SNI atau tidak mengacu persyaratan SNI dengan tidak membubuhkan tanda SNI terhadap produknya maka dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 135 Pengaturan sanksi pidana di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bagi Produsen adalah Pasal 62, yang menyatakan bahwa : Peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut, kembali lagi kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Oleh karena itu, bagi pelaku usaha dalam hal ini adalah produsen, wajib mempertahankan standard produk atau jasanya terkait dengan SNI. Hal ini dilakukan untuk menghindari sanksi pidana yang dapat diterapkan kepada produsen yang tidak mempertahankan standard produk atau jasanya. 1 “Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 134 Pasal 26, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 135 Pasal 27, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Universitas Sumatera Utara huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat 2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 dua milyar rupiah; 2 Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat 1 huuf d dan huruf f dipidana penjara paling lama 2 dua tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah; 3 Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketenuan pidana yang berlaku”. Ketentuan pidana yang berlaku bagi pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian tersebut dalam Pasal 62 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah jalan bagi penegak hukum perlindungan konsumen untuk menerapkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Bagi produsen atau importir pemilik SPPT SNI wajib dan Sertifikat Spesifikasi Teknis wajib yang berdasarkan hasil surveilan oleh Lembaga Sertifikasi Produk, barang dan atau jasanya tidak sesuai dengan persyaratan SNI wajib atau Spesifikasi Teknis wajib dikenakan sanksi administrasi dengan tahapan sebagai berikut 136 a. “Pembekuan SPPT SNISPPT ST atau Sertifikat Spesifikasi Teknis oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang menerbitkan, dan kepada produsen yang bersangkutan diberi waktu selama-lamanya 3 tiga bulan untuk memperbaiki barang dan atau jasanya sesuai dengan persyaratan SNI; dan : b. Pencabutan SPPT SNISPPT ST atau Sertifikat Spesifikasi Teknis oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang menerbitkan, apabila dalam masa pembekuan selama-lamanya 3 tiga bulan, produsen atau importir yang bersangkutan tidak memperbiki barang dan atau jasanya sesuai dengan persyaratan SNI”. 136 Pasal 28, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Universitas Sumatera Utara Produsen pemilik SPPT SNI secara wajib SPPT ST secara wajib yang berdasarkan hasil pengawasan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Industri secara berkala dan atau secara khusus di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi, barang dan atau jasanya tidak sesuai dengan persyaratan SNI wajib atau Spesifikasi Teknis wajib yang bersangkutan, dikenakan sanksi dengan tahapan sebagai berikut 137 a. “Peringatan tertulis dari Direktorat Jenderal Pembina Industri dan kepada produsen yang bersangkutan diberi waktu selama-lamanya 3 tiga bulan untuk memperbaiki barang dan atau jasanya sesuai dengan persyaratan SNISpesifikasi Teknis; dan : b. Pencabutan Izin Usaha Industri IUI dan SPPT-SNISPPT-ST, apabila dalam masa peringatan tertulis tersebut selama-lamanya 3 tiga bulan, produsen tidak memperbaiki barang atau jasanya sesuai dengan persyaratan SNISpesifikasi Teknis”. Direktur Jenderal Pembina Industri menerbitkan rekomendasi tertulis tentang 138 a. “Pencabutan IUI dan SPPT-SNISPPT-ST atau Sertifikat Spesifikasi Teknis bagi produsen yang tidak memperbaiki barang atau jasanya kepada penerbit IUI; dan : b. Pencabutan SPPT-SNISPPT-ST kepada Lembaga Sertifikasi Produk yang tidak memperbaiki barang atau jasanya kepada Lembaga Sertifikasi Produk penerbit SPPT-SNISPPT-ST”. Pencabutan IUI tersebut dilakukan oleh instansi penerbit IUI, sedangkan pencabutan SPPT-SNISPPT-ST dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang 137 Pasal 29 ayat 1, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 138 Pasal 29 ayat 2, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Universitas Sumatera Utara menerbitkannya. 139 Tetapi dalam hal pencabutan IUI selain Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri berlaku pula Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri. Dalam hal pencabutan, IUI dapat dicabut apabila 140 1. “Perusahaan Industri yang melakukan perluasan tanpa memiliki Izin Perluasan; : 2. Perusahaan Industri yang melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis dari Menteri; 3. Perusahaan Industri yang menimbulkan kerusakan dan pencemaran akibat kegiatan usaha industri terhadap lingkungan hidup melampaui batas baku mutu lingkungan; 4. Perusahaan Industri yang melakukan kegiatan usaha industri tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang diperolehnya; 5. Perusahaan Industri yang tidak menyampaikan informasi industri atau dengan sengaja menyampaikan informasi industri yang tidak benar”. Selanjutnya di dalam Pasal 48 ayat 1 Peraturan Menteri Perindustrian No. 41M-INDPER62008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, IUIIzin PerluasanTDI dicabut, dengan menggunakan Formulir Pi-IX, apabila : a. “IUIIzin PerluasanTDI dikeluarkan berdasarkan keterangandata yang tidak benar atau dipalsukan oleh perusahaan yang bersangkutan; b. Tidak melakukan perbaikan sesuai ketentuan yang berlaku setelah melampaui masa pembekuan selama 6 enam bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Penetapan Pembekuan; c. Selama 1 satu tahun sejak diterbitkan IUIIzin PerluasanTDI tidak beroperasi; d. Perusahaan Industri yang sedang dalam proses penyidikan atau persidangan telah dijatuhi hukuman karena telah terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan Keputusan Badan Peradilan yang berkekuatan hukum tetap; 139 Pasal 29 ayat 3 dan 4, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. 140 Pasal 10, Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri. Universitas Sumatera Utara e. Perusahaan Industri memproduksi dan atau mengedarkan produk yang tidak memenuhi atau tidak sesuai Standar Nasional Indonesia SNI yang diberlakukan secara wajib; atau f. Melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang memuat sanksi pencabutan izin usaha”. Oleh karena itu, apabila produsen tidak menerapkan SNI secara wajib bagi produk yang berkaitan dengan keselamatan, kesehatan, dan keamanan masyarakat serta fungsi lingkungan maka selain dicabutnya sertifikasi SNI-nya juga dicabut Izin Usaha Industri IUI-nya. Sanksi administratif ini diterapkan agar pelaku usaha dalam hal ini produsen, dapat menaati peraturan yang ada dan selalu tunduk kepada peraturan yang berlaku mengenai SNI. Dengan begitu pemerintah melakukan fungsi pengawasannya juga dengan mengeluarkan pengaturan SNI yang pada akhirnya tercipta perlindungan hukum bagi konsumen. Bagi barang impor yang diberlakukan SNISpesifikasi Tekni secara wajib, yang tidak dibuktikan dengan SPPTSPPT-ST, dikenakan sanksi penarikan dan pemusnahan barang dan atau jasa yang bersangkutan. 141 Penarikan dan pemusnahan barang atau jasa tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 142 141 Pasal 31 ayat 1, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Bagi produk yang tidak memenuhi SNI dilakukan penyitaan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil – Perlindungan Konsumen PPNS-PK apabila produk tersebut membahayakan masyarakat, artinya produk tersebut berada di pasaran maka harus tunduk pula kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Pasal 44, KUHAP menyatakan bahwa : 142 Pasal 31 ayat 2, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Universitas Sumatera Utara “Benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara, dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga”. Ketentuan masuknya hukum pidana juga terdapat pada Pasal 32, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, yang menyatakan bahwa : “Produsen yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 10 dengan membubuhkan tanda SNI atau tanda ST pada barang dan atau jasa secara tidak sah, dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan”. 143 Pidana yang dapat diterapkan dalam hal ini adalah pidana yang terdapat pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 143 Pasal 8, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, menyatakan bahwa : “1 Produsen yang memproduksi barang dan atau jasa yang SNI-nya diberlakukan secara wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 wajib memenuhi ketentuan dan menerapkan SNI; 2 Produsen yang memproduksi barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud ayat 1, wajib memiliki SPPT SNI yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk”. Pasal 10, Peraturan Menteri Perindustrian No. 86M-INDPER92009 tentang Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, menyatakan bahwa : “1 Selama belum terdapat SNI, Menteri dapat memberlakukan Spesifikasi Teknis secara wajib atas barang atau jasa yang terkait dengan aspek keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, pertimbangan ekonomis dan atau kepentingan nasional lainnya; 2 Penyusunan, penetapan dan pemberlakuan Spesifikasi Teknis secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan sesuai dengan prinsip dan cara yang berlaku pada ketentuan SNI; 3 Spesifikasi Teknis secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku selama-lamanya 3 tiga tahun; 4 SErtifikasi atas barang dan atau jasa yang dilakukan berdasarkan Spesifikasi Teknis secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai Tanda ST dengan bentuk dan ukuran sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada Lampiran II Peraturan Menteri ini; 5 Apabila telah terdapat SNI atas barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pemberlakuan Spesifikasi Teknis secara wajib atas barang dan atau jasa yang bersangkutan diatur berdasarkan SNI yang telah ditetapkan”. Universitas Sumatera Utara

D. Analisis Kasus Produksi Kipas Angin “SiJempol” Oleh PT. Neo National

1. Kronologis