Arikunto, 2007: 109. Reliabilitas soal uraian ditentukan dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut. Dalam menentukan reliabilitas instrumen, peneliti
menggunakan rumus Alpha.
2 2
1 11
1 1
t
n n
r
Dengan
N N
Y Y
t 2
2 2
dan
N N
X X
i i
i 2
2 2
Keterangan:
11
r = reliabilitas yang dicari
2 i
= jumlah varians skor tiap butir soal
2 t
= varians total n
= banyaknya butir soal N
= banyaknya peserta tes Harga
11
r kemudian dibandingkan dengan harga kritik r product moment dengan
dan taraf signifikan α = 5. Apabila harga
tabel
r r
11
, maka dikatakan instrumen tes reliabel. Kriteria reliabilitas instrument soal Guilford dalam Ruseffendi, 2001: 144 dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai
berikut
Tabel 3.3 Tolak Ukur Reliabilitas Soal Uraian
Batas Reliabilitas Kriteria
Reliabilitas sangat rendah Reliabilitas rendah
Reliabilitas cukup Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sangat tinggi
3.5.2.3 Taraf Kesukaran
diperlukan untuk mengetahui soal tersebut mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar Arikunto, 2009:
207. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index, besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00
Arikunto, 2007: 207. Menurut Arikunto 2007: 207, suatu tes tidak boleh terlalu mudah dan
tidak boleh terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Menurut Arifin 2009: 134 langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung tingkat kesukaran tes bentuk uraian sebagai berikut.
1 Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:
2 Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:
3 Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria tingkat kesukaran berikut:
0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
4 Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan
koefisien tingkat kesukaran dengan kriterianya.
3.5.2.4 Daya Pembeda
Menurut Arikunto 2007: 211 daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi
dengan siswa yang tidak pandai berkemampuan rendah. Semakin tinggi daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan siswa
yang pandai dan yang kurang pandai. Menurut Arifin 2011: 133, untu menguji daya pembeda DP butir soal
dapat digunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1
Menghitung jumlah skor tiap siswa
2
Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil
3 Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah siswa banyak
di atas 30 dapat ditetapkan 27
4 Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok kelompok atas
maupun kelompok bawah
5
Menghitung daya pembeda butir soal dengan rumus: