Tabel 20. EFE Pengembangan Komoditas Agroindustri Perdesaan di
Kabupaten Bengkalis
Weight No
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rating Score
A. Peluang
1 Peluang export dijual ke daerah lain
0,064 3
0,191 2
Potensi pasar 0,081
3 0,242
3 Otonomi daerah
0,070 4
0,282 4
Ketersediaan kredit 0,060
3 0,181
5 Kesempatan bermitra
0,074 2
0,148 6
Pertumbuhan ekonomi 0,067
3 0,201
7 Ketersediaan teknologi
0,084 3
0,252 8
Tingkat keuntungan usaha 0,074
3 0,221
Jumlah 0,574
1,718 B. Ancaman
1 Tingkat inflasi
0,054 2
0,1 07 2
Produk sejenis dari daerah lain 0,074
3 0 ,221
3 Keadaan politik dan keamanan
0,070 3
0 ,211 4
Tingkat suku bunga 0,067
3 0 ,201
5 Fluktuasi harga
0,070 3
0 ,211 6
Standarisasi produkselera konsumen 0,091
3 0 ,272
Jumlah 0,426
0 ,225 T O T A L
1,000 2 ,943
a. Elemen Peluang
Pada elemen kekuatan terdapat delapan faktor strategis, dari delapan faktor tersebut, terdapat 2 faktor sangat menentukan dampaknya
dibandingkan dengan faktor strategis lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan teknologi mempunyai bobot sebesar 0,084 dan potensi pasar
0,081, sedangkan faktor-faktor lain dampaknya menentukan atau penting yaitu kesempatan bermitra, tingkat keuntungan usaha 0,074, otonomi
daerah 0,070, pertumbuhan ekonomi 0,067, peluang ekspor dijual ke daerah lain 0,064 sementara ketersediaan kredit 0,060.
Berdasarkan delapan faktor peluang terdapat 1 faktor yang mempunyai rating 4 yaitu otonomi daerah sedangkan peluang ekspor dijual
ke daerah lain, Potensi pasar, ketersediaan kredit, pertumbuhan ekono mi,
ketersediaan teknologi dan tingkat keuntungan usaha mempunyai rating 3, sementara kesempatan bermitra mempunyai rating 2.
b. Elemen Ancaman
Standarisasi produkselera konsumen mmemiliki bobot 0,091 artinya besar dampaknya dibandingkan dengan faktor-faktor strategis eksternal
lainnya adalah sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu, faktor-faktor tersebut adalah produk
sejenis dari daerah lain 0,074, keadaan politik dan keamanan serta fluktuasi harga mempunyai bobot 0,070, tingkat suku bunga 0,067 dan tingkat inflasi
0,054, semua faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten
Bengkalis. Faktor rating ancaman yang mempunyai nilai rating 3 yaitu tingkat
inflasi, produk sejenis dari daerah lain, keadaan politik dan keamanan, tingkat suku bunga 0,067 dan fluktuasi harga dan standarisasi produkselera
konsumen artinya faktor ancaman tersebut pentingmenentukan kemudian tingkat inflasi mempunyai nilai rating 2 ini sangat berpengaruh terhadap
pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu. Total nilai peluang adalah 1,718, hal ini menunjukkan angka lebih
besar bila dibandingkan dengan total nilai ancaman 0,225, sementara total nilai peluang dan ancaman sebesar 2,943 berarti terhadap peluang dan
ancaman cukup tinggi. Peluang dapat dimanfaatkan dengan sebaik -baiknya dan ancaman dapat dikendalikan dalam upaya pengembangan komoditas
agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis.
6.1.3.3. Matrikss Internal Eksternal
Analisis matrikss I-E digunakan untuk mencari strategi umum grand strategy dalam pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di
Kabupaten Bengkalis.
Gambar 4. Matriks I-E untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan di Kabupaten Bengkalis.
Matrikss IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor total IFE pada sumbu-x dan skor total EFE pada sumbu-y. Berdasarkan perhitungan faktor-faktor
strategis pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis diperoleh total skor IFE sebesar 2,504 dan total skor EFE sebesar 2,943.
Skor total sumbu-x pada matriks IFE pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis berada pada nili 2,0 sampai 2,99,
Internal 2,504
V Eksternal
2,943
ini menunjukkan posisi internal sedang.Untuk sumbu-y pada matriks EFE berada pada
posisi eksternal rata-rata. Dengan demikian posisi pengembangan agroindustri perdesaan Kabupaten Bengkalis berada pada sel V seperti terlihat pada Gambar 3.
Pada Gambar 3, Posisi pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupten Bengkalis termasuk dalam divisi V dengan strategi umum
penetrasi pasar dan peengembangan produk. Dalam posisi pertahankan dan pelihara strategi terbaik untuk dikelola adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui promosi
yang intensif dan didukung oleh komunikasi yang lebih efektif, sedangkan strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan
dengan memperbaiki atau inovasi produk atau jasa yang sudah ada.
6.1.4. Matriks SWOT
Berikutnya setelah melakukan analisis EFI dan EFE Dalam
pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis, maka tahap berikutnya memindahkan mariks EFIEFE ked alam
matriks SWOT. Tujuannya adalah untuk memperoleh alternatif strategi S -O, W- O, S-T, W-T dalam rangka pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu
di Kabupaten Bengkalis. Dari Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 21.
1. Strategi S – O Strength – Opportunities
Strategi S – O berarti menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan memafaatkan peluang yang ada diantaranya Dari hasil analisis yang dilakukan
berupa 1 Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas 2 Melaksanakan
kemitraan antara industri besarmenengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengembangan agroindustri berbasis sagu.
Tabel 21. Alternatif strategi pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis.
Faktor Internal
Faktor Eksternal KEKUATAN S
1. Ketersediaan bahan baku 2. Lembaga pembina
3. Kebijakan pemerintah 4. Kualitas produk
5. Sarana dan prasarana produksi 6. Kemampuan modal usaha
KELEMAHAN W
1. Keterampilan pelaku Agroindustri
2. Pelaksanaan pembinaan 3. Koordinasi antar lembaga
terkait 4. Manajemen usaha
5. Informasi pasar 6. Kemasan produk
7. Pemilihan komoditas yang dihasilkan
PELUANG O
1. Peluang export dijual ke daerah lain
2. Potensi pasar 3. Otonomi daerah
4. Ketersediaan kredit 5. Kesempatan bermitra
6. Pertumbuhan ekonomi 7. Ketersediaan teknologi
8. Tingkat keuntungan usaha
STRATEGI S-O
1. Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan
industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas S1, S2,
S3, S4, S5, S6 dan O1, O2, O3, O4, O7
2. Melaksanakan kemitraan antara industri besarmenengah dengan
agroindustri perdesaan dalam pengem-bangan agroindustri
berbasis sagu S1, S2, S4, S5,S6 dan O1, O2, O5, O7
STRATEGI W-O
1. Pembinaan dan pengembangan usaha agroindutri berbasis sagu secara
terpadu W1, W2, W4, W5, W6, W7 dan O1, O2, O3, O4, O5, O7, O8
2. Memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaatkan peluang perdagangan
antar daerah W2, W3, W5,W6, W7 dan O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7
ANCAMAN T
1. Tingkat inflasi 2. Produk sejenis dari
daerah lain 3. Keadaan politik dan
keamanan 4. Tingkat suku bunga
5. Fluktuasi harga 6. Standarisasi
produkselera konsumen
STRATEGI S- T
1. Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu
S1, S2, S3, S4, dan T2, T5, T6
STRATEGI W- T
1. Pemberdayaan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis sagu W1, W2,
W4, W7, dan T2, T6 2. Meningkatkan intensitas pembinaan
agroindustri perdesaan berbasis sagu melalui perluasan penguasaan faktor
produksi dan pemberian pelatihan serta pemagangan
guna meningkatkan kemampuan usaha W1, W2, W3, dan T1, T2,
T3, T4, T5, T6
Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku berkualitas dilakukan dengan
memanfaatkan ketersediaan bahan baku, lembaga pembina, kebijakan pemerintah, kualitas produk, sarana dan prasarana produksi, kemampuan modal usaha,
peluang expor dijual ke daerah lain, potensi pasar, otonomi daerah, ketersediaan
kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan teknologi dan tingkat keuntungan usaha.
Bentuk kegiatan memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas telah
dilakukan oleh pemerintah, melalui lembaga pembina dari dinas perdagangan dan perindustrian dengan ditetapkannya keputusan daerah yang tertuang didalam kebijakan
pemerintah. Hal ini terkait dengan kualitas produk, membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana produksi untuk menciptakan keterkaitan kegiatan mulai dari hulu
sampai hilir serta memberikan modal usaha pengembangan ekonomi kerakyatan PEK, peluang expor dijual ke daerah lain, potensi pasar, otonomi daerah, ketersediaan
kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan teknologi dan tingkat keuntungan usaha, kegiatan pengembangan dari faktor-faktor strategis merupakan satu
kesatuan sistem dari input proses sampai output.
2. Strategi S – T Strength – Threats
Strategi S – T berarti menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mmengatasi ancaman yang ada dengan cara melakukan strategi penetrasi pasar
dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu. Penetrasi pasar adalah mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk agroindustri berbasis sagu
yang sudah ada atau mengembangkan yang baru . Hal ini dapat dilakukan karena tersedianya bahan baku agroindustri sagu, adanya lembaga pembina seperti Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Investasi, dan adanya dukungan kebijakan pemerintah serta kualitas produk yang baik.
3. Strategi W – O Weakneseses - Opportunities
Strategi W – O adalah untuk meminimalkan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang ada dengan cara melakukan strategi pengembangan dan
pembinaan agroindustri berbasis sagu secara terpadu dan memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaat peluang perdagangan antar daerah. Pembinaan
terpadu dalam pengembangan agroindustri berbasis sagu dalam rangka meminimalkan kelemahan keterampilan pelaku agroindustri yang terbatas serta
koordinasi yang kurang terpadu dengan melakukan perbaikan menejemen usaha untuk menembus pangsa pasar dengan penguatan informasi pasar, memperbaiki
kualitas produk melalui pemilihan komoditas yang akan dihasilkan.
4. Strategi W – T Weakneseses - Threats
Strategi W – T adalah untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki dalam menghadapi ancaman yang ada, dengan cara melakukan strategi pemberdayaan
kelembagaan pelaku agroindustri berbasis sagu dan meningkatkan intensitas agroindustri perdesaan berbasis sagu melalui perluasan penguasaan faktor produksi
dan pemberian pelatihan serta pemagangan guna meningkatkan kemampuan usaha. Pemberdayaan kelembagaan dan meningkatkan intensitas pelaku usaha
agroindustri berbasis sagu diperlukan karena adanya ancaman masuknya produk dari daerah lain dan tuntutan konsumen terhadap mutu produk sehingga nantinya
dengan adannya pembinaan dapat diharapkan produk lokal mampu bersaing. 6.2. Penentuan Alternatif Strategi
Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM adalah salah satu alat untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-
faktor internal dan eksternal dari matriks EFI dan EFE. Dalam pengembangan
agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis, secara teoritis matriks QSPM menentukan daya tarik dari beberapa strategi berdasarkan faktor-
faktor sukses kritis eksternal dan internal. Dari hasil analisis terhadap perhitungan peringkat strategi dengan
menggunakan analisis QSPM dalam pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Hasil Perhitungan Peringkat Strategi Pengembangan Agroindustri Perdesaan d i Kabupaten Bengkalis
No Alternatif Strategi
Skor Peringkat 1 .
Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku
yang berkualitas. 5,760
V 2 .
Melaksanakan kemitraan antara industri besarmenengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengembangan agroindustri
berbasis sagu. 5,730
VII 3 .
Pembinaan dan pengembangan usaha agroindutri berbasis sagu secara terpadu.
5,802 IV
4 . Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis
sagu. 5 ,955
I 5 .
Memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaatkan peluang perdagangan antar daerah.
5 ,930 II
6 . Pemberdayaan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis sagu.
5,755 VI
7 . Meningkatkan intensitas pembinaan agroindustri perdesaan
berbasis sagu melalui perluasan penguasaan faktor produksi
dan pemberian pelatihan serta pemagangan guna meningkatkan kemampuan usaha.
5,805 III
Pada Tabel 22 terlihat bahwa dari hasil strategi penentuan peringkat dengan
menggunakan analisis QSPM diperoleh urutan prioritas pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis adalah
Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu.
terpilih sebagai urutan pertama dengan skor 5,955, sedangkan melaksanakan kemitraan antara industri
besarmenengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengembangan agroindustri berbasis sagu berada pada urutan terakhir dengan skor 5,730.
Pembinaan dan pengembangan usaha agroindutri berbasis sagu secara terpadu
merupakan hal yang sangat perlu untuk dilaksanakan melihat selama ini para pelaku agroindustri masih lemah, terutama agroindustri perdesaan yang berbasis
sagu baik dalam hal keterampilan pelaku agroindustri, pelaksanaan pembinaan, koordinasi antar lembaga terkait, manajemen usaha, kemasan produk untuk itu
diperlukan upaya-upaya yang nyata dari pemerintah daerah dalam memfasilitasi penguatan jaringan informasi pasar.
6.3. Ikhtisar
Faktor-faktor strategi dalam pengembangan agroindustri perdesaan unggulan di Kabupaten Bengkalis , adalah :
1. Faktor Internal a. Kekuatan meliputi : 1 Ketersediaan bahan baku, 2 Lembaga pembina,
3 Kebijak an pemerintah, 4 Kualitas produk, 5 Sarana dan prasarana produksi, dan 6 Kemampuan modal usaha.
b. Kelemahan meliputi :
1 Keterampilan pelaku agroindustri,
2 Pelaksanaan pembinaan, 3 Koordinasi antar lembaga terkait, 4 Manajemen usaha, 5 Informasi pasar, 6 Kemasan produk, dan
7 Pemilihan komoditas yang dihasilkan. Dilihat dari sisi kekuatan ada faktor yang sangat besar dampaknya dan
sangat menentukan dalam pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu adalah ketersediaan bahan baku, Lembaga Pembina, Kebijakan
pemerintah, kualitas produk, sarana dan prasarana produksi sementara pada sisi
kelemahan terdapat faktor yang sangat menentukan antara lain keterampilan pelaku agroindustri, pelaksanaan pembinaan serta kemasan produk, koordinasi
antar lembaga terkait, manajemen usaha informasi pasar, kemasan produk dan pemilihan komoditas yang dihasilkan.
Total nilai kekuatan adalah 1,706, hal ini menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan total nilai kelemahan 0,798, sementara total nilai
kekuatan dan kelemahan sebesar 2,504 berarti kekuatan masih dapat mengatasi kelemahan, namun mengantisipasi kelemahan dengan kekuatan yang ada harus
dicermati dengan sebaik -baiknya. 1. Faktor eksternal antara lain :
a. Peluang meliputi: 1 Peluang ekspor dijual kedaerah lain, 2 Potensi pasar, 3 Otonomi daerah , 4 Ketersediaan keredit 5 Kesempatan
bermitra, 6 Pertumbuhan ekonomi 7 Ketersediaan teknologi, dan 8 T ingkat keuntungan usaha.
b. Ancaman meliputi: 1 Tingkat inflasi, 2 Produk sejenis dari daerah lain, 3 Keadaan politik dan keamanan , 4 Tingkat suku bunga, 5 Fluktuasi
harga, dan 6 Standarisasi produkselera konsumen. Dilihat dari sis i peluang ada 2 besar dampaknya terhadap pengembangan
agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu adalah Potensi pasar 0,081 dan Ketersediaan teknologi 0,084 sementara ancaman hanya 1 yaitu standarisasi
produkselera konsumen 0,091 sedangkan total nilai peluang adalah 1,718, hal ini menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan total nilai ancaman
1,225, sementara total nilai peluang dan ancaman sebesar 2,943 berarti terhadap peluang dan ancaman cukup tinggi. Peluang dapat dimanfaatkan den gan
sebaik -baiknya dan ancaman dapat dikendalikan dalam upaya pengembangan komoditas agroindustri.
Dari hasil analisis terhadap perhitungan peringkat strategi dengan menggunakan analis is QSPM dalam pengembangan agroindustri perdesaan
berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis, alternatif strategi yang terpilih yaitu
Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu
terpilih sebagai urutan pertama dengan skor 5,955.
VII. PERANCANGAN PROGRAM 7.1. Visi Kabupaten Bengkalis
“Menjadikan salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara dengan dukungan industri yang kuat dan sumberdaya manusia yang unggul, guna
mewujudkan masyarakat sejahtera dan makmur tahun 2020”.
7.2. Misi Kabupaten Bengkalis
Guna merealisasikan visi pembangunan Kabupaten Bengkalis , maka misi pembangunan Kabupaten Bengkalis untuk tahun 2001–2005 dapat dinyatakan
sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang menguasai Iptek dan
memiliki Imtaq. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam baik yang ada di daratan
maupun di lautan guna mendukung industri dan perdagangan yang berbasis pada rakyat dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian dan
kesinambungan. 3. Mengembangkan industri dan pertanian secara terpadu.
4. Membangun pusat-pusat pengembangan pemasaran produk, komoditi industri dan pertanian pada jalur-jalur yang strategis.
5. Membuka isolasi daerah dan mengembangkan potensi sumberdaya alam melalui pembangunan infrastruktur.
6. Mengaktualisasikan nilai-nilai budaya melayu guna terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.