Pengertian Agroindustri TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agroindustri

Agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ketahapan pembangunan industri. Sajise 1996 di acu dalam Soekartawi 2001. Jadi setelah pembangunan pertanian, diikuti dengan pembangunan agroindustri kemudian pembangunan industri. Selanjutnya Austin 1992 serta Brown 1994 di acu dalam Soekartawi 2001 mendefinisikan agroindustri sebagai pengolah sumber bahan baku yang bersumber dari tanaman atau hewan. Dengan kata lain pengolahan adalah suatu operasi atau rangkaian operasi terhadap suatu bahan mentah untuk diubah bentuknya dan atau komposisinya. Dengan definisi tersebut terlihat bahwa pelaku agroindustri berada diantara petani yang memproduksi hasil pertanian sebagai bahan baku agroindustri. Untuk lebih rinci, Hicks 1995 mengatakan langkah-langkah dalam agroindustri meliputi: 1 Upaya meningkatkan nilai tambah : 2 Menghasilkan produk yang dapat di pasarkan atau digunakan atau dimakan : 3 Meningkatkan daya simpan, dan 4 Menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Agroindustri merupakan bagian dari agribisnis dan dalam agrib isnis terdapat tiga unsur yaitu Handaka dan Paramawati, 2002: 1. Industri hulu pertanian, yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi input pertanian. Termasuk dalam industri ini adalah industri 7 kimia seperti pupuk, pestisida dan obat-obatan untuk komoditas pertanian, industri perbenihanpembibitan serta industri alat dan mesin pertanian. 2. Budidaya pertanian dalam arti luas, mencakup aspek budidaya atau produksi tanaman pangan, perkebunan, holtikultura, peternakan dan perikanan. Pertanian dimulai dari persiapan seperti pengolahan lahan hingga panen. 3. Industri hilir atau agroindustri, yaitu kegiatan industri pengolahan hasil pertanian menjadi produk olahan, baik produk antara intermediate product maupun produk akhir final product. Dengan berlakunya Undang-undang otonomi daerah, daerah harus semakin memahami potensi daerahnya masing-masing. Artinya, daerah harus menjadi penghasil berbagai komoditas dengan asumsi tiap daaerah membangun agroindustri berdasarkan komoditas yang mempunyai potensi lokal. Diharapkan dengan otonomi daerah, penapsiran Undang -undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 campur tangan pemerintah dalam membentuk kebijakan pusat dan daerah mampu mempengaruhi permintaan pasar, serta harus menjadi acuan dalam menerapkan agroindustri yang mengedepankan budaya mutu. Untuk lebih memperjelas, bagan proses agroindustri dapat dilihat pada Gambar 1 Handaka dan Paramawati, 2002. Kebijakan Pemerintah Pusatdaerah Proses agroindustri: - Penangan segar - Transpormasi bentuk - Proses perlakuan Luaran output: - Produk primer - Produk antara Masukan input: - Komoditas lokal - Teknologi - Sumberdaya manusia Gambar 1. Proses Agroindustri 8

2.2. Pengembangan Agroindustri