Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 2

bergerak siswa juga dituntut untuk aktif berpikir dalam menemukan konsep baru dan menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan dengan teman satu kelompoknya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran SAVI di kelas eksperimen 1 tersebut, siswa sudah terlihat aktif selama pembelajaran melalui pemanipulasian alat peraga, diskusi dan presentasi kelompok sesuai dengan sintakslangkah- langkah pembelajaran yang ada pada RPP. Dengan demikian, model pembelajaran SAVI yang menitikberatkan kepada aktivitas fisik dan berpikir siswa selama pembelajaran berdampak positif dalam pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah- masalah yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Bruner dalam teorinya dimana dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda alat peraga Suherman dkk, 2003: 43.

4.2.2.2 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 2

Berdasarkan uji hipotesis 2 dapat dismpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam aspek kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen 2 yang dikenai pembelajaran REACT mencapai ketuntasan secara individual dan ketuntasan klasikal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin 2013 yang menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran REACT dapat mengembangkan hasil belajar siswa. Tidak jauh berbeda dengan pencapaian hasil belajar siswa kelas eksperimen 1, pencapaian hasil belajar pada kelas eksperimen 2 sudah baik. Hal ini salah satunya dikarenakan sintakslangkah-langkah model pembelajaran REACT. Model pembelajaran REACT juga berkonsentrasi kepada aktivitas siswa selama pembelajaran. Selama pembelajaran siswa diajak untuk menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan contoh-contoh bendapermasalahan yang ada di kehidupan nyata, mencoba menemukan konsep secara mandiri, dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan kontekstual secara mandiri dan kelompok. Pada tahap pertama yaitu Relating, guru mengajak siswa untuk memberikan contoh bendamasalah dalam kehidupan nyata yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Tahap selanjutnya yaitu Experiencing, siswa diberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran dengan menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari dengan memanipulasi alat peraga dan menyelesaikan LKS. Pada tahap ketiga yaitu Applying, guru memberikan soal- soal latihan yang bersifat kontekstual kepada siswa untuk diselesaikan secara mandiri. Pada tahap selanjutnya yaitu Cooperating, siswa dituntut untuk bekerja sama dengan teman-temannya melalui diskusi hasil pekerjaan mereka kemudian menampilkannya di depan kelas. Tahap terakhir yaitu Transferring, guru mengecek pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dengan memberikan kuis kepada siswa. Dan selama proses pembelajaran yang telah berlangsung, aktivitas siswa yang diharapkan pada setiap sintaks model pembelajaran REACT sudah muncul. Berdasarkan sintaks model pembelajaran REACT, model pembelajaran tersebut menitik beratkan kepada aktivitas siswa dan permasalahan-permasalahan kontekstual untuk diberikan kepada siswa. Sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan menjadi lebih optimal dan berakibat pada berkembangnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Bruner dalam teorinya sebagaimana dikutip dalam Suherman dkk 2003: 43. Model pembelajaran SAVI dan REACT merupakan model pembelajaran yang sama-sama menitikberatkan kepada aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung karena keduanya menekankan siswa aktif berpartisipasi selama pembelajaran bukan hanya saat pelatihan dengan soal-soal tetapi juga aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari agar siswa menjadi lebih paham dengan materi yang diajarkan. Keduanya terdapat unsur kooperatif dimana siswa saling berdiskusi, saling bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang diberikan. Dengan demikian siswa yang lebih panda dapat membantu temannya yang masih mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dan membantu memberi pemahaman apabila terdapat temannya yang belum paham dengan materi tersebut. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme yang dinyatakan oleh Vygotsky, seperti yang disampaikan Trianto 2011: 26–27, yakni proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung, dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.

4.2.2.3 Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa antara Kelas