diperoleh nilai t
hitung
= 4,53. Karena t
hitung
= 4,53 1,71 = t
tabel
maka H ditolak
dan H
1
diterima. Artinya, siswa yang dikenai pembelajaran SAVI Somatic, Auditory, Visual, Intellectual telah mencapai ketuntasan belajar individu.
Perhitungan uji t dapat dilihat pada lampiran 49. Uji ketuntasan belajar klasikal
Uji ketuntasan belajar klasikal menggunakan uji proporsi satu pihak. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H :
�
0,80, artinya kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran SAVI Somatic, Auditory, Visual, Intellectual
belum mencapai KKM. H
1
:
�
≥ 0,80, artinya kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran SAVI Somatic, Auditory, Visual, Intellectual
telah mencapai KKM. Kriteria pengujian adalah tolak H
jika � �
0, −�
dimana �
0, −�
didapat dari daftar normal baku dengan peluang 0,5 – α Sudjana, 2005: 234.
Selanjutnya, dari hasil uji proporsi diperoleh nilai z
hitung
= 1,94. Karena z
hitung
= 1,94 1,64 maka H
ditolak dan H
1
diterima. Artinya, siswa yang dikenai pembelajaran SAVI telah mencapai ketuntasan belajar klasikal. Perhitungan uji
proporsi dapat dilihat pada lampiran 49.
4.1.2.4 Uji Hipotesis 2
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi kubus dan balok dengan model pembelajaran REACT
Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring mencapai KKM.
Siswa dikatakan tuntas belajar apabila hasil belajar siswa dalam aspek pemecahan masalah telah mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar secara individual yaitu
80 dan secara klasikal yaitu minimal 80 dari jumlah siswa yang ada pada kelas
tersebut telah tuntas belajar.
Uji ketuntasan belajar individu Uji ketuntasan belajar individu menggunakan uji t, yakni uji kesamaan
rata-rata pihak kanan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H
: � 80, artinya kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran REACT Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, Transferring belum mencapai KKM. H
1
: � ≥ 80, artinya kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran REACT Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, Transferring telah mencapai KKM. Setelah diperoleh nilai t, kemudian dibandingkan dengan t
tabel
dengan peluang 1 – α, dengan taraf signifikan 5 dan dk = n – 1. Kriteria
pengujiannya adalah tolak H jika t
hitung
≥ t
tabel
. Selanjutnya, dari hasil uji t diperoleh nilai t
hitung
= 6,76. Karena t
hitung
= 6,76 1,71 = t
tabel
maka H ditolak
dan H
1
diterima. Artinya, siswa yang dikenai pembelajaran REACT Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring telah mencapai ketuntasan
belajar individu. Perhitungan uji t dapat dilihat pada lampiran 50. Uji ketuntasan belajar klasikal
Uji ketuntasan belajar klasikal menggunakan uji proporsi satu pihak. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H :
�
0,80, artinya kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran REACT Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, Transferring belum mencapai KKM. H
1
:
�
≥ 0,80, artinya kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran REACT Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, Transferring telah mencapai KKM. Kriteria pengujian adalah tolak H
jika � �
0, −�
dimana �
0, −�
didapat dari daftar normal baku dengan peluang 0,5 – α Sudjana, 2005: 234.
Selanjutnya, dari hasil uji proporsi diperoleh nilai z
hitung
= 1,94. Karena z
hitung
= 1,94 1,64 maka H
ditolak dan H
1
diterima. Artinya, siswa yang dikenai pembelajaran REACT Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
Transferring telah mencapai ketuntasan belajar klasikal. Perhitungan uji proporsi dapat dilihat pada lampiran 50.
4.1.2.5 Uji Hipotesis 3