Seni Budaya Seni Teater SMP KK F
127
Langkah awal menata busana fantasi dengan karakter horor adalah menentukan model. Misalnya, untuk menggambarkan sosok kuntilanak, dapat
diplih model longdress, yaitu busana panjang tanpa lekukan pada pinggang. Longdress yang sesuai adalah yang berkesan ringan dengan pilihan bahan
yang “jatuh”. Bahan yang ringan dan “jatuh” akan memberikan kesan melayang. Karakter ini akan dapat menggambarkan karakteristik tokoh.
Berikutnya adalah menentukan warna. Warna putih adalah warna yang ideal, karena warna putih identik dengan sosok tokoh. Selain itu, warna putih akan
menimbulkan kontras jika berada dalam kondisi gelap. Sebaliknya, warna putih akan menimbulkan efek samar ketika berada dalam cahaya terang. Efek
samar mampu menggambarkan sosok yang tidak riil atau tokoh yang berada antara alam nyata dan alam roh.
Busana untuk tokoh kuntilanak tidak membutuhkan motif yang mencolok. Motif berupa bordiran bunga-bunga dengan warna yang senada bisa
diaplikasikan sebagai aksen pada kerung. Terutama jika tokoh kuntilanak ingin ditampilkan sedikit seksi seperti film-film horor yang beredar akhir-akhir
ini. Jika tidak, maka tidak perlu mengaplikasikan motif. Garis yang tepat untuk tokoh ini adalah garis lurus. Garis vertikal lurus
memberi kesan tinggi. Lipitan-lipitan pada bagian dada bisa dibuat dengan orientasi garis lurus. Terutama jika kerung dibuat melingkar atau persegi,
maka membutuhkan garis vertikal lurus untuk membantu kesan melayang. Aksen busana berupa bercak darah atau aksen-aksen lain yang menguatkan
efek seram bisa ditambahkan.
b. Busana Fantasi dengan Karakter Binatang
Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk menata busana fantasi dengan karakter binatang. Pertama adalah teknik imitasi, yaitu teknik meniru
bentuk visual binatang. Kedua adalah teknik selektif, yaitu mengambil unsur- unsur tertentu yang dapat mewakili karakteristik binatang.
Teknik pertama adalah upaya untuk menghadirkan sosok binatang secara utuh. Teknik ini berusaha melakukan imitasi atau tiruan sehingga karakter
Kegiatan Pembelajaran 3
128
binatang dapat dihadirkan secara realistik. Imitasi dilakukan terhadap anatomi dan warna kulit binatang.
Teknik imitasi membutuhkan bahan-bahan pembetuk, seperti spon, vinil, dan latex untuk menghadirkan busana sesuai rancangan. Langkah awal adalah
mempelajari anatomi binatang untuk menciptakan bentuk yang sesuai. Langkah berikutnya adalah proses pembentukan, yaitu mewujudkan desain
secara utuh. Teknik kedua adalah teknik selektif, yaitu mengambil unsur-unsur tertentu
yang dapat mewakili karakteristik binatang. Misalnya, bagian kepala, kulit, ekor, atau anatomi tubuh yang lain. Penataan dengan teknik selektif ini
membutuhkan kecermatan dan ketepatan dalam memilih unsur-unsur yang ditampilkan. Unsur yang diambil bisa lebih dari satu tergantung dari
kemampuan unsur tersebut dalam menggambarkan objek.
4. Menata Busana dalam Produksi Teater
Dalam sebuah produksi teater, seorang penata busana berada dalam wilayah kerja artistik. Seorang penata busana di bawah koordinator seorang sutradara
mewujudkan rancangan tata busana. Seorang penata busa bekerja berdasarkan naskah atau rancangan pementasan teater yang tidak berupa naskah.
a. Analisis Tokoh
Tahap-tahap penting dalam menata busana dalam produksi teater diawali dari analisis tokoh. Analisis tokoh artinya memahami kompleksitas tokoh sehingga
memperoleh gambaran yang utuh tentang busana yang dipakai tokoh. Analisis tokoh dilakukan dengan melihat aspek tiga dimensi tokoh. Tiga
dimensi tokoh meliputi dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis terkait dengan ciri-ciri fisik tokoh. Dimensi psikologis terkait dengan
aspek kejiwaan, emosi, dan temperamental tokoh.
b. Analisis Tubuh Pemeran
Setelah mendapatkan gambaran yang utuh tentang tokoh, maka penting untuk menganalisis tubuh pemeran. Jika tokoh adalah sosok yang tinggi,
tegap, dan gagah, sementara pemeran memiliki tubuh yang kurang tegap,