Menata Busana Karakter Uraian Materi

Kegiatan Pembelajaran 3 128 binatang dapat dihadirkan secara realistik. Imitasi dilakukan terhadap anatomi dan warna kulit binatang. Teknik imitasi membutuhkan bahan-bahan pembetuk, seperti spon, vinil, dan latex untuk menghadirkan busana sesuai rancangan. Langkah awal adalah mempelajari anatomi binatang untuk menciptakan bentuk yang sesuai. Langkah berikutnya adalah proses pembentukan, yaitu mewujudkan desain secara utuh. Teknik kedua adalah teknik selektif, yaitu mengambil unsur-unsur tertentu yang dapat mewakili karakteristik binatang. Misalnya, bagian kepala, kulit, ekor, atau anatomi tubuh yang lain. Penataan dengan teknik selektif ini membutuhkan kecermatan dan ketepatan dalam memilih unsur-unsur yang ditampilkan. Unsur yang diambil bisa lebih dari satu tergantung dari kemampuan unsur tersebut dalam menggambarkan objek.

4. Menata Busana dalam Produksi Teater

Dalam sebuah produksi teater, seorang penata busana berada dalam wilayah kerja artistik. Seorang penata busana di bawah koordinator seorang sutradara mewujudkan rancangan tata busana. Seorang penata busa bekerja berdasarkan naskah atau rancangan pementasan teater yang tidak berupa naskah.

a. Analisis Tokoh

Tahap-tahap penting dalam menata busana dalam produksi teater diawali dari analisis tokoh. Analisis tokoh artinya memahami kompleksitas tokoh sehingga memperoleh gambaran yang utuh tentang busana yang dipakai tokoh. Analisis tokoh dilakukan dengan melihat aspek tiga dimensi tokoh. Tiga dimensi tokoh meliputi dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis terkait dengan ciri-ciri fisik tokoh. Dimensi psikologis terkait dengan aspek kejiwaan, emosi, dan temperamental tokoh.

b. Analisis Tubuh Pemeran

Setelah mendapatkan gambaran yang utuh tentang tokoh, maka penting untuk menganalisis tubuh pemeran. Jika tokoh adalah sosok yang tinggi, tegap, dan gagah, sementara pemeran memiliki tubuh yang kurang tegap, Seni Budaya Seni Teater SMP KK F 129 kurang tinggi, dan kurang gagah, maka busana harus didesain agar pemeran dapat tampil sebagaimana gambaran tokoh. Analisis dapat dimulai dari bentuk tubuh pemeran dan anatomi lain yang berpengaruh terhadap rancangan busana. Misalkan pemeran yang berperan sebagai raja memiliki pundak yang agak turun, maka desain busana harus dapat menyamarkan pundak tersebut. Jika bagian dada pemeran kurang berisi, maka busana harus memperhatikan bagian dada. Jika pemeran kurang tinggi, maka rancangan busana harus banyak menggunakan garis vertikal agar memberi kesan tinggi.

c. Membuat Rancangan

Merancang pada dasarnya adalah membuat rencana dalam bentuk tulisan, sketsa, atau gambar. Rancangan dibuat berdasarkan analisis tokoh dan analisis tubuh pemeran. Rancangan harus jelas dan tidak menimbulkan tafsir ganda, karena rancangan adalah terjemahan gagasan. Dalam menata busana dalam produksi teater, ada lima aspek yang harus terdapat dalam rancangan. Lima aspek tersebut adalah model busana, garis, warna, motif, dan tekstur. Model adalah bentuk busana atau wujud busana. Garis mewujud dalam potongan, seperti potongan leher, potongan belahan depan, potongan lengan, dan sebagainya. Warna merupakan tampilan visual yang berupa pigmen atau pengaruh cahaya yang ditangkap oleh mata. Motif adalah corak atau gambar yang menghias busana. Sedangkan tekstur adalah nilai raba yang terkait kasar dan halus bahan yang dipakai untuk membuat busana.

d. Visualisasi

Visualisasi adalah proses mewujudkan gagasan, baik dengan cara memproduksi busana atau dengan teknik padu padan. Memproduksi busana jika rancangan busana harus dibuat. Memproduksi berarti diawali dari memilih bahan, membuat pola, memotong, menjahit, dan menambah asesoris sesuai rancangan. Berbeda dengan padu padan yang menggunakan busana yang sudah ada dan tinggal memadukan. Padu padan memanfaatkan busana dan asesoris yang sudah jadi. Model, warna, garis, dan tekstur busana.