Seni Budaya Seni Teater SMP KK F
125
tigabelas sentimeter. Sepasang gelang juga menghiasi lengan bagian atas. Pada bagian kepala mengenakan sanggul dengan tusuk sanggul emas
sebagai penghias. Selain itu juga memakai ikat rambut yang dihiasi dengan duri-duri emas.
Sarung dimasukkan badan, kemudian ditarik ke sebelah kiri hingga ketat dengan menyisakan ujung lipatan sarung di sebelah kiri. Kencangkan dengan
cara diikat pada pinggang sebelah kiri. Sisanya biarkan menjuntai ke bawah. Ikatan pada sarung ditutup dengan ikat pinggang emas. Setelah sarung
dipakai dengan sempurna, berikutnya baru mengenakan baju. Apabila sarung yang dipakai tidak terlalu lebar, maka sarung dipakai seperti
biasa dengan cara melilitkan ujung ke kiri dan ke kanan. Sarung dapat juga diikat dengan seutas tali agar tidak mudah lepas. Setelah itu baru memakai
baju. Baju sebelah kiri dikencangkan di atas pinggang dengan peniti atau ditambah hiasan berupa bunga-bunga.
Orang-orang Mandar juga memiliki baju adat yang menyerupai baju bodo. Baju ini dipakai oleh para penari patudu. Tari patudu dibawakan oleh putri-
putri raja. Busananya yang indah menyerupai baju bodo ini memang dipengaruhi oleh kebudayaan Bugis. Baju yang juga dipadukan dengan
sarung ini juga dilengkapi dengan asesoris serupa baju bodo. Teknik menata busana untuk baju ini hampir sama dengan menata baju
bodo. Awalnya sarung dimasukkan ke badan dan dilingkarkan pada badan. Ujung sarung ditarik ke depan dengan menempatkan hiasan di belakang
dengan posisi di tengah-tengah. Di atas hiasan dibuat lipatan kipas.
2. Menata Busana Karakter
Menata busana karakter dapat diawali dengan melakukan identifikasi terhadap tokoh. Identifikasi dilakukan dengan menganalisis aspek tiga dimensi tokoh, yaitu
dimensi fisiologis, dimensi psikologis, dan dimensi sosiologis. Melalui aspek tiga dimensi tokoh akan didapat gambaran yang utuh tentang tokoh. Berikut ini
adalah contoh menata busan untuk tokoh Kakek dan Nenek dalam lakon Kereta Kencana karya Rendra.
Kegiatan Pembelajaran 3
126
Tokoh Kakek dan Nenek digambarkan berusia 200 tahun. Mereka hidup berdampingan dan kini kematian akan menjemput mereka. Manusia berusia 200
tahun tentu memiliki fisik yang sudah rapuh. Sisi lain, masa lalu mereka adalah masa lalu yang penuh kejayaan. Mereka adalah tokoh yang pernah meraih
kejayaan di masa lalu. Digambarkan mereka mengenang tokoh-tokoh penting dalam kehidupananya. Secara sosiologis, tokoh Kakek memiliki tingkat sosial
yang tinggi. Dari aspek psikologis, tokoh Kakek dan Nenek adalah sosok yang kesepian. Mereka suka menghibur diri sendiri dengan kejayaan masa lalu yang
pernah dialami. Busana untuk tokoh Kakek berupa pakaian panjang polos. Warna busana
cenderung ke warna-warna tanah yang kelam. Garis-garis vertikal untuk mengurangi kesan tubuh yang besar. Pilihan pada warna-warna tanah yang
cenderung gelap juga untuk mengurangi kesan tubuh yang besar. Asesoris berupa syal yang dikalungkan mengurangi kesan tubuh yang besar.
Tokoh Nenek juga memakai pakaian yang senada dengan tokoh Kakek. Warna busana untuk Nenek dibuat lebih terang, karena dalam lakon Nenek adalah
tokoh yang lebih optimis. Nenek suka menghibur Kakek. Bahan rajutan yang lembut memberi kesan feminism pada sosok Nenek. Busana Nenek juga
cenderung bersih dan rapi. Hal ini mengindikasikan kelas sosial mereka adalah kelas menengah ke atas.
3. Menata Busana Fantasi
Busana fantasi memiliki beragam karakter. Menata busana fantasi dapat diawali dengan mengenal jenis karakter busana fantasi yang hendak diwujudkan.
Berikutnya adalah menentukan model, warna, garis, motif, dan tekstur busana untuk membentuk karakteristik busana fantasi yang akan diwujudkan.
a. Menata Busana Horor
Busana fantasi dengan karakter horor diwujudkan untuk mendapatkan gambaran yang menyeramkan tentang tokoh. Tujuan utama penciptaan
busana fantasi dengan karakter horor adalah menimbulkan rasa takut pada penonton. Pemilihan model, warna, garis, tekstur, dan asesoris busana sangat
menentukan.