Menambah penghasilan resident ketika ketrampilan yang

di salah satu bank di Indonesia. Sebagaimana penuturan Bapak Heru Zainudin: “Saya saat ini focus pada bidang perbankan, salah satu bank swasta. Jadi awalnya ada yang rekomendasi dari komite wisma yang sebelumnya ada kerjasama dengan pihak bank swasta, dicari dan disaring dari beberapa kandidat dan kemudian saya yang terpilih. Di bank HSBC”. 16 Selain itu ada pula alumni Yayasan Wisma Cheshire yang sudah menjadi pengusaha woodwork rumah boneka beserta furniture, beliau sudah bisa meng-gaji para karyawan yang bekerja dengannya. Sampai saat ini beliau memiliki kurang lebih 12 karyawan, sebagian dari karyawannya merupakan para disabilitas. Sebagaimana penuturan Bapak Sony Suhery, bahwa: “Setelah keluar dari wisma, saya melanjutkan keterampilan ini dan sampai sekarang sudah memiliki karyawan,kurang lebih 11-12 ada. Kalau penghasilan sekarang ga tentu yang penting cukup lah, yang penting ada karyawan kan. Namanya karyawan kan macem-macem penghasilannya pun ga tentu sih, penghasilan mereka juga ada yg perhari Rp. 30.000 yg hanya setengah hari saja. Ada juga yang Rp. 75.000 per hari. Dan beda lagi hitungannya kalau untuk yang lembur”. 17

3. Memiliki kesempatan dan peluang agar dapat hidup mandiri

setelah menjalani kehidupan selama di yayasan. Kelompok disabilitas termasuk pada kategori kelompok lemah khusus dan ketidakberdayaan. 18 Dengan segala keterbatasan yang dideritanya, kelompok disabilitas tercipta sebagai orang yang selalu harus dibantu dan 16 Wawancara Pribadi dengan Mas Heru Zainudin, Jakarta 24 Agustus 2014 17 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sony Suheri, Jakarta 02 September 2014 18 Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h.60 didampingi oleh keluarga ataupun saudaranya. Sulit baginya untuk hidup jauh dari keluarga dan menjalani kehidupan yang mandiri layaknya orang lain, karena ia sadar akan segala hal yang diderita membuatnya harus selalu bergantung pada orang-orang terdekatnya. Seperti penuturan beberapa resident : “Jauh dari saudara itu sangat berat, Musti ada yang membantu, Perlu tempat dan akses untuk beraktifitas, kegiatan agar lebih bebas, dan perlu nyali untuk tinggal diluar jauh dari keluarga. Pas masuk kesini Sempet kaget pas masuk wisma, dan ada rasa takut juga, sementara kondisi fisik belum mampu untuk hal itu dan masih belum kuat.” 19 “Seneng, sedih juga karna kan kalo di wisma jauh dari orang tua, dll.” 20 “Wisma Cheshire membuat kita dan orang tua menilai bahwa kegiatan ini sangat bagus untuk belajar dan memandirikan, karena tidak mungkin juga kita selamanya bergantung pada orang tua, suatu saat pasti aka nada masanya dimana kita harus melakukan sendiri sehingga tidak mungkin untuk bergantung terus. 21 Mengambil keputusan untuk jauh dari keluarga merupaka salah satu usaha yang cukup hebat bagi kelompok disabilitas. Ketika sebelumya mereka selalu dibantu dan didampingi oleh sanak saudaranya, namun dengan tinggal di wisma, mereka dapat belajar untuk tidak selalu bergantung pada orang lain. Di wisma, resident melakukan berbagai kegiatannya dengan sendiri, hal tersebut dilakukan agar mereka terbiasa dan tidak begitu mengandalkan orang lain. Sehingga ketika mereka dituntut untuk hidup jauh dari orang-orang terdekatnya mereka dapat menjalaninya tanpa harus merasa kesulitan. Seperti di jelaskan oleh mas Fendo, bahwa: 19 Wawancara Pribadi dengan Mba Teguh Budi Warni, Jakarta 27 Juni 2014 20 Wawancara Pribadi dengan Mba Maisty Akhdaniah, Jakarta 27 Juni 2014 21 Wawancara Pribadi dengan Mba Echi Pramitasari, Jakarta 27 Juni 2014 “Yayasan Wisma Cheshire merupakan Yayasan yg bergerak dalam bidang pemberdayaan yang memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas khususnya tuna daksa terutama paraplegia, polio, dan amputasi. Memberikan kesempatan dan peluang agar dapat hidup mandiri setelah diberi bekal selama di yayasan. Selain itu yayasan ini lebih fokus pada pemandirian anggota dan memaksimalkan potensi anggota untuk lebih mandiri ”. 22 Seperti halnya penuturan mba Teguh Budi Warni salah satu resident di yayasan bahwa: “Bergabung di wisma karena ingin melatih fisik dan mental agar lebih kuat. Karena selama ini saya tinggal di rumah sebelumnya belum pernah berpisah dengan keluarga, saudara, saya ingin coba bagaimana hidup mandiri jauh dari keluarga, sambil melatih mental. Ada perasaan minder sehingga bergabung agar lebih kuat mental dan fisiknya. ” 23

4. Menumbuhkan sifat berani sehingga dengan keberanianya mampu

menjadikannya bersosialisasi dengan masyarakat lainnya Abberley mengatakan bahwa: “bagi penyandang disabilitas tubuh merupakan tempat penindasan, baik dalam bentuknya maupun dalam apa yang dilakukan terhadap tubuh tersebut”. 24 Tubuh merupakan tampilan yang dapat dilihat secara kasat mata, oleh sebab itu jika tampilan tubuh terlihat berbeda dari keumuman maka masyarakat melihatnya sebagai hal yang dianggap tidak wajar dan aneh. Itu sebabnya mengapa tubuh menjadi factor utama tertindasnya kelompok disabilitas. Bagi kelompok disabilitas, kehidupan sosial dianggap sebagai kehidupan yang kurang sehat, karena menurutnya kehidupan sosial yang ia jalani tidak seperti kehidupan orang lain. Didalam kehidupan sosial mereka 22 Wawancara Pribadi dengan Mas Fendo, Jakarta 16 Mei 2014 23 Wawancara Pribadi dengan Mba Teguh Budi Warni, Jakarta 27 Juni 2014 24 Kusmana, dan Siti Napsiyah, ed., Disabilitas Sebuah Pengantar, Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007, h.31-32