75,86, dan nilai rata-rata kelas sebesar 72,64. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menghentikan pemberian tindakan
pembelajaran dengan menerapkan media pembelajaran multimedia presentasi pada pokok bahasan atom karbon dan senyawa hidrokarbon.
B. Pembahasan Temuan Penelitian
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan yaitu guru kepada siswa.
1
Dalam penyampaian pesan, dapat terjadi kesalahan dalam komunikasi. Maka untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan media sebagai sarana dalam
berkomunikasi sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik. Dalam proses pembelajaran, guru membutuhkan media pembelajaran untuk mempermudah
penyampaian materi kepada siswa. Menurut Daryanto, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan
pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2
Pada penelitian ini, yang menjadi masalah adalah kurangnya pemahaman siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Guru masih menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan media dalam proses pembelajarannya sehingga berdampak pada hasil belajar siswa
yang rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti melaksanakan PTK dengan menggunakan media pembelajaran multimedia presentasi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi atom karbon dan senyawa hidrokarbon.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebanyak dua siklus, penggunaan media pembelajaran multimedia presentasi pada
pembelajaran kimia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
1
Sadiman Arif, Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. 15, h. 11
2
Daryanto, Media Pembelajaran, Bandung: Satu Nusa Studio, 2011, Cet. 1, h. 5
Gambar 4.1 Hasil Siklus I dan Siklus II
Hasil belajar siswa setelah digunakannya media pembelajaran multimedia presentasi dalam pembelajaran kimia pada siklus I masih
tergolong buruk. Ini dapat dilihat dari rata-rata kelas nilai hasil belajar setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar sebesar 65,52, nilai tersebut masih di
bawah batas pencapaian indikator keberhasilan yaitu sebesar 70. Dan dengan jumlah persentase ketuntasan kelas hasil belajar siswa sebesar 31,03 yang
mencapai nilai KKM sebesar 70. Hal tersebut belum mencapai indikator keberhasilan sebesar 75, sehingga belum mencapai batasan indikator
penelitian. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidaktercapaian indikator yang ditetapkan, yaitu:
1. Siswa masih kurang berinteraksi aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. 2. Siswa masih kurang beranian bertanya tentang materi yang belum
dipahami. 3. Siswa belum optimal dalam mengerjakan evaluasi yang guru berikan.
Untuk memperbaiki pengajaran pada siklus II, peneliti berdiskusi dengan observer mengenai data observasi yang diperoleh pada siklus I. Hasil
refleksinya adalah sebagai berikut: 1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk percaya diri dan berani dalam
mengungkapkan pendapatnya serta bertanya kepada guru jika ada materi yang belum dipahami.
10 20
30 40
50 60
70 80
siklus 1 siklus 2
65.52 72.64
31.03 75.86
hasil belajar ketercapaian KKM
2. Memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di depan kelas.
3. Menghidupkan suasana kelas dengan mengajak siswa berdialog dan meningkatkan cara agar siswa dapat mengemukakan pendapatnya.
4. Memberikan teknik evaluasi yang tepat, sehingga semua siswa merasa puas dengan pembelajaran saat itu.
Salah satu peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai motivator. Peranan sebagai motivator ini dianggap penting, karena dapat
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
3
Setelah guru memberikan motivasi di awal pembelajaran pada siklus II, siswa menjadi
lebih bersemangat untuk belajar. Untuk menumbuhkan motivasi siswa, dapat dilakukan dengan memberikan pujian yang wajar kepada siswa. Pemberian
apresiasi kepada siswa yang berhasil akan membuat siswa merasa dihargai dan meningkatkan rasa percaya diri. Karena pada dasarnya, motivasi akan tumbuh
ketika siswa merasa dihargai.
4
Untuk itu, guru memberikan apresiasi kepada siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan kelas dan
hasilnya motivasi siswa dalam belajar meningkat. Siswa dapat belajar dengan baik jika berada dalam suasana yang
menyenangkan, merasa aman, dan bebas dari rasa takut.
5
Dalam hal ini, guru menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa dapat belajar dengan
maksimal. Guru meningkatkan interaksi dengan siswa dalam pembelajaran, dan memberikan selingan permaianan. Hasilnya, siswa mulai terbuka kepada
guru mengenai materi yang kurang jelas, siswa tidak lagi merasa takut untuk bertanya, dan mulai berani untuk mendiskusikan materi yang sudah dipelajari.
Setelah melaksanakan perbaikan pada siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik dari siklus I. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata hasil belajar setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar sebesar 72,64, nilai tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar 70.
3
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. 19, h. 145
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. 5, h. 30
5
Ibid., h. 30
Dan jumlah persentase ketuntasan kelas hasil belajar siswa sebesar 75,86 yang mencapai nilai KKM sebesar 70. Hal tersebut sudah mencapai indikator
keberhasilan sebesar 75, sehingga sudah mencapai batasan indikator penelitian. Karena sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah
ditetapkan, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan media pembelajaran multimedia presentasi dalam pembelajaran kimia dihentikan.
Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II menunjukan bahwa penggunaan media pembelajaran multimedia presentasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dody Bactiar, dkk yang menyatakan penggunaan media power
point dalam pembelajaran kompetensi sistem pengisisan di kelas XI A SMK Texmaco Pemalang dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain peningkatan
hasil belajar, penggunaan power point juga diikuti dengan meningkatnya aktivitas dan kesesuaian mengajar guru dengan RPP.
6
Penerapan media
pembelajaran multimedia
presentasi pada
pembelajaran kimia mendapat respon yang baik dari siswa. Ini dapat dilihat dari angket respon siswa sebagai instrumen dalam mengumpulkan data. Hasil
angket siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.2 Persentase Angket Siswa
6
Dody Bahtiar, dkk., “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan
Mengggunakan Media Power Point dalam Pembelajaran Kompetensi Sistem Pengisian di Kelas XI A SMK Texmaco Pemalang Tahun pelajaran 20092010
”, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Vol.9 No.2, 2009, hal. 80
72.00 73.00
74.00 75.00
76.00 77.00
78.00 79.00
80.00 81.00
siklus 1 siklus 2
75.19 80.17
Nilai persentase angket siswa pada siklus I sebesar 75,19 dengan kategori baik, meningkat pada siklus II sebesar 80,17 dengan kategori baik.
Hal ini menunjukan bahwa penggunaaan multimedia presentasi diterima dengan baik sebagai alat bantu untuk mempermudah pemahaman siswa dalam
mempelajari materi kimia. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa di SMA Negeri 10
Palembang, menyatakan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk memperhatikan materi pelajaran
yang disajikan.
7
Salah satu tantangan globalisasi yang harus dihadapi guru secara profesional adalah guru harus bisa menguasai produk iptek dengan baik,
terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran.
8
Penyampaian materi dengan menggunakan multimedia sangat membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
di kelas. Penggunaan multimedia presentasi membantu guru dalam menyampaikan materi dengan mudah, memfokuskan perhatian siswa sehingga
siswa lebih berkonsentrasi dalam belajar, dan dapat mempersingkat waktu penyampaian materi karena adanya media yang membantu siswa lebih cepat
memahami materi yang disampikan. Selain itu, multimedia presentasi juga membantu siswa dalam belajar, karena pembelajaran dengan menggunakan
multimedia presentasi menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi aktif bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan
meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang disampaikan. Ini sejalan dengan kelebihan dari multimedia itu sendiri yaitu untuk menarik
indera dan menarik minat siswa, karena multimedia merupakan gabungan dari pandangan, suara, dan gerakan.
9
7
Desi, Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 10 Palembang, tersedia:
http:kntia.unsri.ac.id diakses: 20
April 2013
8
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Rajawali Perss, 2011 Cet. 7, h. 38
9
Suyanto, Multimedia Alat Untuk Menungkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Andi, 2003, h. 23
Dalam pembelajaran, multimedia presentasi berfungsi sebagai alat untuk membantu siswa dalam memahami materi, meningkatkan minat dan
motivasi belajar, menghilangkan kebosanan dan kejenuhan ketika belajar, dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Untuk itu, penggunaan
multimedia pembelajaran sebagai usaha pengembangan serta perbaikan yang dilaksanakan tim peneliti sangat layak untuk dikembangkan terutama
ditujukan kepada lembagainstitusi pendidikan yang mendominasi penerapan dibandingkan teoritis.
10
10
Leonardo Sitorus Radearni Sinaga, “Penggunaan Multimedia Pengajaran Untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Pengajaran Ikatan Ion ”, Jurnal Pendidikan
Kimia, Universitas Negeri Medan, 2010, vol. 2, h. 13
77
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Jasinga, penerapan media pembelajaran multimedia presentasi
pada materi atom karbon dan senyawa hidrokarbon dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata tes hasil belajar siswa
pada siklus I sebesar 65,52 dengan jumlah ketuntasan kelas sebesar 31,03. Kemudian nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 72,64 dengan
jumlah ketuntasan kelas sebesar 75,86 pada siklus II. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa penerapan media pembelajaran multimedia
presentasi dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa khususnya pada materi atom karbon dan senyawa hidrokarbon.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan:
1. Penggunaan media
pembelajaran multimedia
presentasi dalam
pembelajaran kimia, khususnya untuk mempermudah pemahaman siswa dalam mempelajari materi atom karbon dan senyawa hidrokarbon dapat
dipertimbangkan oleh guru. 2. Agar penerapan media pembelajaran multimedia presentasi maksimal,
sebaiknya guru memperhatikan karakteristik siswa dan materi pembelajarannya.
3. Guru diharapkan melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan
sehingga menjadi guru yang profesional.