Namun, untuk menambah pemahaman para pramudi tentang sistem pengawasan penerapan SOP perusahaan sebaiknya perusahaan
lebih mensosialisasikan sistem pengawasan yang ada dan lebih meningkatkan pengawasn, sehingga para pramudi dapat lebih memahami
karena masih terdapapt pramudi yang merasa bahwa pengawasan perusahaan dirasa masih kurang dan masih terdapat pramudi yang
melakukan pelanggaran.
6.4.2 SOP Perusahaan
Standar Operating Procedure SOP merupakan suatu rangkaian instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan atau proses rutin
yang terdapat pada suatu perusahaan. SOP berisi apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus melakukansuatu proses yang akan
dilakukan atau diikuti oleh setiap anggota dalam perusahaan Mayanda, 2009.
SOP yang ada di PT Trans Batavia berdasarkan wawancara kepada manajemen terdapat dua jenis yaitu SOP yang dibuat oleh BLU
Transjakarta dan SOP yang dibuat oleh PT Trans Batavia sendiri. Adapun perbedaan SOP tersebut yaitu lebih kepada aspek standar umum yang
harus diterapkan di perusahaan. Sedangkan SOP yang dibuat oleh PT Trans Batavia sendiri bersifat lebih rinci tentang penerapannya di
lapangan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masih terdapat
peralatan-peralatan keselamatan yang belum sesuai dengan SOP yang
ada, selain itu menurut hasil wawancara juga diketahui masih terdapat pramudi yang terkadang melakukan pelanggaran. Sehingga Secara umum
penerapan SOP dilapangan masih perlu pengawasan yang lebih, terutama pengawasan kepada peralatan Bus, dikarenakan kondisi bus juga
merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap kecelakaan.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gybson, 1996 yang menyebutkan bahwa faktor manajemen dalam hal ini peraturan yang
dibuat oleh manajemen merupakan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap perilaku kerja pekerja, oleh sebab itu untuk
memastikan bahwa standar yang telah dibuat telah terlaksana maka perlu diiringi dengan pengawasan yang maksimal dalam perusahaan.
Dalam hal ini, pengawasan yang dilakukan oleh manajemen baik itu dari pihak PT Trans Batavia maupun Blu Transjakarta, agar dapat
mengurang pelanggaran-pelanggaran yang terkadang masih dilakukan oleh para pramudi.
6.4.3 Pelatihan
Pelatihan merupakan
pembinaan yang
dilakukan untuk
memproses seorang pekerja agar berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan sebelumnya Ramli, 2010. Pelatihan dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku sehingga pelatihan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
pekerja.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa pihak perusahaan PT Trans Batavia tidak pernah mengadakan pelatihan khusus
kepada seluruh pramudi. Namun, Pihak perusahaan hanya mengirim beberapa pramudi setiap tahun sekali untuk mewakili pelatihan yang
diselenggarakan oleh ditlantas yang bertempat di serpong. Pemahaman atau budaya mengenai keselamatan berkendara dan
kepatuhan terhadap pelaksanaan peraturan tidak selalu datang dari dalam diri individu, namun harus dibentuk melalui sebuah pelatihan dan
pembinaan Ramli, 2010. Kembali kepada tujuan daripada diadakannya pelatihan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, maka akan lebih baik apabila pihak manajemen berupaya untuk melakukan pembinaan kepada
para pramudi tidak hanya perwakilan namun keseluruhan pramudi. Pramudi mengakui bahwa sering mendapat pengarahan dari manajemen
apabila melakukan pelanggaran namun secara khusus pelatihan tidak pernah diselenggarakan oleh perusahaan.
Meskipun pihak perusahaan telah bekerja sama dengan pihak ditlantas untuk mengirim perwakilan dari pramudi mengikuti pelatihan,
namun, Sebaiknya perusahaan tetap mengadakan pelatihan kepada pramudi dengan menyesuaikan kebutuhan, sesuai dengan penelitian
Salinding, 2011 bahwa pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, adapun untuk melihat kebutuhan pelatihan dapat dilakukan
dengan melihat data kejadian kecelakaan yang ada di perusahaan, karena
menurut teori yang dikemukakan Ramli, 2010 informasi kejadian kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting dalam
merancang sebuah pelatihan keselamatan. Menurut Bird dan Germain 1990, pelatihan yang sesuai akan
menyebabkan kinerja lebih efisien dan akan dapat mengurangi angka
kejadian kecelakaan. Selain itu, hasil dari sebuah pelatihan juga dapat
digunakan untuk meningkatkan efektifitas penerapan SOP, dimana sebelumnya harus dievaluasi untuk menentukan efektifitasnya, adapun
evaluasi dari proses pelatihan kepada pekerja dapat digunakan untuk melakukan perbaikan masalah terutama masalah penyebab kecelakaan
agar dapat ditemukan solusi penanganannya. Secara umum proses pelatihan yang dilakukan perusahaan bersifat
pelatihan eksternal, yaitu dengan mengirim perwakilan pramudi untuk melakukan pelatihan, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Salinding, 2011 terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan produktivitas pekerja, sehingga perlu dilakukan pelatihan khusus
kepada pramudi terutama bagi pramudi yang baru agar dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pramudi.
6.4.4 Shift Kerja