13
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Taman Bacaan Masyarakat
1. Definisi Taman Bacaan Masyarakat
Menelusuri asal-muasal kata Taman Bacaan, pertama kali digunakan untuk
peminjaman buku perpustakaan yang dikelola oleh orang cina peranakan pada akhir abad ke-19 di Batavia. Dengan membahas awal dimulainya suatu sastra
nasional Indonesia dalam bahasa yang nanti menjadi bahasa nasional, yang tidak
dapat dipisahkan dari pendirian Balai Pustaka dan perpustakaan umum pertama,
bahwa bahasa Indonesia memperoleh suatu posisi yang kuat sebagai bahasa nasional. Sepanjang abad ke-20 perpustakaan yang dapat dikunjungi oleh
masyarakat umum dan Taman Bacaan terus berkembang, hingga perpustakaan
yang dikunjungi masyarakat umum muncul kembali setelah periode kemerdekaan
dengan usaha Sukarno untuk menjalankan ribuan perpustakaan-perpustakaan
desa.
Ada tiga reinkarnasi yang jelas berbeda di era modern sekarang ini, yang dapat ditelusuri kembali ke era persewaan buku Taman Bacaan, yang dimulai di
Batavia pada akhir abad ke-19. Satu hal yang tidak banyak berubah, dan terus ada hingga saat ini adalah kios-kios kecil yang menyewakan buku dan komik. Yang
kedua adalah persewaan buku yang dikombinasikan dengan suasana kafe, untuk menarik minat kelas menengah yang tengah tumbuh berkembang di Indonesia.
Reinkarnasi yang ketiga, yang difokuskan di sini adalah pendirian perpustakaan- perpustakaan umum skala besar berdasarkan kesukarelaan, merupakan suatu
upaya singkat di era Orde Baru Suharto dengan mendirikan Taman Bacaan
Masyarakat TBM di desa-desa pada tahun 1990-an, dan pada akhirnya berubah menjadi Taman Bacaan seperti yang kita kenal saat ini.
1
Perpustakaan rakyat dan taman bacaan rakyat yang dibentuk dan menjamur pada tahun 1950-an, tapi kemudian meredup. Pada tahun 1990-an, ada
perkembangan mengembirakan karena sejak tahun itu mulai ada dan sekarang terus meningkat taman bacaan yang ada di masyarakat, baik yang didirikan secara
pribadi atau oleh sebuah institusi.
2
TBM dapat dinyatakan sebagai perpustakaan yang sangat dekat dengan masyarakat karena sasaran utamanya adalah warga masyarakat bahkan sering
tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh
perpustakaan umum perpustakaan kota maupun daerah.
TBM hadir sebagai tempat baca dengan suasana sederhana dan terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya. Hal tersebut juga tidak terlepas dari
peranan pemerintah setempat untuk mengembangkan TBM di wilayahnya, seperti dinyatakan dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 bab XIII pasal 49
tentang pembudayaan kegemaran membaca; “Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca
untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca. TBM pada hakikatnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan perpustakaan, TBM yang ada
beranekaragam keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi dana yang
ada.
1
Stian Haklev.Mencerdaskan Bangsa-Suatu Pertanyaan Fenomena Taman Bacaan di Indonesia. Toronto: IDS University of Toronto at Scarborough, 2008, h. 45
2
Asrorun Ni’am Sholeh. Perpustakaan Jendela Dunia : Teks, Konteks, dan Dinamika Pembahasan Undang- Undang tentang Perpustakaan. Depok: eLSAS, 2008, h.117