Pendidikan Agama Islam Kelas VII
16
Untuk menunjukkan bahwa Allah Swt. berbeda dengan makhluk- Nya sangat mudah. Kita memperhatikan bahwa antara pencipta dengan
yang diciptakan pasti berbeda. Dengan demikian, tidak tepat jika Allah Swt. dipersamakan dengan malaikat, apalagi dengan manusia atau hewan.
Meskipun dalam ayat-ayat Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Swt. Maha Mendengar dan Maha Melihat, kita tidak perlu memikirkan bentuk mata
dan telinga Allah Swt.
Untuk menambah pemahaman sifat Allah Swt. ini kita dapat mem- bandingkan dengan sifat manusia. Meskipun manusia dapat membuat
rumah, tidak berarti wujud dan bentuk manusia seperti rumah. Begitu halnya dengan Allah Swt., meskipun bisa menciptakan langit, bumi serta
seisinya, tidak berarti bahwa Dia seperti makhluk-makhluk tersebut.
5. Qiya-muhu Binafsihi
Allah Swt. bersifat qiya-muhu binafsihi yang artinya Allah Swt. berdiri sendiri. Kebalikannya adalah sifat qiya-muhu bigairih yang berarti
membutuhkan pihak lain. Ayat berikut ini menjelaskan sifat qiya-muhu binafsihi.
Alla-hu la- ila-ha illa- huwal-h.ayyul-qayyu -mu
Artinya: Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus-
menerus mengurus makhluk-Nya. Q.S. A -
li ‘Imra-n [3]: 2 Allah Swt. adalah pencipta segala makhluk-makhluk-Nya.
Kemampuan Allah Swt. dalam mencipta tidak bergantung pada makhluk- Nya, tetapi bisa dilakukannya sendiri. Demikian halnya jika Allah Swt.
bergantung kepada makhluk, menunjukkan bahwa Allah Swt. memiliki sifat lemah. Padahal, Allah Swt. Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kita meyakini Allah Swt. sebagai zat yang bersifat qiya-muhu binafsihi. Kita hanya memohon dan meminta pertolongan kepada Allah Swt. yang
mampu mandiri dan berdiri sendiri.
6. Wah.da -niyyah
Allah Swt. memiliki sifat wah.da -niyyah yang artinya Allah Swt. Maha
Esa. Keesaan Allah Swt. menunjukkan bahwa Dia tidak bersifat terhitung atau ta‘addud. Allah Swt. adalah tunggal sehingga tidak ada sekutu bagi-
Nya. Perhatikan firman-Nya berikut ini.
Qul huwalla-hu ah.adun
Artinya: Katakanlah Muhammad: ”Dialah Allah Yang Maha Esa.” Q.S.
al-Ikhla-s. [112]: 1
Pendidikan Agama Islam Kelas VII
17
Keesaan Allah Swt. juga menunjukkan bahwa Dia tidak bertambah banyak dan memiliki keturunan. Memahami bahwa Allah Swt. memiliki
anak adalah keliru. Esa zat-Nya juga bukan karena hasil penjumlahan atau perkalian, serta perhitungan-perhitungan lainnya. Allah Swt. bersifat
tunggal menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang mengungguli, mirip, terlebih serupa dengan Dia. Oleh karena itu, yang pantas kita
ibadahi adalah Allah Swt. yang memiliki sifat satu.
7. Qudrat
Sifat qudrat yang Allah Swt. miliki berarti Dia Mahakuasa. Kekuasaan Allah Swt. tidak terbatas. Kebalikan dari sifat qudrat adalah ‘ajzun yang
artinya lemah. Dalil yang menunjukkan Allah Swt. bersifat kuasa misalnya dalam ayat yang berbunyi:
. . . Innalla-ha ‘ala- kulli syai’in qadi -
run
Artinya:
”. . . . Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” Q.S. al- Baqarah [2]: 20
Kekuasaan Allah Swt. berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki manusia. Jika kekuasaan manusia sangat tergantung pada orang lain,
kekuasaan Allah Swt. tidak demikian. Allah Swt. berkuasa karena kehendak-Nya sendiri.
Kekuasaan Allah Swt. juga tidak terbatas. Ia menguasai dalam kemampuan penciptaan makhluk-Nya, dalam pemeliharaan, sekaligus
dalam mencabut kehidupan yang terjadi pada makhluk-makhluk-Nya. Mengimani sifat kekuasaan Allah Swt. juga menyadarkan kita bahwa
yang patut kita ibadahi dan sembah sujud hanya Allah Swt. Kita dilarang terlalu tunduk kepada manusia hingga tanpa batas.
8. Ira-dat
Allah Swt. bersifat ira-dat yang berarti memiliki kehendak untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Sifat mustahilnya
adalah karahah yang berarti terpaksa. Ayat berikut ini menegaskan sifat ira-dat Allah Swt.
Innama- amruhu- iz .
a- ara-da syai’an ay yaqu-la lahu- kun fa yaku-nu
Artinya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya
berkata kepadanya, ”Jadilah”, maka terjadilah sesuatu itu. Q.S. Ya-si
- n [36]: 82
Dalam menentukan segala sesuatu, Allah Swt. berkehendak atas diri- Nya sendiri. Tidak tergantung, apalagi dipaksa oleh makhluk-makhluk-
Nya. Jika Allah Swt. berkehendak pada sesuatu cukup dengan berfirman, ”Kun”, segera jadilah yang Dia kehendaki. Berbeda dengan kehendak
manusia yang adakalanya tidak dapat menentukan keinginannya sendiri, tetapi dipengaruhi oleh orang lain.