Hakikat Motif Berprestasi

6. Hakikat Motif Berprestasi

Karakteristik siswa adalah aspek yang meliputi berupa bakat, motif atau motivasi berprestasi, gaya kognitif, persepsi, sikap, lokus kendali, kemampuan berpikir logis, kreativitas, kemampuan berpikir kreatif, ketekunan belajar, kecerdasan dan kualitas perseorangan lainnya, menurut Thomas yang dikutip Panjaitan (1999).

Kata motif dengan motivasi pada dasarnya hampir sama. Rusyan (1994) mengatakan bahwa motif adalah keadaaan di dalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas sedangkan motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh suatu kebutuhan. Selanjutnya Purwanto (2007) menambahkan bahwa pengertian motif dan motivasi sukar dibedakan. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak melakukan sesuatu karena ada tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah pendorong yang merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Rusyan (1994) menjelaskan bahwa kata motif berasal dari bahasa latin yaitu movere dan dalam bahasa Inggris motive yang berarti bergerak atau sesuatu yang bergerak, karena itu motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat. Menurut Sertain seperti dikutip Purwanto (2007), motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau Rusyan (1994) menjelaskan bahwa kata motif berasal dari bahasa latin yaitu movere dan dalam bahasa Inggris motive yang berarti bergerak atau sesuatu yang bergerak, karena itu motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat. Menurut Sertain seperti dikutip Purwanto (2007), motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau

Hal senada menurut Ahmadi (2003) motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Sedangkan Suryabrata (2004) berpendapat motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut Natawidjaja (1979) mendefi nisikan bahwa “motif adalah setiap kondisi atau keadaan seseorang atau suatu organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai atau

melanjutkan suatu atau serangkaian tingkah laku atau perbuatan”. Motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi hanya dapat disimpulkan karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap-tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh suatu kekuatan dari dalam dirinya yang disebut dengan motif.

Dengan demikian motif merupakan suatu kekuatan yang ada dalam diri seseorang dan motif ini menjadi faktor penggerak dan penyebab timbulnya tingkah laku atau perilaku. Untuk menumbuhkan dorongan yang ada dalam diri terwujud dalam tingkah laku ada dua hal yang perlu dipahami, yaitu kegiatan apa yang dilakukan dan mengapa perlu melakukan kegiatan tersebut.

Caplin (1999) mendefinisikan motif berprestasi adalah kecenderungan memperjuangkan kesuksesan atau memperoleh hasil yang didambakan. Motif berprestasi menunjukkan kecenderungan yang lebih besar pada proses dibandingkan dengan hasil. Prinsipnya berbuat yang lebih baik dan lebih cepat Caplin (1999) mendefinisikan motif berprestasi adalah kecenderungan memperjuangkan kesuksesan atau memperoleh hasil yang didambakan. Motif berprestasi menunjukkan kecenderungan yang lebih besar pada proses dibandingkan dengan hasil. Prinsipnya berbuat yang lebih baik dan lebih cepat

Driscoll (1993) menyebutkan bahwa para peneliti-peneliti paling terkemuka di dalam motif prestasi seperti McClelland & Atkinson meneliti mengapa sebagian orang ingin meraih suatu kesuksesan sedangkan yang lainnya tidak. McClelland & Atkinson berpendapat bahwa motif berpretasi akan semakin berkembang kepada anak-anak dimana orang tua mereka lebih menekankan prestasi dan daya saing di dalam rumah. Ditambahkan juga motif prestasi dapat dipengaruhi oleh situasi di mana individu akan bekerja lebih keras di bawah kondisi-kondisi tertentu seperti pada saat pelaksanaan test pembelajaran, lingkungan yang kompetitif, dan kegagalan. Selanjutnya Driscoll menambahkan bahwa bagaimana pun interaksi antara motif berprestasi dan belajar adalah hal yang sangat penting.

Adapun ciri-ciri pribadi yang memiliki motif berprestasi yang baik : a) Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif. b) Mencari umpan balik ( feedback) tentang perbuatannya. c) Memilih resiko yang sedang di dalam perbuatannya. d) Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.

Selanjutnya David McClelland yang paling terkenal karena menggambarkan tiga jenis kebutuhan motivasi, yang diidentifikasi pada bukunya tahun 1961, The Achieving Society :

a) achievement motivation (n-ach); b) authority/power motivation (n- pow); c) affiliation motivation (n-affil). These needs are found to varying degrees in all workers and managers, and this mix of motivational needs characterises a person's or manager's style and behaviour, both in terms of being motivated, and in the management and motivation others. http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm , Update,16-11-2010, jam 21:00.

Menurut David McClelland ada tiga jenis kebutuhan motivasi, yaitu: a) motivasi berprestasi (n-ach); b) Motivasi otoritas / kekuasaan (n-pow) c) motivasi afiliasi (n-affil). Kebutuhan-kebutuhan ini ditemukan pada berbagai tingkat di semua pekerja dan manajer, dan ini merupakan gabungan dari ciri kebutuhan motivasional atau gaya manajer dan perilaku seseorang, baik dalam hal termotivasi, dan dalam manajemen dan motivasi lainnya.

Selanjutnya dijelaskan bahwa kebutuhan untuk berprestasi ( n-ach) adalah 'achievement motivated' dan oleh karena itu mencari prestasi, pencapaian tujuan realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Ada kebutuhan yang kuat untuk umpan balik sebagai untu berprestasi dan kemajuan, dan kebutuhan untuk rasa keberhasilan. Kebutuhan otoritas dan kekuasaan (n-pow) seseorang adalah 'authority motivated' '. Dorongan ini menghasilkan suatu kebutuhan untuk berpengaruh, efektif dan untuk membuat satu dampak. Ada kebutuhan yang kuat untuk memimpin dan ide-ide mereka untuk menang. Ada juga motivasi dan perlu untuk peningkatan terhadap status pribadi dan prestise. Sedangkan kebutuhan akan afiliasi (n-affil) sesorang adalah 'affiliation motivated' , dan memiliki Selanjutnya dijelaskan bahwa kebutuhan untuk berprestasi ( n-ach) adalah 'achievement motivated' dan oleh karena itu mencari prestasi, pencapaian tujuan realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Ada kebutuhan yang kuat untuk umpan balik sebagai untu berprestasi dan kemajuan, dan kebutuhan untuk rasa keberhasilan. Kebutuhan otoritas dan kekuasaan (n-pow) seseorang adalah 'authority motivated' '. Dorongan ini menghasilkan suatu kebutuhan untuk berpengaruh, efektif dan untuk membuat satu dampak. Ada kebutuhan yang kuat untuk memimpin dan ide-ide mereka untuk menang. Ada juga motivasi dan perlu untuk peningkatan terhadap status pribadi dan prestise. Sedangkan kebutuhan akan afiliasi (n-affil) sesorang adalah 'affiliation motivated' , dan memiliki

McClelland dalam http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki dan menunjukkan suatu kombinasi karakteristik-karakteristik ini. Beberapa orang menunjukkan bias yang kuat terhadap kebutuhan motivasi tertentu, dan motivasi ini atau kebutuhan menggabungkan sehingga mempengaruhi perilaku dan cara bekerja / gaya kepemimpinam mereka.

McClelland dalam http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm menyarankan bahwa 'affiliation-motivation' ( n-affil) yang kuat 'merusak objektivitas seorang manajer, karena kebutuhan mereka untuk disukai, dan bahwa ini mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan seorang manajer. Suatu 'affiliation-motivation' ( n-pow)yang kuat akan menghasilkan etos kerja yang ditentukan dan komitmen terhadap organisasi, dan sementara n-pow seseorang tertarik dengan peran kepemimpinan, mereka mungkin tidak memiliki fleksibilitas yang dibutuhkan dan keterampilan yang berpusat pada rakyat. McClelland berpendapat bahwa orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (n-ach) yang kuat membuat keputusan yang terbaik, walaupun mungkin ada kecenderungan untuk menuntut terlalu banyak staf mereka dalam keyakinan bahwa mereka semua sama dan sangat terfokus pada hasil prestasi, yang mana tentu saja kebanyakan orang tidak.Daya tarik khusus McClelland adalah pada motivasi berprestasi, dan ini eksperimen laboratorium ini menggambarkan salah McClelland dalam http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm menyarankan bahwa 'affiliation-motivation' ( n-affil) yang kuat 'merusak objektivitas seorang manajer, karena kebutuhan mereka untuk disukai, dan bahwa ini mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan seorang manajer. Suatu 'affiliation-motivation' ( n-pow)yang kuat akan menghasilkan etos kerja yang ditentukan dan komitmen terhadap organisasi, dan sementara n-pow seseorang tertarik dengan peran kepemimpinan, mereka mungkin tidak memiliki fleksibilitas yang dibutuhkan dan keterampilan yang berpusat pada rakyat. McClelland berpendapat bahwa orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (n-ach) yang kuat membuat keputusan yang terbaik, walaupun mungkin ada kecenderungan untuk menuntut terlalu banyak staf mereka dalam keyakinan bahwa mereka semua sama dan sangat terfokus pada hasil prestasi, yang mana tentu saja kebanyakan orang tidak.Daya tarik khusus McClelland adalah pada motivasi berprestasi, dan ini eksperimen laboratorium ini menggambarkan salah

McClelland dalam http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm menjelaskan karakteristik lain dan sikap orang yang memililik motif breprestasi tinggi adalah : (1) prestasi lebih penting daripada materi atau imbalan keuangan. (2) mencapai tujuan atau tugas yang memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan. (3) imbalan keuangan dianggap sebagai ukuran keberhasilan, bukan tujuan itu sendiri. (4) keamanan bukan motivator utama, juga tidak status. (5) Umpan balik sangat penting, karena memungkinkan pengukuran keberhasilan, bukan untuk alasan pujian atau pengakuan (implikasi di sini adalah bahwa umpan balik harus dapat diandalkan, kuantitatif dan faktual). Orang yang memiliki motif berprestasi tinggi selalu termotivasi untuk melakukan perbaikan dan terus-menerus mencari cara untuk melakukan hal yang lebih baik. (6) Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi secara logis akan termotivasi logis untuk mendukung pekerjaan dan tanggung jawab yang secara alamiah memenuhi kebutuhan mereka, yaitu menawarkan fleksibilitas dan kesempatan untuk menetapkan dan mencapai tujuan, misalnya., penjualan dan manajemen bisnis, dan peranan kewirausahaan.

http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm , Update,16-11-2010, jam 21:00.

Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam menggapai “ standard of excellence ”. Ini tentunya hanya gejala saja yang banyak berguna untuk menduga n —Ach seseorang. Untuk mengecek intensitas motif berprestasi, ada baiknya secara terperinci dikemukakan ciri- cirinya seperti ditulis dalam jurnal-jurnal ilmiah sedari awal penelitian sampai laporan akhir dalam buku-buku McClelland. Ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi dari segi kognisi, konasi, dan afeksi/emosi.

Dari segi kognisi dapat dikemukakan : (1) menyelesaikan tugas dengan hasil sebaik mungkin; (2) bekerja tidak atas dasar untung-untungan (gambling); (3) berfikir dan berorientasi ke masa depan dengan berusaha mengantisipasi hasil kerjanya secara logik; (4) lebih mementingkan prestasi ketimbang upah yang akan diterimanya; (5) realistik menilai dirinya; (6) tidak boros, konsumtif, melainkan produktif; (7) menghargai hadiah yang diterimanya; (8) cenderung berorientasi ke dalam (inner orientation) kendati cukup tanggap terhadap stimulasi lingkungan.

Dari segi konasi dapat dikemukakan : (1) bersemangat, bekerja keras dan penuh pitalitas; (2) tidak gampang menyerah dan merasa bersalah kalau tidak berbuat sebaik mungkin; (3) tidak cepat lupa diri kalau mendapat pujian atas prestasinya; (4) dengan senang hati menerima kritik atas hasil kerjanya dan bersedia menjalankan petunjuk-petunjuk orang lain selama itu sesuai dengan gagasannya; (5) lebih senang bekerja pada tugas-tugas yang sukar, cukup menantang untuk berkreasi, bukan yang monoton.

Dari segi afeksi atau emosi: (1) gembira secara wajar manakala memenangkan persaingan kerja dengan rekan-rekannya; (2) selalu menjadikan

pekerjaan-nya yang lalu sebagai umpan-balik bagi penentuan tindakan lanjutan; (3) segan bekerja dalam suasana bersaing (dalam arti positif) dan berusaha meninggalkan rekan-rekannya jauh di belakang; (4) merasa menyesal kalau hasil kerjanya jelek, apalagi kalau diperlukan orang lain; (5) berprinsip, bahwa upah yang diterima hendaknya sepadan dengan kualitas dan prestasi kerjanya; (6) memperhitungkan resiko yang sedang dengan hasil yang dapat diduga, ketimbang resiko besar waluapun hasilnya besar. http://rajapresentasi.com/2009/03/apa-itu-motivasi-berprestasi-achievement- motivation/ Update,16-11-2010, jam 21:00.

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi ( high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) Menyukai situasi- situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.

Selanjutnya Achievment n.Ach adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi, menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk memilih tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan. Mereka yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan Selanjutnya Achievment n.Ach adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi, menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk memilih tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan. Mereka yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan

mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi. Orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi ( need for achievement/ n-Ach ) yang tinggi mencoba melampaui dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang berisiko rendah. Orang-orang yang motif berprestasi tinggi ( achievers) menghindari situasi dengan risiko rendah karena dengan mudah mencapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang sungguh- sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, orang motif berprestasi tingggi dengan melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang. Individu dengan n. Ach tinggi cenderung bekerja pada situasi degan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluang 50%. Orang motif berprestasi tingggi membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe orang motif berprestasi tingggi.

Selanjutnya dalam kamus kompetensi http://indosdm.com/kamus- kompetensi-dorongan-berprestasi-need-of-achievement , dorongan (untuk) berprestasi ( Need of Achievement) adalah keinginan/tekad untuk bekerja dengan baik atau melampaui standar prestasi. Standar tersebut bisa berupa prestasi diri sendiri di masa lampau (improvement) ; ukuran yang objektif (results orientation) ; melebihi orang lain (competitiveness) ; sasaran yang menantang; atau sesuatu yang belum dilakukan orang lain (innovation). Hal ini menunjukan dorongan untuk bertindak secara lebih baik dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi didefinisikan sebagai dorongan untuk mampu menghadapi tantangan- tantangan dan kesulitan dalam mengerjakan tugas atau sesuatu hal, menyelesaikan tugas atau sesuatu yang sulit sekalipun dengan baik, objektif dan mandiri guna mencapai standar yang tinggi serta berani berkompetisi, mengungguli orang lain dan mengambil resiko.

Adapun indikator motif berprestasi disajikan pada tabel 2.9 berikut ini:

Tabel 2.9 Indikator Motif Berprestasi

Definisi Motif Berprestasi

Indikator

Berusaha Unggul Motif berprestasi

Menyelesaikan didefinisikan sebagai

tugas dengan baik dorongan untuk mampu Rasional dalam menghadapi tantangan-

meraih

tantangan dan kesulitan

keberhasilan

dalam mengerjakan tugas

Menyukai

atau sesuatu hal,

tantangan

menyelesaikan tugas atau

Menerima

sesuatu yang sulit sekalipun tanggung jawab

dengan baik, objektif dan

pribadi untuk

mandiri guna mencapai

sukses

standar yang tinggi serta berani berkompetisi,

Meyukai situasi mengungguli orang lain

pekerjaan dengan tanggung jawab

dan mengambil resiko. pribadi, umpan

balik dan resiko